kebenaran

751 60 31
                                    

"lepas kan kuina Zoro!" Teriak kid menghentikan langkah Zoro.

"Apa urusan mu dengan nya,bukan kah kau bersama cinta pertama mu?!" Zoro menoleh melihat kedua orang di belakang nya.

"Apa maksud mu! Kau menyakiti Robin brengsek!" Ucap kid menarik tangan kuina dan membawa ke pelukannya.

Robin hanya diam melihat Zoro seperti itu. Air matanya tak berhenti keluar.

"Aku hanya sepupu dengan Robin! Dan kau tau aku dan kuina masih saling mencintai!" Pekik kid lagi.

"Kid,hentikan. Ini bukan salah Zoro seutuhnya" ucap kuina menenangkan kid.

"Tapi dia menyakiti Robin! Percuma dia hidup bersama Robin selama ini,jika tidak tau perasaan nya! Kau itu cinta pertama nya! Dasar banci!,ayo kuina,Robin kau juga" kid menarik kedua tangan wanita di sampingnya.

"Kid, syukurlah kau mendapatkan pujaan mu lagi. Aku pergi dulu" Robin melepaskan tangan kid dan menatap wajah Zoro yang masih mematung dan berlari pergi.

"Jangan muncul di depan Robin lagi" ucap kid pergi dengan kuina.

Apa yang barusan terjadi?!. Lamun Zoro.

.
.
.
.

"Robin kau kenapa?" Ucap Olivia memeluk anak nya yang berlari memeluknya.

"Bu,aku mau ke kamar. Kalau ada yang mencari ku,bilang saja aku ingin sendiri" Robin merenggang kan pelukan nya dan menatap Olivia.

"Baiklah,jangan menangis terlalu larut. Itu tidak baik" Olivia mengecup dahi Robin. Robin hanya tersenyum sambil menangis kemudian pergi menuju kamarnya,dan tak lupa menguncinya.

"Kenapa Zoro sampai mengatakan hal itu? Dan dia sendiri bergandengan dengan kuina, padahal dia bilang tidak menyukainya. Atau Zoro kini menyukai kuina kembali?" Robin tersengal-sengal memeluk guling.

"Robin sedang patah hati." Olivia hanya bisa menguping dan kemudian menuju ruang tamu yang dari tadi suara ketukan berbunyi

"Zoro?" Kejut Olivia setelah membuka pintu.

"Maaf Bu,Robin sudah pulang?" Ucap Zoro menatap Olivia dengan matanya kini merah menahan tangis.

"Ya,tapi di ingin sendiri katanya"

"Syukurlah,aku hanya memastikan saja. Aku tak berhak lagi menemuinya" ucap Zoro tersenyum miris.

"Jangan seperti itu Zoro, itu tidak menyelesaikan masalahmu. Temui dia nanti" ucap Olivia mengelus Zoro yang sudah di anggap anak nya sendiri.

"Terimakasih" Zoro tersenyum kemudian pergi untung pulang.

.
.
.

Apa aku terlalu berlebihan berbicara seperti tadi. Dan dari mana kid tau bahwa aku cinta pertama Robin. Apa hubungan antara kuina dan kid. Aku harus bertanya langsung kepada kid,tapi yang lebih penting aku harus minta maaf kepada Robin. Ya itu harus. Pikir Zoro kemudian menarik selimutnya dan tertidur.

Pagi ini Zoro sudah sangat rapi untuk pergi sekolah. Zoro berjalan menuju rumah Robin dan kemudian mengetuk pintu rumahnya.

"Oh Zoro,Robin sudah berangkat 10 menit yang lalu" ucap Olivia.

"Oh begitu ya, baiklah terimakasih aku pergi dulu Bu" ucap Zoro kemudian berlari ke sekolah.

Namun di sepanjang jalan zoro tidak menemukan keberadaan robin. Akhirnya zoro sampai di sekolah dan langsung menuju kelas robin. Di sana terlihat robin sedang bercanda bersama law.

"Robin"panggil zero kecil.

Robin menatap sekilas zoro kemudian menatap law kembali seolah memberitahu bahwa ia ingin  keluar. Law tersenyum manis, dan Robin perlahan mendekati zoro.

"Ada apa?"

"Robin,maafkan aku soal kemarin. Aku terbawa emosi melihat mu. Aku hanya tidak suka kau ber.."

"Tidak perlu minta maaf,kau tidak salah Zoro. Aku terlalu berlebihan" ucap Robin memasang wajah tersenyum nya,ya itu fake.

"Maafkan aku tak mengerti perasaan mu" ucap Zoro kecil menundukkan kepalanya menggenggam tangan robin.

"Robin,ayo temani aku." Ucap law langsung merangkul Robin menuju ke kantin.

"Tarao"  ucap Robin kecil.

"Lepaskan tangan mu law!" Zoro menarik sebelah tangan robin.

"Kenapa?" Ucap law datar.

"Menyingkir lah dari.." ucap Zoro terpotong.

"Aku harus pergi Zoro" Robin melepaskan pegangan Zoro dan berjalan menjauhi Zoro.

"Oh ya,nanti pulang kau duluan saja. Aku pulang bersama tarao" ucap Robin sekilas dan kembali mengikuti law.

Rasa sesak di dada Zoro sangat mendominasi saat ini. Rasanya begitu hancur saat dia sadar bahwa Robin lebih memilih bersama law. Ditinjunya dinding hingga tangan nya berdarah.

"Woi marimo,hentikan." Ucap sanji yang sedang membawa tempt sampah ke luar kelas.

"Alis kriting, aku akan bolos lagi hari ini" ucap Zoro meninggalkan sanji.

"Hanya gara gara itu kau sampai tak ikut belajar?! Lemah sekali kau,saat dia mengetahui bahwa kau bolos lagi,kau akan benar benar kehilangan wajah mu" ucap sanji kesal.

"Siapa yang lemah?! Kau tau apa tentang ku!" Geram Zoro.

"Aku memang tak tau apa-apa,tapi aku teman mu bodoh! Aku juga tau yang terpenting bagi mu!" Pekik sanji,untung saja di sana masih sepi.

Zoro membulat kan matanya sejenak dan kemudian kembali ke ekspresi datarnya. Ia menunduk dan menatap sepatu nya.

"Zoro!!"

"Hm kuina?" Ucap Zoro datar menatap kuina yang datang ke arahnya.

"Aku hanya ingin minta maaf soal kemarin, dan untuk Robin juga. Aku benar-benar menyakiti nya" ucap kuina menunduk.

"Apa hubungan mu dan si kid itu" ucap Zoro penasaran.

"Kami hanya gebetan, tapi kami saling mencintai siapapun tau itu. Dan itu sudah sejak lama, sebelum kau mengatakan cinta pada ku." Ucap kuina biasa.

"Jadi kau tau mengenai kid dan Robin?"

"Tentu saja,kid bahkan menceritakan semuanya padaku" ucap kuina lagi.

"Cerita kan padaku" Zoro menarik tangan kuina dan membawanya ke gedung belakang. Namun saat di koridor Robin dan Zoro bertemu. Mata Robin menatap Zoro yang menggenggam kuina erat, dan hanya mendapatkan senyuman miris dari Robin.

Setelah kejadian kemarin,dia masih seperti itu. Yang benar saja permintaan maaf mu itu. Batin Robin kemudian berjalan begitu saja mengikuti law yang sadari tadi menatap keduanya.

"Robin! Robin!" Panggil zoro.

"Ada apa Zoro?" Ucap Robin tersenyum miris.

"Jangan salah paham lagi"  ucap Zoro hendak menjelaskan.

"Ayo Robin,bukan kah ada pekerjaan di kelas yang penting" law menarik tangan robin menuju kelas.

"Oh iya,aku duluan Zoro" balas Robin biasa kemudian pergi.

Setelah memandangi punggung Robin yang menjauh,Zoro kembali menarik tangan kuina menuju belakang sekolah.

Sial!. Umpatnya.
...

More Than Friend [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang