26.Milikku

4.5K 317 1
                                    

"Sam itu suami kakak!, Mau Kak wiliam masih hidup atau enggak, Hal itu gak ada hubungannya sama pernikahan kakak!" Lantang Riri, Adik Caca.

Caca tak menjawab, Wanita itu makin menutup dirinya kedalam selimut yang ia kenakan. Kepalanya sakit, dan tak ingin membahas hal yang menyangkut pautkan William.

"Kakak mau sampai kapan gini terus?  Kemaren malam Kak Sam udah nungguin kakak diluar sampai tengah malam,"

"Kalo kakak belum bisa ngasih keputusan, temui kak sam dan katakan! Jangan hanya bersembunyi di dalam kamar." Riri langsung keluar dari dalam kamar Caca. Gadis itu geram melihat kebiasaan buruk sang kakak, yang slalu bersembunyi dibalik selimut jika mendengar Nama Wiliam. Mungkin memang wajar saja, sebab kehilangan wiliam adalah pukulan yang menyakitkan bagi Caca. bekas pukulan itu masih membekas dan tak mau hilang. Apa yang harus Caca lakukan? Pura-pura kuat dan berkata tidak apa-apa, atau bersikap transparan menunjuknya bahwa dia masih terluka.

Jika soal wiliam, maka Caca akan memilih pilihan ke dua. Yaitu, Bersikap transparan.

*****

Dikediaman Kakek Jack.

Sam duduk termenung di bangku taman samping rumah. Pria itu tampak berantakan, Wajahnya pucat pasi seperti manusia yang kekurangan gizi.

Sam tidak bisa berhenti memikirkan Caca. Sesuai perjanjian mereka pada malam hari itu, Caca akan memberi jawabannya pada esok malamnya, tetapi Ketika Sam mendatanginya kerumah ibu mertua untuk meminta jawaban, Caca malah tidak mau menunjukkan diri.

Apa itu termaksud jawaban dari seorang Caca?, Apakah itu bukti bahwa Caca ingin berpisah dengannya?.

Sial, Sam gila karnanya.

Dan apa-apaan ini? Sejak kapan seorang Sam mau menghabiskan waktunya duduk lesu berdiam diri?. ini bukan gaya Sam. Sam yang dulu slalu menyibukan diri dengan beragam aktifitas jika sedang bersedih, dia tidak mau memikirkan kesedihan. Tetapi Caca malah mengubah dirinya menjadi seperti pecundang.

Kini Sam menyadari, betapa peran Caca dapat mengubah dirinya. Caca dengan mudah membuat dia jatuh cinta dan dengan mudah juga membuat dirinya terluka.

Sudah hampir tiga jam Sam duduk dibangku itu, tetapi rasanya masih saja berat untuk beranjak pergi.

Gila, pria gila itu makin gila.

"Apakah kamu sedang puber?" Ujar Kakek Jack yang tiba-tiba datang mendekati Sam.

Menyadari kedatangan Kakek Jack, Sam membuang pandangannya malas.

"Berhenti menyalahkan ku, Aku tidak tau apa-apa" Kata Kakek Jack duduk di samping Sam.

Sam tidak menjawab. Pandangan pria itu fokus pada langit yang mulai berwarna jingga. Kakek Jack juga ikut-ikutan menatap kearah tatapan Sam tertuju.

"Dengar nak, Pertemuan kamu dengan nak Caca itu adalah takdir, dan semua yang terjadi setelah itu juga adalah takdir. Masuknya peran Wiliam dalam kisah kalian juga adalah takdir. Kamu tidak harus menyalahkan Kakek!"

"Berhentilah ngambek seperti anak yang baru puber."

Sam menoleh ke arah Kakek Jack, "Aku tidak puber!"

"Jika begitu, berhentilah galau!"

"Aku tidak galau!" Kesal Sam.

Kakek Jack tertawa. "Haha baiklah, kamu tidak puber dan tidak galau."

"Temui dia lagi, jika nak Caca tidak mau bertemu maka paksa dia untuk bertemu. Jika kamu tidak mau kehilangannya, maka jangan biarkan dia meninggalkanmu!" Sambung Kakek Jack mantap.

NIKAH SANA!  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang