Bismillah...
Sagara berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya. Tadi ia mengantar Fani pulang, sekalian merundingkan masalah pernikahannya dengan Fani yang sepertinya akan diundur dengan kedua orang tua Fani.
Sagara pikir, Frans akan marah besar padanya, namun ternyata tidak, laki-laki yang sudah dipanggil Ayah oleh Sagara itu bahkan tersenyum padanya sambil berkata,
"Sagara, Ayah tau kamu juga sedih karena masalah ini, kamu tidak berniat sengaja untuk menggantung Fani, niat baik kamu untuk segera melamar Fani saja sudah sangat membuat Ayah bangga, angkat kepala kamu Nak, kamu gak salah. Biar nanti urusan pernikahan itu Ayah yang diskusikan dengan Papa kamu," ujar Frans bijak.
Mendengar itu Sagara langsung terisak. Membuat Fani yang duduk di sebelahnya juga menangis haru. Sagara yakin ia akan sangat menyesal jika ia gagal menjadi bagian dari keluarga Fani karena keluarga Fani sangat menerima dirinya.
"Dek, lo bisa tolong anterin gue ke tempat tante Rida gak?"
Sagara yang hendak masuk ke kamarnya langsung berhenti berjalan, menoleh ke arah kakaknya yang sudah rapi dan siap untuk pergi. Mata Jesya melebar saat melihat mata Sagara terlihat merah dan bengkak.
"Astaghfirullah Dek, lo kenapa?" tanya Jesya kaget.
Sagara menghela napas. Menatap Jesya tajam.
"Gue gak tau apakah lo pura-pura gak tau atau emang gak peduli, tapi gue rasa lo keterlaluan banget sampai gak sadar apa yang terjadi di rumah ini gara-gara lo," kata Sagara emosi.
Jesya terdiam. Kakinya yang hendak mendekat kepada Sagara langsung berhenti bergerak.
"Maksud lo? Gue gak bermaksud untuk gak peduli Ga, gue kan kemarin nginap di rumah Alesha, jadi gue gak tau," jelas Jesya bingung.
Sagara tersenyum miring. Menatap Jesya yang terlihat tak mengerti.
"Gue batal nikah gara-gara lo kak," ketus Sagara pelan membuat Jesya terkesiap sesaat. Gadis itu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gak, mana mungkin, lo bahkan udah nyewa taman buat acara nikahan lo sama Fani, gak mungkin bisa digagalin gitu aja," kata Jesya masih tak percaya.
Sagara mengangguk kecil.
"Iya, lo benar, seharusnya gak mungkin gagal, gue sama Fani bahkan udah capek bolak balik untuk ngurus itu semua, tapi kemarin Papa dan Mama bilang semua reservasi itu harus gue pindahin ke lo," kata Sagara.
Jesya jadi terdiam. Bibirnya terlihat gemetar dengan mata membulat.
"Ga, gue gak tau ... gue sama Radi bahkan niatnya nikah tahun depan, tapi kenapa tiba-tiba ... begini?"
Sagara mengangkat bahu.
"Anak laki-laki gak boleh ngelangkahin kakak perempuan, lo masih ingat dengan itu?" tanya Sagara.
Melihat ekspresi shock Jesya, pemuda itu menghela napas. Ia tau bahwa sebenarnya bukan Jesya yang membuatnya gagal menikah, tapi tetap saja, gara-gara Jesya yang tiba-tiba dilamarlah masalah itu kembali mencuat ke permukaan.
Sagara tidak melanjutkan pembicaraan lagi. Membahas itu hanya membuat dadanya makin sesak. Pemuda itu segera berbalik dan menutup pintu kamarnya keras membuat Jesya yang masih berdiri di sana jadi berjengit. Jesya menarik napas. Baru kali ini ia melihat Sagara marah dengan ekspresi tadi. Air mata mulai turun di pipinya.
"Kenapa jadi begini?" lirih Jesya tak mengerti.
🍉🍉🍉
Radi sedang di kamar saat mamanya meneriaki namanya. Membuat Radi yang awalnya hendak tidur jadi bangkit dari kasur. Pemuda itu berjalan ke luar kamar, lalu mengedip kaget saat melihat Jesya sudah duduk di ruang tamu dengan kepala menunduk dan pipi basah karena menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Sagara [SELESAI]
Romance"Kita kan sama-sama suka, masa statusnya masih yang lama?" .... Sagara itu cakep, pintar dan lucu. Tapi polos banget! Bikin para cewek jadi makin gemas sama tingkahnya. Suatu hari, Sagara bertemu dengan Fani. Gadis ambis yang (kata orang-orang) e...