Bodoh

676 64 2
                                    

"wohh Ace,kau mau meneraktirku ya?!" Pekik Luffy.

"Berisik Luffy!" Ucap Ace garang.

"Hancock cwann~ kau seperti bidadari,mau kah kau menemani ku makan" ucap sanji dengan mata looe lope.

"Ku pastikan kepala mu lepas,jika makan dengan kekasih ku" ucap Ace dengan auranya yang gelap.

"Aku hanya bercanda Ace" ucap sanji ngeri.

" Ya ya, kami pergi dulu" ucap Ace pergi dengan santai.

" Dasar Ace,lanjut makan dah"Luffy melanjutkan makannya.

Zoro masih memperhatikan kedua orang yang kini sedang ada di pikirannya.

"Rambut mu menghalangi,nanti ku belikan jepit" ucap law sambil menaruh helaian rambut yang mengganggu ke belakang telinga Robin.

"Em, terima kasih" Robin tersenyum.

Zoro sudah lama menahan kecemburuan nya.

"Jauhkan tangan mu law!" Ucap Zoro dingin.

"Kenapa Zoro?" Ucap law datar.

Semua nya menatap Zoro dan law dengan ngeri. Aura mereka mencengkam.

"Kubilang jauhkan" ulang Zoro namun law malah menggenggam tangan robin membuat Robin terkejut menatap law.

"Apa urusan mu?" Jawab law singkat.

"Urusan robin,urusan ku" Zoro menatap Robin sekilas kemudian menatap law lagi.

"Memang kau siapa nya?" Law mengangkat sebelah alisnya.

"Dia..." Suara Zoro memelan kemudian mengecil sedangkan Robin menunggu jawaban Zoro.

"Dia.. dia sahabat ku! Wajar saja aku risih melihat mu menyentuh Robin" ucap Zoro menatap law dalam. Rasa kecewa yang kini dialami robin. Sedangkan law tersenyum kecil.

Bahkan dia tau bahwa aku menyukainya,dan ia tau bahwa dia adalah cinta pertama ku. Tapi tetap saja di mengakui ku tak lebih dari seorang sahabat. Batin Robin mengeluarkan air mata nya pelan.

Ku beri ia kesempatan untuk mengungkapkan nya, tapi dia malah tidak mengatakan perasaannya. Kali ini dia benar-benar bodoh. Batin law.

Kenapa aku tak mau mengatakan bahwa aku mencintai nya? Kenapa aku tidak bisa bertanya padanya kenapa dia menyembunyikan perasaan nya itu. Batin Zoro menatap bawah dan langsung terkejut menatap Robin yang melihatnya dengn air matanya yang sudah jatuh.

"Robin,kau kenapa?" Ucap Nami langsung menyentuh bahu Robin setelah melihat drama barusan.

Law langsung memeluk Robin."lihat? Kau menyakiti dirimu sendiri Robin. Bahkan orang yang kau tangisi masih tidak peduli dengan perasaan mu" ucap law menatap Zoro dalam. Zoro mengutuk dirinya sendiri karna tidak jujur. Sedangkan Luffy,Nami dan sanji hanya terkejut dan bingung dengan ucapan law.

"Kau menjadi tontonan law" ucap sanji datar.

"Maaf robin,aku hanya ingin menenangkan mu" ucap law cepat melepaskan pelukannya.

"Terimakasih tarao,aku mencintaimu" ucap Robin kecil membuat orang di sekitarnya menatap Robin tak percaya, sedang kan zoro. Hati nya kini terasa tercabik cabik. Sakit sekali.

"Ya,aku juga" law mengelus ujung kepala robin.

"Kali ini kau kalah telak marimo" bisik sanji.

"Kami kekelas duluan ya semua,ayo tarao" Robin bangkit dari bangkunya dan kemudian pergi.

"Kenapa kau sangat pengecut marimo?" Ucap sanji setelah Robin dan law pergi.

"Sial!" Pekik Zoro kemudian pergi meninggalkan kantin.

.
.
.

Setelah kejadian itu,Robin mulai menghindar dari Zoro. Bahkan saat pulang dan pergi sekolah ia bersama law. Kid yang baru pindah terlihat biasa biasa saja karna ia tau Robin kini tidak dekat lagi dengan sepupu nya. Dan hari ini satu Minggu mereka seperti ini.

"Siall! Kenapa law selalu bersama nya" ucap Zoro sambil mengacak rambutnya sendiri.

"Aku harus mengungkapkan nya sebelum terlambat" Zoro merebahkan dirinya di pohon belakang sekolah.

"Hei Zoro"

Zoro mendengar suara itu dan kemudian mengangkat alisnya sebelah.

"Siapa?" Ucap Zoro datar.

"Aku thasigi salam kenal" ucap thasigi ramah.

"Hm" Zoro kembali menutup matanya.

"Kau tidak makan? Mumpung istirahat" thasigi duduk disamping Zoro dan membuka kotak bekalnya.

"Tidak" Zoro masih memejamkan matanya dan tidak terlalu peduli.

"Kau mau" thasigi menyondorkan kotak bekalnya nya yang sudah dimakan.

"Tidak,aku sudah kenyang" Zoro menatap thasigi sekilas.

"Setidaknya makan lh sedikit,aku berniat memberikan mu bento ini namun bento ku malah ketinggalan" ucap thasigi menatap bekalnya.

"Untuk ku?" Zoro menatap bingung thasigi kemudian membenarkan duduknya.

Dengan cepat Zoro mengambil sumpit di tangan thasigi dan memakan telur gulung yang sudah dibuatkan thasigi. Kemudian meletakkan sumpit itu di atas bekalnya.

"Terimakasih, ini enak" ucap Zoro datar kemudian pergi.

"Aku senang sekali! Lain kali ku buatkan bento untuk mu!" Ucap thasigi gembira.

"Hm".

.
.
.

"Ohayou Robin" law berdiri di depan pintu rumah Robin dengan senyum manis.

"Ohayou gozaimasu,kenapa tidak masuk dulu tadi?" Robin menatap law ikut tersenyum.

"Ku kira kau sudah siap tadi"

"Maaf,pasti kau menunggu ku lama" ucap Robin menundukkan kepalanya.

"Tidak lama kok,ayo berangkat" law mengelus pucuk kepala Robin kemudian berjalan mendahului nya.

Zoro yang sudah siap segera keluar dari rumah nya, matanya tertuju oleh kedua orang yang sangat ia kenal.

"Robin!" Panggil zoro.

Robin yang merasa nama nya dipanggil langsung menoleh ke arah Zoro.

"Zoro?" Ucap Robin pelan,jujur saja ia kecewa sekali dengan Zoro tapi ia sangat merindukan nya.

"Ada apa?" Ucap law dingin.

"Perona membuatkan mu kue,apa kau mau makan bersama ku nanti?" Ucap Zoro pelan kemudian berjalan di samping robin.

"Kenapa perona membuatkan ku kue?"

"Karna kau tidak pernah lagi kerumah ku" ucap Zoro miris.

"Itu karna kebodohan mu sendiri" ucap law singkat.

"Mo,law. Sudah lah jangan di perpanjang"

"Jadi kau mau kan?" Ucap Zoro memelas.

"Karna ini demi perona, baiklah" Robin tersenyum kecil membuat Zoro bahagia.

"Cih" law memutar bola matanya jengah.

Seharusnya memang seperti ini,aku hanya butuh Zoro di dekat ku. Walau bukan sepasang kekasih,kami bisa menjadi sahabat. Dan tidak ada alasan untuk marah padanya, aku harus jatuh cinta kepada law supaya hati ku tak terluka karena terlalu berharap pada Zoro. Batin Robin tersenyum menatap Zoro.

Aku harus mengungkapkan nya, harus!. Batin Zoro.

Sekali kau lepas,tak kan ku serah kan lagi. Batin law menatap Zoro dengan sinis.

...

More Than Friend [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang