Bismillah...
Dibanding rasa kecewa karena hari ini Sagara gagal datang menghadap orangtuanya padahal keluarganya sudah bersiap, Fani lebih panik saat mendengar berita kecelakaan Alesha.
Gadis itu bahkan langsung mengajak ayahnya pergi ke rumah sakit, tanpa peduli dengan baju kurung yang masih dipakainya.Sesampainya di rumah sakit, Fani melihat Sagara, Aksal dan Radi, duduk bertiga di depan ruang inap Alesha. Ketiganya terlihat sama kacaunya. Tidak ada gelak tawa seperti yang biasa Fani lihat di antara mereka.
Gadis itu mengigit bagian bawah bibir, memandangi Sagara yang tengah menyugar rambutnya ke belakang sambil menghela napas lelah. Merasa tak enak hati untuk menghampiri karena kedatangannya mungkin hanya akan menambah pikiran Sagara.
"Kok berhenti? Gak jadi jenguk?" tanya ayahnya membuat Fani menoleh lalu menggeleng kecil.
"Kita turun dulu deh Yah, mungkin Sagara sama yang lain lagi butuh waktu nenangin diri dulu," sahut Fani dengan suara bergetar menahan tangis.
Ayah Fani tersenyum tipis. Mengerti jika saat ini anak gadisnya itu sedang benar-benar sedih. Meski Fani terlihat biasa saja mendengar berita Sagara yang gagal ke rumah mereka dan malah panik dengan keadaan sahabatnya, tapi Frans tau jauh di dalam lubuk hati, Fani merasa sedih juga karena acara pertemuan keluarga mereka gagal.
"Ya udah, kita turun dulu," putus Frans sambil membalikkan tubuh.
Fani mengangguk lalu mengikuti langkah ayahnya.Namun belum juga beberapa langkah pergi dari sana, keduanya bertemu dengan Diego yang baru balik dari kantin rumah sakit sambil membawa beberapa botol air mineral.
"Eh, Pak Frans!" sapa Diego heboh membuat Fani berjengit.
Gadis itu membasi bibir lalu melirik khawatir ke arah Sagara yang ternyata sudah menoleh ke arahnya dengan mata membulat.
"Maaf ya, saya sama Sagara gak jadi ke rumah, kami sekeluarga langsung panik dengar berita kecelakaan Alesha," jelas Diego sambil memasang wajah memelas. Frans tersenyum paham.
"Gak apa-apa Pak Diego, Fani juga langsung minta diantar ke sini gara-gara dengar sahabatnya kecelakaan, tapi Alesha baik-baik saja kan?" tanya Frans. Diego tersenyum lalu mengangguk.
"Baik, kepalanya memang agak luka, tapi cuma luka ringan, selain itu aman," jelas Diego membuat Fani dan Frans menghela napas lega dengan kompak.
"Fani sama Sagara udah ngobrol? Dari tadi dia pengen nelfon kamu, tapi gak bisa-bisa karena situasinya gak memungkinkan," tambah Diego sambil melirik Fani yang terlihat sedih.
Gadis itu jadi tersentak lalu menatap Papa Sagara dengan salah tingkah.
"Oh, gak apa-apa kok Om, ngobrolnya nanti aja, sekarang Sagara lebih baik fokus ke Alesha dulu," kata Fani gugup.
Diego tersenyum tipis.
"Kok manggilnya masih Om? Papa dong," goda Diego membuat wajah Fani mengerjap.
Heh?
"Iya kan Ga?" tanya Diego sambil melirik Sagara yang sejak tadi sudah berdiri di belakang Fani dan ayahnya.
Fani mendelik lalu menoleh ke belakang. Sagara tersenyum singkat padanya dengan mata merah sehabis menangis, terlihat benar-benar kacau, membuat Fani ingin menangis melihatnya.
Menyadari jika keduanya membutuhkan waktu ngobrol berdua, Diego berdehem membuat ketiganya jadi menoleh ke arahnya kembali.
"Gimana kalau kita ngobrol sama orangtua Alesha dulu Pak Frans? Mereka kayaknya butuh ditenangkan juga," kata Diego peka sambil menatap Frans yang sudah ingin menenangkan Fani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Sagara [SELESAI]
Romansa"Kita kan sama-sama suka, masa statusnya masih yang lama?" .... Sagara itu cakep, pintar dan lucu. Tapi polos banget! Bikin para cewek jadi makin gemas sama tingkahnya. Suatu hari, Sagara bertemu dengan Fani. Gadis ambis yang (kata orang-orang) e...