Heh?

1.8K 266 29
                                    

Bismillah..

Fani memasukkan satu potong steik ke dalam mulutnya. Terasa lembut dan enak tapi entah kenapa tidak membuat Fani merasa senang.

Gadis itu melirik sedikit ke arah Sagara yang merunduk. Pemuda itu terlihat fokus dengan steik yang ia makan. Namun Fani tau, Sagara tidak bahagia duduk di sini, sama sepertinya.

"Oh jadi Pak Frans kenal sama Pak Muhidi?" seru papanya Sagara kaget.

"Kenal lah, dia dulu sahabat saya," jawab Papa Fani bangga.

"Wah saya gak menyangka kita punya sahabat yang sama, dunia memang kecil sekali ya," kata Diego lalu tertawa lebar.

"Saya juga gak menyangka, padahal kita baru kenal waktu acara lamaran, tapi kalau ngobrol bisa nyambung sekali," kata Frans lalu ikut tertawa.

Ini! Ini penyebabnya! Bukannya fokus dalam menjelaskan maksud dan tujuan kenapa Sagara dan Fani dipertemukan, Diego dan Frans malah asyik dengan dunia mereka sendiri.

Sagara menghela napas, melirik papanya yang masih heboh,  sepertinya benar-benar lupa dengan tujuan mereka mengadakan makan malam saat ini. Apa Sagara pernah bilang kalau papanya itu pak comblang yang sangat buruk?

Pembicaraan seru Papa Fani dan Papa Sagara baru berhenti saat tiba-tiba ada bunyi derit kursi yang di dorong ke belakang. Sagara mendongak, menatap Fani yang sudah berdiri dan memasang wajah datar ke arah papanya.

"Pa, Om, Fani ke luar dulu ya, mau cari angin," kata Fani yang sudah menghabiskan makanannya. Lalu tanpa menunggu jawaban sang Papa, gadis itu langsung melangkah pergi. Frans mendelik, baru ingat jika Fani masih duduk di sebelahnya.

"Eh Fani, ini kan-"

"Sagara ke toilet dulu Pa," potong Sagara yang ikut-ikutan keluar dari restoran.

Frans mengerjap lalu menoleh ke arah Diego yang mengangkat bahu tak terlalu peduli.

"Biasa, anak muda," kata Diego santai, lalu menyesap minumannya sejenak, "nah sampai mana pembicaraan kita tadi?" sambungnya ceria.

Fani memutuskan untuk duduk di luar restoran. Di sana ada beberapa kursi yang memang diperuntukkan untuk tamu yang lebih suka makan di luar ketimbang makan di dalam ruangan. Pemandangannya juga bagus, ada lampu warna warni cantik yang bergantungan di sana.

Fani baru saja hendak duduk di salah satu kursi saat ia mendadak ditarik ke belakang. Gadis itu mendelik, menatap Sagara yang tengah menarik kupluk hodienya.

"Lo sengaja banget ya gak dandan?" ceplos Sagara membuat Fani mengerucutkan bibir kesal.

Tuh kan. Sagara saja sadar Fani salah kostum.

"Ck, apa sih, ngapain lo ikut keluar segala," decak Fani sambil melengos. Sagara nyengir.

"Ngikutin lo lah, apalagi," sahut Sagara santai.

Fani tidak menggubris, memilih untuk kembali berjalan dan mendudukkan tubuh di salah satu kursi yang ada di sana.

"Mending kita pergi dari sini, gue gak bawa duit," ucap Sagara, agak berbisik.

Fani mendelik. "Lah? Memangnya kalau duduk di sini bayar juga?" tanya gadis itu kaget. Sagara mendengus.

"Ya iyalah, emang lo kira ini taman komplek, bisa duduk sepuasnya, tuh lihat, waitersnya mau kesini," kata Sagara sambil mengedikkan dagu ke arah mas-mas waiters yang sudah melihat-lihat ke arah mereka.

"Ih ya udah deh, yuk!" kata Fani lalu tanpa sadar sudah menarik Sagara pergi bersamanya. Sagara tersenyum, melirik pergelangan tangannya yang sudah dicekal Fani.

Gara-Gara Sagara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang