Awal Rival

2K 288 21
                                    

Bismillah..

Hari ini adalah hari paling mendebarkan dalam hidup Fani. Pasalnya hari ini untuk pertama kalinya Fani menerima lembaran hasil studinya.

Gadis itu kini duduk di depan laptop. Menatap lembaran hasil studinya dengan mata meredup.

"3,80?" lirihnya lalu menghela napas.

"Emang susah kayaknya dapetin nilai 4,0," kata Fani pelan namun langsung membuat Gina yang tiduran di belakangnya jadi mendelik.

Adik Fani itu lalu berdiri dari acara rebahannya dan menatap nilai Fani yang rata-rata mendapat poin A-.

"Bersyukur dong kak, jangan ambis," kata Gina yang paham dengan sifat kakaknya.

Fani mendengus.

"Gue bukannya ambis Gin, tapi punya semangat tinggi untuk mendapatkan nilai terbaik," jawab Fani. Gina mendecih lalu kembali rebahan.

"Terserah kak," katanya.

Fani lalu mengambil ponselnya yang ada di sebelah laptop. Ada satu orang yang ingin sekali Fani ketahui nilainya saat ini. Iya, tentu saja Sagara. Cuma cowok itu satu-satunya orang yang bisa menyainginya di kelas.

Tanpa ragu, Fani segera mengambil hpnya dan menekan kontak Sagara untuk menelfonnya.

"Hallo?"

Fani mengerjap saat mendengar suara serak Sagara. Gadis itu melirik jam yang ada di atas nakas. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Apa cowok itu masih tidur?

"Lo udah lihat LHS belum?" tanya Fani agak segan. Sagara menguap di seberang.

"Belum, lo udah?" tanya Sagara lalu berdehem untuk menetralkan suaranya.

"Udah."

"Oh."

Fani mendelik. Cuma oh? Cowok itu gak penasarapan apa sama nilai Fani?

"Bagus?" tanya Sagara setelah ada hening yang menjeda.

"Lumayan sih," kata Fani.

"Hem, oke."

Fani mendengus. Sagara yang gak peka atau kode Fani yang kurang keras sih? Sudah jelas kan Fani menelfon cowok itu shubuh-shubuh saking penasarannya dengan nilai cowok itu?

"Lo gak penasaran sama nilai lo?" tanya Fani pelan. Sagara bergumam seolah baru paham akan sesuatu hal.

"Nggak terlalu sih, tapi kalau lo mau tau nilai gue, lo cek aja," kata Sagara santai lalu menyebutkan nomor nim dan passwordnya tanpa khawatir sama sekali.

Fani menatap ke atas dengan mata berbinar. Akhirnya ya Allah ... terimakasih sudah memberikan sedikit kepekaan pada Sagara.

"Ya udah, gue lanjut tidur dulu ya," kata Sagara. Fani berdehem.

"Shalat shubuh dulu," kata Fani perhatian. Sagara tertawa sedikit.

"Udah kok, abis shubuh gue tidur lagi, kemaren begadang nonton anime," jawab Sagara.

Fani mencibir lalu tak lama panggilan itu pun berakhir. Tanpa menunggu lagi Fani segera mengisi nim dan password Sagara di laman portal  kampusnya. Jantung gadis itu berdebar keras, bahkan lebih keras daripada saat mengecek nilainya sendiri.

"3,85?!"

🍉🍉🍉

Fani duduk sambil bertopang dagu. Mengaduk bakso pesanannya dengan malas membuat Alesha dan Sagara yang duduk di depannya saling berpandangan dan kompak menghela napas.

Setelah ujian akhir semester, ketiganya memang masih sering bertemu. Biasanya pertemuan itu terjadi karena inisiatif Fani dan Sagara yang hendak membahas anime dan saling bertukar film. Namun hari ini Fani yang biasanya selalu ceria terlihat badmood.

"Udahlah Fan, cuma beda 0,05 kok, gue yang nilainya 3,4 aja selow nih," kata Alesha memecah keheningan. Sagara yang duduk di sebelahnya ia sikut untuk ikut menenangkan Fani.

"Iya Fan, lagian nilai lo kan gak jelek," ujar Sagara lalu mulai memakan baksonya.

Fani menghela napas.

"Gue tau mungkin saat ini gue kelihatan gak bersyukur banget, tapi gue gak bisa bohong kalau perbedaan nilai kita bikin gue kesal," sahut Fani pelan dan menunduk.

Alesha tersenyum. Paham jika Fani bukan bermaksud tidak bersyukur di depan Alesha yang punya nilai lebih rendah. Fani hanya terlalu semangat untuk mendapatkan nilai tertinggi.

"It's okey, setiap orang kan punya sifat berbeda-beda, gue orangnya emang gak terlalu peduli sama nilai sih, asal masih aman, gue tenang-tenang aja," kata Alesha.

"Tapi ada baiknya juga kok punya sifat kayak lo, bikin lebih semangat untuk semester selanjutnya kan?" tanggap Alesha dengan bijak.

Fani mengangguk kuat.

"Makasih pengertiannya Sha," kata Fani. Alesha tersenyum.

Sagara hanya diam mendengarkan dan sibuk makan bakso.

"Yang gue bingungin tuh ya, padahal gue anak kesayangannya Bu Sekar, tapi kenapa nilai lo lebih bagus?" kata Fani mulai memancing pertikaian dengan Sagara.

Sagara yang sedang mengunyah bakso menjadi tersedak karena tiba-tiba disalahkan begitu.

"Emang iya?" tanya Sagara yang bahkan sampai saat ini belum mengecek nilai semesternya.

"Iya, gara-gara satu matkul itu nilai gue sama lo jadi beda 0,05," jelas Fani sambil melipat tangan di depan dada. Sagara menaikkan alis.

"Lo hafal nilai gue?" tanya Sagara takjub. Fani mengangguk santai, seolah menghafal nilai orang adalah hal yang biasa baginya.

"Gue rasa apa yang dibilang senior waktu itu benar, Bu Sekar biasanya akan ngasih nilai tertinggi untuk cowok paling cakep di kelasnya," kata Fani. Mendengar itu Sagara tertawa puas.

"Weh, berarti lo ngakuin gue cakep dong?" ledek Sagara. Fani melengos, enggan menjawab karena jawabannya hanya akan membuat Sagara makin merasa menang darinya.

Sagara bergumam. Tiba-tiba mendapat sebuah ide yang menarik.

"Kalau gitu kita rival aja," kata Sagara. Fani mendelik.

"Maksud lo?"

Sagara mengangkat bahu.

"Karena lo pengen banget punya nilai yang lebih bagus dari gue, kita rival aja mulai hari ini, siapa yang dapat nilai lebih rendah di semester berikutnya, harus mengabulkan satu permintaan dari yang menang," kata Sagara.

"Okeh! Siapa takut!" kata Fani semangat lalu mengepalkan tangannya di depan Sagara.

Sagara terkekeh lalu menumbukkan kepalan tangannya dengan kepalan tangan Fani. Mengingatkan mereka berdua dengan salam ala-ala naruto.

Alesha yang melihat kelakuan dua sahabatnya hanya bisa mendengus.

"Dasar wibu," celetuknya.

🍉🍉🍉

Ada gak ya punya sifat kayak Fani? Suka banding-bandingin nilai sendiri sama teman? 😂

Keep Reading ya~





Gara-Gara Sagara [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang