Gina

2K 284 47
                                        

Bismillah...

Ada yang aneh akhir-akhir ini dengan Gina. Gadis manis berhijab lebar itu terlihat sering menerima tamu laki-laki membuat Fani jadi merasa curiga dengan adiknya.

Sebenarnya Fani tidak ada masalah dengan gadis yang sedang jatuh cinta, lagi pula itu suatu perasaan yang normal. Namun karena ini Gina, entah kenapa ia menjadi khawatir. Bagi Fani adiknya itu terlalu polos dan gampang percaya.

"Siapa sih itu? Sering banget ke sini," kata Fani suatu hari. Sudah tidak tahan melihat Gina yang masih belum ingin menceritakan apapun padanya.

Gina yang tiba-tiba ditanyai seperti itu tentu saja jadi kaget. Tangannya yang sedang sibuk merapikan jilbab jadi berhenti bergerak. Adiknya itu berdehem kecil membuat Fani jadi menyipit makin curiga. Pipi Gina terihat memerah.

"Lo gak pacaran kan Gin?" tembak Fani begitu saja.

Gina mendelik, lalu menggeleng cepat.

"Enggak kok, enggak, apaan sih, mana mungkin gue pacaran, kan lo tau Ayah gak bolehin," sahut Gina pelan.

Fani menghela napas.

"Kalau ada apa-apa cerita Gin, kalau lo diem-diem gini gue gue kan jadi khawatir," kata Fani serius.

Gina menghembuskan napas panjang sambil mengambil salah satu koleksi bukunya dari lemari.

"Gue beneran gak pacaran kok kak, Mas Aksal cuma minjem buku," ucap Gina lalu melangkah ke luar dari kamar.

"Mas Aksal?" lirih Fani pelan. Dahinya berkerut samar.

"Mesra bener," decak gadis itu.

🍉🍉🍉

Fani sedang duduk sendirian di selasar. Menatap daun-daun yang gugur karena hembusan angin dengan sendu. Sagara yang baru balik dari ruang dosen tak sengaja melihat gadis itu duduk sendirian. Kedua alisnya terangkat saat melihat gadis berhijab itu menghembuskan napas beberapa kali dengan gelisah.

"DAR!"

"ASTAGHFIRULLAH!"

Fani benar-benar kaget saat sebuah tangan memukul bahunya kuat secara tiba-tiba. Jantungnya berdegup cepat karena kaget. Ditatapnya Sagara yang sedang tertawa puas dengan mata membara.

Fani mendengus, segera menyerang Sagara, gadis itu mencubit lengan cowok itu kuat-kuat.

"Ampun Fan ... ampun," lirih Sagara sambil berusaha melepaskan diri dari cubitan maut Fani. Gadis itu menggeleng.

"Sakit kan? Jantung gue juga sakit gara-gara lo!" kata Fani kemudian melepaskan cubitannya.

Sagara meringis, mengangkat lengan bajunya sedikit dan melotot saat melihat bekas cubitan berwarna hijau di lengannya.

"Kalau Mama gue lihat, pasti ini dibilang karena gue keluar rumah sore-sore, biasanya kalau hijau begini gara-gara dicubit SETAN!" ujar cowok itu dengan penekanan di kata terakhir.

Fani tak menggubris, ia memilih untuk duduk kembali sambil bertopang dagu.

"Udah ah, gue lagi gak mood berantem sama lo," ujar gadis itu malas.

Sagara mengangkat alis.

"Lo kenapa?"

Fani mendengus.

"Bukan urusan lo, udah ih! Pergi sana!" ujar Fani sambil menghalau Sagara.

Diusir begitu, Sagara malah tersenyum jahil. Ia duduk di sebelah Fani, membuat cewek itu mendengus tak suka.

Gara-Gara Sagara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang