Tadi abis subuh gue nganterin mama sama papa ke bandara. Anak dari sahabat papa mau nikah, dan resepsinya diadakan di Bali besok, jadi papa sama mama berangkat hari ini. Penerbangannya pagi, jadi abis subuh gue nganterin mereka ke bandara. Dan karena masih ngantuk banget, pulang dari bandara gue tidur lagi. Baru bangun sekarang pas jam menunjukkan pukul 8 pagi.
Gue turun ke bawah karena perut gue minta banget untuk di isi. Tapi sayangnya gue harus masak dulu karena mama nggak sempet masak tadi pagi. Melihat bahan-bahan yang ada di dapur, akhirnya gue memilih untuk membuat nasi goreng yang cepet dan simpel.
"Aaaa..!!" setelah mengambil bakso dan sosis dari dalam kulkas, gue membalikkan badan dan mendapati Kai yang sudah berdiri di depan gue. "Ngagetin gue aja lo!" Salak gue sambil memegang dada gue. Jantung gue masih berdetak kencang.
Sialan, pagi-pagi udah nongol kaya setan. Mana mukanya bantal banget, gue jamin dia bangun tidur langsung ke sini.
Nah kan bener, baru diomong udah nguap aja orangnya.
"Bikinin gue sarapan ya, yang enak." Kai mengucek matanya lalu duduk di kursi sambil meletakkan kepalanya di meja makan.
"Enak aja dateng-dateng minta makan. Ngapain si lo ke sini?" gue mulai sibuk memotong bakso dan sosis kecil-kecil.
"Bunda tuh yang nyuruh, katanya lo sendirian di rumah." jawabnya. "Gue mau tidur dulu, ntar bangunin ya kalo udah selesai."
Tanpa menunggu jawaban dari gue, Kai pergi ninggalin gue yang cuma menggelengkan kepala. Ini pasti kerjaan mama yang bilang bunda kalau gue sendirian di rumah. Padahal mah gue sendiri nggak masalah. Malah bebas, kalau males masak ya tinggal beli, nggak usah repot-repot masak. Gini-gini gue mandiri, bisa masak walaupun masakan mama tetap yang terbaik.
Drrttt drrttt
Gue melihat ke arah ponsel Kai yang layarnya menyala, ada telepon masuk. Pas gue liat ternyata Fasya yang menelpon. Cewek itu mau apa lagi si, gue heran. Beneran tergila-gila sama Kai kayanya. Sinting banget jadi cewek, nggak tau lagi gue.
Karena Kai juga baru pergi tidur, gue biarin ponsel itu bergetar terus. Mau diangkat juga males. Udah tau Kai punya gue.
Eh, maksud gue dijodohin sama gue. Hehe
Setelah selesai masak dan menyiapkan dua piring nasi goreng, gue menuju ke kamar tamu buat manggil Kai yang tadi pamit tidur.
"Kai sarapannya-" gue baru aja membuka pintu tapi nggak ada Kai di sana.
Di ruang keluarga juga nggak ada, apa dia keluar? Gue akhirnya menuju ke depan rumah, tapi sayangnya mobil Kai masih ada di sana. Gue mengelilingi rumah tapi tetep nggak menemukan Kai.
Apa jangan-jangan dia...
Gue langsung lari ke kamar, jangan bilang Kai tidur di kamar gue. Tapi kayanya nggak mungkin deh. Biasanya juga tidur di kamar tamu atau engga tidur di sofa.
Tapi pas gue buka pintu kamar, Kai beneran lagi tidur di kamar gue. Gue berjalan cepat ke arah Kai. Bisa-bisanya dia tidur di kamar gue tanpa ijin.
"Kai bangun!" gue pukul badan Kai yang tengkurap dengan bantal.
"Apaan sih lo?!" merasa terganggu dengan pukulan bertubi-tubi yang gue kasih, Kai lalu terbangun.
"Lo ngapain si tidur di sini? Kenapa nggak di kamar tamu?" gue masih meninggikan suara gue. Kesel banget gue sama Kai.
"Gue cuma pengen tidur di kamar calon sendiri, nggak boleh emangnya?" baru aja gue mau menimpali, Kai kembali bersuara. "Nanti bakal jadi kamar gue juga kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE (END)
FanfictionMemperjuangkan sesuatu yang sudah menjadi milik orang memang tidak mudah