Sam tertidur dengan posisi duduk bersandar di pohon besar yang ada dibelakang kampus, Pria itu terbangun saat mendengar sebuah jeritan. Sam membuka matanya perlahan, menguap sambil merenggangkan tangan kemudian Sam melirik pada jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya. Pria itu berdecak kesal, ia menghembuskan nafas kasar saat sadar bahwa dirinya sudah tertidur cukup lama, mungkin ini efek bosan karna tidak ada Wiliam disampingnya. Sam berdiri merenggangkan otot-otot tubuhnya, awalnya Sam tampak tidak peduli dengan suara jeritan yang begitu riuh, namun berubah saat terdengar ada yang menyebut nama Wiliam.
Mengapa Wiliam ada disini? Bukankah dia sudah memerintahkan agar Wiliam tidak kemana-mana dulu?. Tanpa peduli pada ransel yang ada disampingnya, Sam berlari cepat ke arah sumber Suara.
Langkah Sam memelan saat melihat sesuatu yang dia takuti, matanya membesar tanpa berkedip, jantungnya berdetak menjadi sangat cepat. Dia mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Disana ada banyak orang yang menjerit keras, secara bergantian mereka mendekati tubuh terkapar penuh darah dengan posisi ponsel mereka yang seperti sedang merekam.
Amarah Sam memburu, dia berjalan cepat mendekati tubuh yang menjadi pusat perhatian itu. Sam menyempatkan diri menarik salah satu ponsel mahasiswa yang sedang dalam mode rekam, Sam memlempar ponsel itu ke sembarang tempat, alhasil ponsel itu hancur tak berharga. Kehadiran Sam membuat suasana mendadak hening, orang-orang sedikit menjauh dari tubuh berluka tusuk tersebut.
Sam menarik nafas panjang, matanya memerah, hatinya sakit melihat tubuh yang selama ini menemaninya kini terkapar tak berdaya di hadapannya. Sam mengangkat tubuh itu dengan kedua tangannya. Dia menatap sekitar lalu berkata dengan lantang, "KEPARAT, APA YANG KALIAN LIHAT?"
"MENGAPA TIDAK ADA YANG MEMBAWANYA KE RUMAH SAKIT?"
"Ambulan akan segara tiba" Jawab seorang pria bertubuh pendek. Jawaban itu mendapatkan sebuah tatapan penuh amarah.
"KALIAN INGIN MATI, HAH?"
Hening.
"Tidak berguna!" Ucap Sam dengan mata yang semakin memerah, pria itu berlari membawa Wiliam, lalu ada seorang gadis yang mengikuti Sam dan berkata "Aku akan menyetir"
Sam mengangguk, dia berlari cepat menuju tempat dimana mobil dia parkir.
*****
Wiliam kehabisan banyak darah, dia terlambat dibawa kerumah sakit membuat nyawanya terancam. Namun bukan Sam namanya jika dia tidak melakukan apa-apa, Sam mendonorkan darah untuk Wiliam, dia juga memaksa para mahasiswa seangkatannya untuk mendonorkan darah juga, untung saja wiliam memiliki golongan darah AB membuat dia dapat menerima darah dari semua golongan.
Wiliam memang pria yang sangat beruntung, meski sudah sangat sekarat, nyawanya masih bisa diselamatkan.
Setelah Wiliam sudah sadarkan diri, Sam memindahkan Wiliam ke rumah sakit lain di luar kota secara diam-diam, Dia melakukannya untuk menghindari kedatangan orang-orang yang tidak penting.
Setelah agak baikan, Wiliam mengatakan bahwa dia bertemu Reyhan di gudang olahraga, membuat Sam sulit menentukan siapa dalang dari semua ini, sebab dia melihat sosok Ryan di tempat dimana Wiliam terkapar, Meski saat itu Ryan memakai jaket dan topi yang menutupi kepalanya, Sam jelas tau bahwa itu benar Ryan. Apa yang dia dilakukan disana? Apakah Ryan berkerja sama dengan Reyhan untuk membunuh Wiliam? Tetapi bukannya Reyhan tidak menyukai kakaknya?, Sepertinya Sam harus menyelidiki soal ini lebih jelas lagi.
*****
"Barani sekali kau membunuh mainanku!" Kata Ryan melotot pada Reyhan. "Aku memintamu untuk menyiksanya bukan membunuhnya!"
"Karena kebodohanmu itu aku tidak bisa memberikan kejutan yang sudah direncanakan untuknya"
"Adik tidak berguna!"
"Lebih baik kau saja yang mati. Ayah dan ibu juga tidak suka memiliki anak pembuat onar sepertimu" Sambung Ryan semakin menatap tajam pada Reyhan yang menunduk lesu dengan posisi duduk di pinggir tampat tidurnya.
Ryan mendorong kepala Reyhan berulang-ulang dengan kedua jari tangannya. "Tidak becus!" Umpat Ryan berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
Reyhan menunduk lesu, pikirannya sudah sangat kacau. Entah bagaimana nasibnya sekarang, mungkin orang tuanya akan mengirimnya jauh dari rumah. Kini Reyhan sadar, bahwa amarah yang bergejolak hanya akan membuat dia berahir menyedihkan.
Perihal Ryan? Sebenarnya Ryan senang saat melihat Wiliam berjalan lunglai dengan tangan menahan perut penuh darah. Dia menikmati raut wajah kesakitan yang ada diwajah Wiliam. Baginya itu tontonan yang menarik. Tetapi kesenangan itu pudar saat dia mendengar kabar bahwa Wiliam sudah mati. Ryan menggila, Dia tak henti memukuli sang adik, Kejutan yang dia rencanakan belum ia beri, dan Wiliam malah mati lebih dulu. Padahal kejutan miliknya akan sangat menyenangkan.
Kejutan itu berupa rencana menculik gadis yang dia lihat bersama dengan Wiliam malam itu. Ryan berniat menunjukan pada Wiliam, bahwa wiliam tidak mampu melindungi orang yang dia sayang. Dan rencana itu gagal karna ulah Reyhan yang ceroboh.
Soal alasan mengapa Ryan sangat suka menganggu wiliam?, Tidak ada alasan! Ryan mudah bosan dan membutuhkan hiburan yang menarik, dan kala itu dia bertemu dengan adik angkatannya yang terlihat cocok di jadikan mainan. Dia membully Wiliam habis-habisan dan wiliam selalu membalas dan itu membuat dia semakin terhibur. Gila memang! Tetapi setiap manusia memiliki jiwa psikopat dalam dirinya, dan bagi yang tidak bisa menahannya maka jiwa gila itu akan mengendalikan tubuh pemiliknya. Dan salah satu tubuh yang dikendalian itu adalah Ryan. Anak sulung walikota yang tertekan oleh tuntutan orang tua, hingga membuat dia menjadi pribadi yang mengerikan.
Demi menjaga nama baik keluarga walikota, Reyhan di dilindungi dengan kekuatan politik, kejahatannya di kambing hitamkan pada orang lain. Berita disebar bahwa pembunuhan yang terjadi di kampus tersebut adalah ulah seorang cucu mafia, yaitu Sam! Bukti menyatakan bahwa Sam adalah pembunuhnya.
Reaksi Sam? Haha, Sam tertawa tanpa henti. Ternyata begini rasanya berhadapan dengan keluarga politik. Untungnya dia berhasil menyuap dokter untuk menyatakan kematian Wiliam. Dengan begitu, Wiliam akan aman meski Sam harus di cap sebagai pembunuh, bagi Sam itu tidak masalah. lagian, Kakeknya tidak akan membiarkan dia berahir dipenjara.
"Setelah kamu sembuh, Aku akan mengirimmu ke belanda" Ucap Sam pada Wiliam yang tertidur nyenyak di tempat tidur rumah sakit yang jauh dari kota mereka tinggal.
Wiliam memang belum sembuh total, dia masih sering tertidur Dan belum bisa banyak bergerak. Jujur, Sam takut kehilangan Wiliam, karna Sam sudah menganggap Wiliam sebagai manusia baik yang wajib ia lindungi. Tetapi sepertinya dia gagal melindungi Wiliam, Jika saja saat itu Wiliam masih berada di rumahnya mungkin saja Wiliam tidak akan berada dirumah sakit.
"Aku akan menganggapmu teman jika kau sudah sehat!"
"Segeralah sembuh agar kau bisa memasak mie untukku"
"Aku lapar karna sudah menjagamu siang malam!"
"Jangan pura-pura sakit, cepatlah sembuh." Ungkap Sam menatap pura-pura kesal pada wiliam yang masih terpejam.
"Ternyata tuan romantis sekali!" Sahut Doni yang baru membuka pintu kamar, Sam menyambutnya dengan tatapan tajam membuat senyum doni pudar, "Maaf, Tuan" Katanya pelan.
Sam acuh, Doni tersenyum tipis. Meski Sam memiliki sifat yang sangat dingin dan kasar, Sam juga memiliki sifat baik dalam dirinya, dia peduli tapi pura-pura tidak peduli. Salah satu contohnya adalah Doni, Meski harus menandatangi surat perbudakan dan harus memanggil Sam dengan sebutan tuan, ternyata Sam sangat peduli padanya. Sam memberikan dia tempat tinggal dan gaji yang banyak, Sam juga menyarankannya untuk bersekolah lagi, Doni menolak dengan alasan dia sulit bergaul dengan anak remaja seusianya. Lalu Sam malah menyewa seorang guru untuk mengajarinya belajar dirumah, itu bukti bahwa Sam sangat peduli padanya apalagi pada Wiliam. Sam berkata bahwa baginya Wiliam hanya sekedar mainan namun hatinya berkata lain, bagi Sam Wiliam berharga, Meski malu mengakui tetapi terlihat jelas bahwa dia sangat peduli.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
NIKAH SANA! (TAMAT)
RomanceCaca : Dasar pria gila! Sam : Pria gila ini suami mu! Caca : Brengsek! Sam : Si brengsek ini mencintaimu.