13

284 46 5
                                    

Kembali?

"Yakin gak mau bareng?" tanya Mark sekali lagi sebelum mereka berangkat. Hari ini hari Sabtu, dan mereka hendak pergi ke rumah Yena untuk mengerjakan tugas kelompok.

Yohan mengenakan helm-nya tanpa menjawab pertanyaan Mark. Hampir menjalankan motornya jika saja Mark tidak bilang, "Lo kan gak tau rumah Yena."

Oke, gak jadi jalan duluan, Yohan menunggu Mark masuk ke mobil, sampai ia sudah keluar dari bagasi rumah barulah Yohan mengikuti Mark dari belakang.
~~~
Pintu rumah Yena terbuka, menampilkan wajah Siwon yang sudah tak asing di mata Mark, mungkin di mata Yohan juga.

"Eh, temen Yena waktu itu kan?" sapa Siwon, "Iya om..." balas Mark sambil tersenyum. "Masuk aja, itu Yena nungguin di balkon atas," titah Siwon.

Mark dan Yohan pun langsung mengikuti arahan Siwon hingga punggung kecil Yena terlihat di tengah balkon.

"Makasih om," ujar Mark, setelahnya Siwon langsung pergi membiarkan tiga remaja itu mengerjakan pekerjaan mereka.

"Eh, akhirnya dateng, duduk," kata Yena seraya bergeser, memberikan tempat untuk keduanya agar bisa duduk.

"Mau gue bawain makanan apa nanti aja?" tawar Yena, "Ha? Baru juga nyampe, entar aja neng," jawab Mark.

Yena manggut-manggut, tangannya bergerak membagikan bahan-bahan pada Mark dan Yohan secara merata.

"Ini diapain?" tanya Mark dengan wajah polosnya. Yena merotasikan bola matanya, bergerak mendekat, hingga duduk tepat di sebalah Mark.

"Nih ya, yang ini, lo tempel—"

Suara Yena tiba-tiba meredam, bukan karena Mark pusing atau semacamnya, tapi sungguh, jarak antara dirinya dan Yena sangat dekat, sampai Mark harus sedikit memundurkan badannya, kalau tidak kepalanya bisa terbentur dengan kepala Yena.

"Mark? Woy! Supri!" Mark mengerjap, menggelengkan kepala, lalu tersenyum pada Yena. "Ngerti kan?"

Mata Mark langsung turun pada bahan-bahan di hadapannya, kembali memandang Yena, lalu menggeleng pelan. "Ih! Kan tadi udah gue je—"

"Gue aja," sela Yohan tiba-tiba. Ia mengambil tempat di antara Mark dan Yena, walaupun di sisi lain Mark masih kosong, sangat luas malah.

"Awas," suruhnya pada Yena, agar Yena bergeser. Dengan gelapan, Yena langsung bergeser.

Terdiam di tempatnya, memerhatikan Yohan yang merakit persis seperti apa yang ia ajarkan pada Mark tanpa menjelaskan apapun.

"Kan ini bagian gue, ngapa lo yang—" —Mark

"Lo lama," —Yohan

Mark memicingkan bibirnya, jengkel tentunya. "Udah ah, awas-awas! Gue bisa!" pekik Mark, merebut bahan-bahan itu dari tangan Yohan.

Dengan wajah datarnya, Yohan memandangi Mark. Mark menggerakan bibirnya, menciptakan kata 'apa?'

Yohan menghela nafas kasar, kembali ke tempat semulanya. Membiarkan saudara tirinya melakukan apapun yang dia bisa, Yohan tak peduli.

"Yang bener ya lo ngerjainnya! Awas salah!" ujar Yena sambil berjalan keluar balkon, hendak mengambil minum.

Sepeninggal Yena, keadaan sangat hening, dua saudara ini tidak ada niatan untuk berintaksi sepertinya.

[✔️] Limerence || Yohan - YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang