Menunggu mbak Dewi selesai sholat,aku duduk di samping Khanza yang sedang tertidur.Di tanganku kertas yang berisi pesanan tetangga baruku itu terus saja ku pandangi sejak tadi.
Berkali-kali aku melihat, rasanya aku semakin di buat yakin dengan apa yang ada di pikiran ku saat ini.
Aku menggeleng."Nggak.nggak mungkin dia disini.Dia kan di sana tinggal di sana buat nemenin pacarnya.Nggak mungkin ini dia.Bisa aja ini tulisan orang lain yang kebetulan mirip".
Yahh lebih baik aku berpikir positif saja.Aku tidak mau membebani diriku sendiri dengan hal yang belum diketahui kebenarannya.Akan lebih menguntungkan jika otak cantik ku ini ku gunakan untuk memikirkan agar diriku bisa terus bahagia.
Mbak Dewi sudah selesai melaksanakan sholat.Akupun bergegas melaksanakan kewajiban ku sebagai seorang muslim.
Semenjak mengenal mbak Dewi aku memang menjadi lebih dekat dengan sang pencipta.Mbak Dewi selalu mengingatkan ku jika aku lalai dalam melaksanakan ibadah wajib itu.
Selesai melaksanakan sholat kami lanjut makan siang.Menu makan siang kali ini sama dengan sarapan tadi.Tadi saat sarapan aku tidak bisa menikmatinya karena aku dan Khanza memakan bubur ayam pemberian bang Nurdin.
"Sore nanti kita beli bakso di pertigaan itu yuk mbak".
"Boleh.Lama juga ya kita nggak kesana".
"Iya.Lama banget".
Bakso pertigaan merupakan bakso langganan kami.Hampir setiap Minggu kami pergi menikmati olahan daging sapi tersebut.Harga baksonya nyaman di kantong dan rasanya pas di lidah.
...
Hari sudah berganti malam.Aku dan mbak Dewi sudah siap-siap dan tinggal menunggu Khanza pulang dari mengaji di mushola.Sesuai obrolan tadi siang,kami akan menikmati bakso untuk santap malam hari ini.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam.Mau ganti baju enggak?".
"Gak.Mama ana unda?".
"Mama lagi di kamar mandi.Bunda ambilin jaketnya dulu,nanti kalau mama udah selesai kita langsung berangkat".
"Mau mana?".
"Makan bakso".
"Yeeee".Anak itu terlihat gembira sekali.Dia memang senang sekali makan bakso makanya aku dan Mbak Dewi cukup sering mengajaknya makan bakso.
Aku keluar dari kamar bertepatan dengan mbak Dewi keluar dari kamar mandi.
"Sayang pake jaket dulu biar nggak dingin".Aku membantu Khanza memakai jaket kesayangan nya.Jaket ini di beri oleh mbak Dewi saat anaknya itu berhasil menamatkan iqro 2.Aku menggandeng tangan Khanza keluar rumah.Di depan sudah terparkir motor yang akan mengantarkan kami ke tempat tujuan.
Sepanjang perjalanan aku mendengar kan Khanza yang sedang 'memamerkan' hapalan surat pendek pada mamanya.Jujur aku bangga pada anak itu,walau umur nya masih kecil dia termasuk anak yang pandai.Untuk anak seusia dia menghapal surat pendek dalam tempo 4 hari cukup membanggakan menurutku.Dulu saja aku menghapalkan surat An-Nas hampir dua Minggu.Maklum dulu kan aku lebih senang bermain ketimbang pergi mengaji.
Kami sudah sampai di tempat motor yang terparkir di depan warung cukup banyak menandakan banyak pengunjung yang datang di malam ini.
Kami masuk ke dalam warung dan benar saja semua kursinya penuh.Mataku menelusuri mencari kursi yang masih tersedia.
"Mbak,itu ada yang kosong".Aku menunjuk bangku panjang yang ada di sudut.
"Ohh iya".
"Ya udah aku sama Khanza kesana dulu.Mbak yang pesen ya".Mbak Dewi mengiyakan apa yang aku katakan.Aku dan si kecil Khanza berjalan menuju kursi yang ada di dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk
General FictionApa Jadinya jika kamu bertetangga dengan lelaki yang pernah hadir dalam hidupmu?Lelaki yang pernah mengisi hari-harimu dan dia yang pernah menghalalkanmu??