15

346 44 3
                                    

When You Hug Someone

Yena sudah menyeruput susu stroberinya untuk yang kesekian kalinya, karena sekarang dia benar-benar tidak tau harus apa. Terlebih setelah pengakuan Yohan tadi.

Walau hanya masalah susu yang ternyata dari Yohan, tapi itu cukup membuat Yena grogi sekarang.

Tapi jangan ditanya, Yohan sekarang sedang membuang pandangannya ke segala arah, asal itu bukan ke arah Yena.

Yohan memainkan kukunya sendiri berharap rasa gugupnya hilang. Kalau dibilang menyesal, mungkin Yohan sedikit menyesal?

Yena menegapkan posisi duduknya setelah menghabiskan sekotak susu stroberinya. Menyeka bibirnya, lalu menoleh ke arah Yohan.

Yena menarik pelan ujung seragam Yohan, membuat si empunya menoleh. "Bang Byungchan masih lama?" tanya Yena.

Yohan mengedikan bahunya, karena dia memang belum diberi kabar oleh Byungchan, jadi dia tidak tau.

Yena menghela nafas pasrah, memangku dagu dengan tangannya, bermain dengan pipinya sendiri.

CKLEK

Kedua mata Yena terbuka lebar, samar-samar dia bisa melihat pintu mulai terbuka. "Abangggg!!!" pekik Yena.

Berniat untuk berlari, namun Yohan menahan tangannya. "Jalan aja," titah Yohan. Yohan lun berdiri seraya melepas genggamannya tadi.

"Nanti jatoh, gelap," tambahnya. Yohan mengambil kotak susu yang tadi Yena minum, membawa kotak susu itu di dalam tangannya.

"Sana," ujar Yohan, menyuruh Yena menghampiri Byungchan lebih dulu. Berjalan di belakang Yena, "Lo gimana sih ih pe'a, masa bisa kekunci?" tanya Byungchan.

"Ih! Mana gue tau!" balas Yena memeluk Byungchan. Sedangkan Byungchan mengelus surai Yena.

"Makasih ya Yo, ini anak emang ada-ada aja kerjaannya," kata Byungchan. Yena pun melepas pelukannya.

"Gue mulu yang disalahin ih," protes Yena. "Udah jan ribut sekarang, pulang dulu, papa sama mama nungguin lo di rumah," Byungchan menggandeng tangan Yena. Sekaligus memberi kode pada Yohan untuk ikut keluar.
~~~
Yohan melempar-lempar rubiknya, berulang kali berdecak, menyesali segala perbuatannya tadi.

Entah itu tentang susu stroberi, menggenggam pergelangan tangan Yena, pokoknya semuanya. Menangkap rubik dengan tangan kanannya, memejamkan mata, dan membiarkan tubuhnya jatuh di atas tempat tidur.

Namun sepersekian detik setelahnya, Yohan kembali duduk. Dia baru ingat, kata mamanya dulu saat Yohan masih kecil, 'Kalau habis keramas, jangan langsung tiduran Yo.'

CKLEK

Yohan hampir saja terlonjak kaget karena Mark membuka pintu kamarnya tanpa mengetuknya dulu.

Kini keduanya bertatapan, dengan Mark yang berhenti tepat di ambang pintu. Yohan mengangkat kedua alisnya, menunggu apa yang ingin Mark lakukan.

"Tadi, sama Yena?" Yohan langsung membuang pandangannya, kembali mengutak-atik rubiknya. "Hm," balas Yohan.

Mark melangkah masuk, menutup pintu kamar, "Yena nya jangan disakitin," ujarnya sambil duduk di sofa dekat jendala kamar Yohan, menatap ke luar.

Yohan menoleh, memerhatikan Mark yang tampak agak serius. "Gue juga suka Yena," tambah Mark yang kini membalas tatapan Yohan.

Yohan manggut-manggut dan lanjut memainkan rubiknya, "Kejar," kata Yohan tiba-tiba. "Hah?"

"Lo suka kan? Kejarlah," balas Yohan. "Kejar?" Yohan mengangguk, "Belom apa-apa udah nyerah," tambahnya.

[✔️] Limerence || Yohan - YenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang