Bismillah...
Diego berjalan mondar mandir dengan panik. Sedangkan Sarah sudah menangis sesenggukan di dalam pelukan Fani. Jesya menghela napas, di sebelahnya Radi duduk dengan wajah cemas.
"Coba telfon Alesha, mungkin dia di sana," kata Diego pada Jesya.
Jesya mengangguk mengerti lalu mengambil ponsel untuk menelfon sepupunya itu. Panggilan Jesya diangkat pada dering kedua.
"Assallammuallaikum Sha?"
"........"
"Sha, Sagara lagi di rumah lo gak?" tanya Jesya.
"........."
"Gak, maksud gue di rumah Bang Ales, dia ke sana?"
".........."
Jesya mendesah pelan saat mendengar jawaban Alesha. Gadis itu mengangguk beberapa kali.
"Oke, makasih ya Sha, bilang sama Bang Ales juga," katanya lalu mematikan telfon.
Diego menoleh ke arah Jesya. "Gimana?" katanya.
Jesya menggeleng lemah. "Gak ada Pa, tapi Bang Ales katanya bakalan coba minta tolong ke temannya yang polisi untuk ngelacak Sagara," jawab Jesya.
Diego menghembuskan napas panjang, lalu mendudukkan tubuhnya di sebelah Sarah, istrinya.
"Ini gara-gara Mama," kata Diego membuat semua orang yang ada di ruangan itu tersentak.
"Kalau aja Mama gak dengerin hasutan teman arisan Mama itu, semuanya pasti bakalan baik-baik aja gak kayak sekarang," ketus Diego sambil menatap Sarah geram.
Mama Jesya itu melepaskan pelukannya dari Fani, lalu balas menatap Diego marah.
"Kenapa cuma Mama yang Papa salahin? Kalau Papa gak setuju semuanya gak bakalan kayak gini!" kata Sarah dengan suara parau karena menangis.
Diego menatapnya dengan mata melebar.
"Kapan Papa bilang setuju? Mama yang mulai-mulai percakapan soal pernikahan batal itu di depan Sagara, Papa cuma belain Mama waktu itu karena Sagara mulai ngamuk," ucap Diego.
Jesya menghela napas. Merasa segan dengan Ayah Fani, Fani dan Radi yang jadi menonton pertengkaran keluarganya.
"Pa, ada Ayah Fani, Fani sama Radi lho," ujarnya lirih membuat Diego menghembuskan napas panjang.
"Maaf Pak Frans, saya terbawa emosi," katanya sambil menoleh ke arah Frans yang tersenyum maklum.
Jesya berdehem sambil membenarkan tempat duduk.
"Jadi sebenarnya Papa setuju kalau kami nikahnya serentak aja?" tanya Jesya yang pintar mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Diego langsung mengangguk membuat wajah Jesya langsung berbinar ceria.
"Silahkan, sejak awal Papa setuju-setuju aja, tapi gara-gara teman Mama kamu itu makanya jadi runyam begini. Ah, udah berapa kali Papa bilang, berhenti berteman dengan orang-orang hedon seperti mereka," kata Diego kembali menyalahkan Sarah.
Kali ini Sarah tidak menjawab karena malu dengan Frans, Fani dan Radi. Jesya yang mendengar gerutuan papanya tersenyum geli, membenarkan pendapat papanya itu. Sagara dan Jesya dulu bahkan sering julid dengan teman-teman mamanya itu. Teman mamanya itu suka sekali komentar ini itu tentang keluarga orang, padahal keluarganya sendiri entah seperti apa.
Jesya menghembuskan napas berat merasa sesak begitu saja. Mendadak teringat dengan Sagara yang selalu berhasil membuatnya tertawa lebar kalau adiknya itu menirukan gaya teman-teman mamanya. Radi yang mendengar isakan pelan di sebelahnya jadi terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Sagara [SELESAI]
Romance"Kita kan sama-sama suka, masa statusnya masih yang lama?" .... Sagara itu cakep, pintar dan lucu. Tapi polos banget! Bikin para cewek jadi makin gemas sama tingkahnya. Suatu hari, Sagara bertemu dengan Fani. Gadis ambis yang (kata orang-orang) e...