12

312 56 3
                                    

Jaket

"Pagi anak-anak!!" seisi kelas menjawab dengan suara seadanya, ini masih pagi, wajar jika mereka masih setengah sadar.

"Ketua kelasnya siapa?" Chenle yanh merasa dipanggil pun mengangkat tangannya, "Ah, ke sini sebentar," pinta guru itu.

Chenle pun mendekat, berdiri tepat di depan meja guru dan berhadapan dengan gurunya. "Ini, tolong kamu suruh teman-temanmu ambil satu, ini untuk pembagian kelompok, sistemnya anggota kelompok dibagi berdasarkan warna kertas yang mereka ambil, jadi acak," jelasnya.

"Ibu ada urusan sebentar, tolong jaga kelas ya," Chenle mengangguk sambil tersenyum. Sepeninggal guru itu, Chenle memutar badannya, bermaksud menyampaikan pesan dari gurunya tadi.

"Udah denger," ujar seisi kelas kompak. Chenle langsung memicingkan bibirnya, mendekati meja Yohan, ke belakangnya, samping, san seterusnya.

Setelah semua murid sudah mengambil kertas mereka masing-masing, Chenle mulai meminta yang lain untuk mencari teman sekelompoknya.

"BIRUUU!!!" pekik Yena kencang sambil mengangkat tinggi-tinggi kertas yang ia ambil. Ngomong-ngomong, Yena ngambil warna biru, karena tadi dia melihat sekilas warna kertas yang diambil Yohan.

Di belakang Mark tersenyum tipis, berdiri dari duduknya, mendorong pelan kepala Yena dari belakang, membuat si empunya menoleh.

"Apa!?" tanyanya. Mark menunjukan kertas birunya tepat di depan mata Yena, hampir menempel.

Yena menyingkirkan tangan Mark, menatapnya seakan mau membunuhnya. "Lo pasti ngikut-ngikut kan?" tanya Yena sambil menunjuk-nunjuk ke wajah Mark.

"Takdir lo Yen," sela Jaemin dari tempat duduknya. "Jagain si Yena, jan lo apa-apain, awas lo," tambah Jaemin, tentunya untuk Mark.

Mark merotasikan matanya, "Ya kali, yang ada gue dibunuh sama lo," balasnya. Jaemin merespon hanya dengan senyuman sambil manggut-manggut.

"Ini satu lagi siapa?? BIRUUUU—"

Yena membeku di posisinya, Yohan kini hanya berjarak selangkah dengannya, tepat di sebelah Mark.

Yohan meletakan kertas birunya di atas meja Yena, menenggelamkan kedua tangan ke dalam kantung celananya dengan tatapan datar.

"Diem, berisik," ujar Yohan yang setelahnya langsung berjalan berbalik. "Eh! Yohan!" seru Yena.

Yohan menoleh, menampilkan sisi wajahnya. "Tadi Chenle bilang kan ini tugasnha dikerjain di rumah, hasilnya bawa ke sekolah, terus harus beli bahan ini itu, mau belanja kapan?"

Melihat antusias Yena, Mark dan Jaemin saling melempar tatap. Merasa pasrah jika sudah begini takdirnya.

Ditambah lagi fakta bahwa berarti Mark juga sekelompok dengan saudara tirinya. Tugas kali ini pasti akan terasa berat, dan sudah pasti tanggung jawab Mark untuk menjaga Yena menjadi lebih banyak.

"Terserah" —Yohan

"Hari ini?" —Yena

"Woi! Ngaco lo! Ya kali dadakn Yen!" sela Mark dari tempatnya. "Sewot aja kang jamu!" balas Yena. Mark mulai komat-kamit tanpa suara, seolah mengikuti apa yang barusan Yena ucapan.

[✔️] Limerence || Yohan - YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang