Namaku Rania Widiastuti.Umurku 21 tahun.Aku tinggal di ibukota sejak 3 tahun yang lalu.Disini aku tidak tinggal sendiri melainkan dengan seorang perempuan yang sudah ku anggap seperti kakak kandung ku.Dia bernama Dewi Wulandari.Biasa kupanggil mbak Dewi.
Umurku dan Mbak Dewi terpaut 5 tahun.Mbak Dewi mempunyai anak perempuan berusia 3 tahun bernama Khanza.Dia anak yang sangat manis,cantik dan juga menggemaskan.Dialah sumber kebahagiaan ku dan juga mbak Dewi tentunya sebagai sang bunda.Rasa lelah kami sirna saat melihat Khanza tertawa.Bagiku mbak Dewi dan Khansa adalah bagian dari hidupku.
Aku dan Mbak Dewi mempunyai sebuah toko kue.Toko ini sudah kami rintis beberapa tahun lalu.Toko inilah yang selama ini menjadi sumber mata pencaharian kami.
Aku berdiri di balik etalase kue sambil memperhatikan mbak Dewi yang sedang menyuapi Khanza.Ia terlihat begitu sabar meladeni sikap manja anak satu-satunya itu.
Untungnya Khanza bukan lah anak yang repot soal makanan.Apapun jenis makanannya ia akan makan hingga tubuhnya bulat dan pipinya yang tembem seperti bakpao.
"Ran,pesenan Bu Ani udah di siapin kan?"
"Udah kok mbak".
"Terus nanti mau diambil apa dianter?".
"Katanya sih mau diambil mbak".Mbak Dewi manggut-manggut sambil terus menyuapi Khanza.
Melihat interaksi antara ibu dan anak itu membuat aku ingin menangis.Aku jadi ingat ibuku.Ingat ayahku dan juga adik-adikku.Ingin rasanya aku menemui mereka di kampung halaman tapiiii aku malu.Aku belum sanggup bertemu dengan mereka.Setelah kejadian itu aku memang belum pernah sama sekali menginjakan kakiku ke kampung halaman walau rasa rindu ini benar-benar memuncak tapi aku tahan sampai aku benar-benar bisa menampakkan wajahku di hadapan mereka.
Aku tak sanggup melihat kedua orang tuaku.Mereka pasti kecewa kepadaku.Jalan yang ku pilih ternyata bukanlah jalan terbaik untuk hidupku.Andai saja aku menuruti keinginan orang tuaku yang berkeinginan agar aku melanjutkan pendidikan aku pasti tidak akan mengalami pahitnya hidup seperti ini.
Aku menyesal.Sungguh sangat menyesal.Namun aku tidak boleh lemah.Aku harus tetap bangkit.Jalan hidupku masih panjang.Masih ada hal yang harus ke lakukan yaitu membahagiakan kedua orang tuaku.Biarlah pengalaman yang lalu itu dijadikan pelajaran agar bisa lebih berpikir panjang dalam mengambil sebuah keputusan.
Lama aku menatap mereka membuatku tak sadar jika mbak Dewi mendekati ku.Ia menyentuh bahuku membuatku bangun dari lamunanku.
"Kamu kenapa?Melamun hmm?"
Aku menghembuskan nafas kasar lalu menundukan kepalaku."Aku kangen ayah sama ibuku mbak".
Mbak Dewi tersenyum.Ia merangkul ku lalu berkata "Pulanglah Ran.Temui kedua orang tuamu".
"Aku nggak sanggup mbak ketemu sama ayah dan ibu"Mataku panas ketika membahas ayah dan ibuku.
"Sampai kapan?Ayah dan ibu mu pasti merindukan kamu juga.Ceritakan apa yang menjadi masalahmu kepada mereka.Mbak yakin kedua orang tuamu pasti akan membantumu keluar dari masalah ini".
"Nanti aku pasti bakal pulang kok mbak dan aku juga bakal cerita masalah ini ke bapak sama ibu".
Mbak Dewi mengangguk."Iya.Apapun yang kamu lakukan mbak pasti akan selalu mendukungmu".
"Terimakasih mbak".
"Iya sama-sama".
Mbak Dewi memelukku.Aku sangat senang memilikinya di sisiku saat ini.Walau kami bernasib sama tapi aku salut dengan mbak Dewi karena ia benar-benar mempunyai stok kesabaran yang banyak dalam menghadapi permasalahan dalam hidupnya.
Rasanya berada dalam pelukan mbak Dewi membuat ku nyaman.Aku yang merupakan anak pertama baru merasakan yang namanya memiliki seorang kakak setelah bertemu dengan mbak Dewi.
..…......
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk
General FictionApa Jadinya jika kamu bertetangga dengan lelaki yang pernah hadir dalam hidupmu?Lelaki yang pernah mengisi hari-harimu dan dia yang pernah menghalalkanmu??