17.Masa Lalu Caca (1)

4K 304 0
                                    


flashback On.

Seorang gadis berambut ikal dan berkulit hitam duduk dikursi roda. Gadis itu sedang berada tepat di depan papan tulis.

"Jangan takut, tunjukan siapa orangnya," ujar seorang guru yang ada dibelakangnya.

Disebelah kanan-kiri gadis kursi roda itu ada sepasang suami-istri yang sedang menggenggam tangannya. Suami istri itu tak lain adalah ibu dan ayah si gadis.

"Siapa orang yang udah celakain kamu, nak? beritahu siapa orangnya, gak apa-apa" ucap ibunya lirih.

Gadis itu menatap teman sekelasnya secara bergantian, semua para siswa-siswi yang ada di dalam ruangan tersebut terdiam. mereka menunggu ucapan dari si gadis kursi roda. Yang tak lain adalah teman sekelas mereka. namanya Diana Larasati di panggil Dian.

Dua minggu yang lewat Dian jatuh dari tangga lantai dua ke lantai satu sekolah, membuat dia dibawa kerumah sakit. saksi mata mengatakan bahwa gadis itu di dorong oleh seseorang. Sebab itulah Dian berada di depan kelas untuk mengatakan siapa yang telah mencelakainya.

Dian mengangkat tangannya ragu-ragu lalu menunjuk kesalah-satu siswi yang duduk dibangku barisan kedua yang ada ditengah ruangan.

Semua orang terkejut, begitu pulak dengan gadis yang Dian tunjuk.

"Caca!"

"Wah.. Caca celakain Dian?"

"Gila! bukannya selama ini mereka akrab?"

"Gak nyangka banget"

"Wow"

"Teman sampah!"

Para siswa-siswi sibuk mengerutuki Caca. Sedangkan Caca masih mematung tanpa berkedip, Caca syok, mengapa Dian menuduhnya? bukankah selama ini dirinya-lah yang selalu membela Dian jika dia dijadikan bahan bully oleh teman sekelasnya?

Bukan hanya teman sekelas, hampir semua siswa-siswi di sekolah ini membully Dian. Sebab mata kiri gadis itu buta, membuat ia menjadi santapan enak bagi para anak-anak jahil.

"Dian?" Caca berdiri dari duduknya, dia berusaha mengatur detak jantungnya yang mulai tak karuan, membuat kakinya sedikit gemetar. Dian menoleh ke arah lain, seperti tak ingin melihat wajah Caca.

"Benar dia orangnya?" Ibu wali kelas menatap Dian heran. Semua murid dan guru tau bahwa Caca adalah pelindung bagi Dian. tak mungkin Caca mencelakai seseorang yang selalu dia lindungin.

Dian terisak, airmatanya mulai keluar dengan deras, "DIA ORANGNYA! DIA YANG MENDORONG AKU HINGGA JATUH DARI TANGGA, DIA ORANGNYA!"

"AKU MAU PULANG, AKU MAU PULANG, IBU AYAH BAWA AKU PULANG"

"AKU TAK INGIN MELIHATNYA!"

Suara tangis Dian pecah mengema dalam ruangan. Sama dengan Caca, bedanya caca menangis tanpa suara.

"Parah, rekam woi rekam!"

"Bakal viral nih"

"Baik di depan nusuk di belakang"

"Caca sok baik padahal jahat banget,astaga."

"Pantes aja gue gak suka Caca, munafik ternyata"

"Anjir Muka dua"

"Teman laknat"

"Haha Menarik"

Bisikan-bisikan yang terdengar jelas itu memberi kesan menakutkan bagi Caca. Dia menoleh ke semua orang, semua menatapnya sinis dan jijik.

Sesak.

Bukan dia yang mencelakai Dian, namun mengapa Dian begitu tega menuduhnya?.

"Caca, lima menit lagi tolong kamu datang ke ruang kepala sekolah, dan jelaskan semuanya," tegas Bu guru lalu mengajak Dian dan orang tuanya keluar dari kelas.

NIKAH SANA!  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang