Bismillah..
Hari-hari berlalu dengan cepat. Lalu tanpa disadari sudah berganti menjadi bulan dan tahun. Sagara, Fani dan Alesha sekarang sudah berada di ujung perkuliahan mereka.
Sagara dan Fani bahkan sudah mulai menyusun skripsi. Keduanya sama seperti dulu, tak ada yang mau mengalah. Sedangkan Alesha masih di posisi yang sama, diam memperhatikan dan jadi juru damai jika dibutuhkan. Ah, untuk skripsi Alesha belum terlalu memikirkan hal itu.
"Yang duluan wisuda boleh bebas minta satu permintaan ke yang kalah," kata Sagara sambil bertopang dagu. Menatap Fani yang merengut di depannya dengan alis terangkat usil.
Alesha yang sudah bosan dengan pertikaian mereka hanya bisa menghela napas. Menaruh kepala ke atas meja dan bersikap tidak peduli. Gadis itu sangat lelah hari ini, sampai tak ada tenaga untuk menjadi pendamai di antara keduanya.
"Kali ini gue yang bakalan menang," kata Fani, menatap Sagara tajam.
Sagara tersenyum meremehkan.
"Oh ya? Bukannya tiap semester lo selalu kalah?"
Melihat ekspresi sombong Sagara Fani jadi tak tahan untuk melempari wajah sok tampan itu dengan kertas yang sedang diremasnya.
Iya, setelah berganti semester berkali-kali dan hampir selalu berada di kelas yang sama dengan pemuda itu, Sagara tumbuh menjadi cowok sombong. Lebih tepatnya bersikap sombong kepada Fani yang selalu ingin mengalahkan nilainya.
Sagara bergumam. Seolah teringat sesuatu yang menarik.
"Karena selama gue minta hal-hal yang remeh, untuk yang terakhir ini, gue akan minta sesuatu yang serius," kata Sagara.
Fani mendelik.
"Maksud lo?"
Sagara mengangkat bahu.
"Gak mahal sih, tapi kalau gue menang, gue mau minta motor atau mobil," kata Sagara santai namun berhasil membuat mata Fani melebar.
"Heh! Kalau minta tuh yang logis dong, gue kan belum kerja-"
"Hoo ... kok lo pesimis gitu sih? Udah yakin banget bakalan kalah ya?" ledek Sagara. Fani melongo.
Sial.
Siapapun yang di posisi Fani pasti juga merasa terintimidasi. Fani selalu mendapat nilai lebih rendah dari Sagara tiap semesternya. Bahkan jaraknya bukan 0,05 lagi tapi lebih dari itu. Awalnya Fani semangat mengejar walau akhirnya ia merasa lelah sendiri.
Sagara terlalu susah tergapai.
"Hem, kayaknya gak jadi deh, motor sama mobil bisa gue beli sendiri," celetuk Sagara santai. Fani mendelik.
Sagara menatap Fani lama lalu tersenyum tipis.
"Kayaknya gue ingin sesuatu yang lebih berharga untuk gue minta," lirih Sagara.
"Hah? Apa?" tanya Fani bingung.
Sagara mengangkat bahu.
"Ra-ha-si-a," kata Sagara dengan mengeja satu persatu suku kata.
Setelah itu Sagara bangkit dari duduknya. Menepuk kepala Fani singkat dan berlalu dari sana.
"Kayaknya kelewat pintar bikin dia jadi aneh," celetuk Fani asal lalu membangunkan Alesha yang entah kenapa bisa terlelap di antara perdebatan mereka berdua.
🍉🍉🍉
Clara tertawa manis di depan Fani setelah mendengarkan segala cerita yang keluar dari mulut gadis itu. Sedangkan Fani duduk di depannya dengan menggebu-gebu sambil berceloteh ini itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gara-Gara Sagara [SELESAI]
Romantizm"Kita kan sama-sama suka, masa statusnya masih yang lama?" .... Sagara itu cakep, pintar dan lucu. Tapi polos banget! Bikin para cewek jadi makin gemas sama tingkahnya. Suatu hari, Sagara bertemu dengan Fani. Gadis ambis yang (kata orang-orang) e...