Bagian 29

14.1K 742 6
                                    

Hahaha

Aku,ibu dan mbak Dewi menertawakan Raka dan Aden (teman Raka) yang sedang berkubang di selokan depan rumah.Bukan mereka saja,si Bebe motor kesayangan Raka juga ikut tercebur.Mana selokan itu airnya banyak lagi karena baru turun hujan.

Mereka saling menyalahkan atas musibah yang mereka alami.

Awalnya kami iba tapi setelah mendengar penyebabnya rasa-rasanya ini balasan yang setimpal.

"Ya kamu, black (🐕) nggak salah apa-apa di ledekin.Tau rasa kan".

Black adalah guk-guk milik tetangga yang rumahnya tak jauh dari rumah kami.Hewan itu terkenal jinak namun jika ada yang mengganggunya ia akan bertindak.Aku tau karena tetangga ku sudah memelihara si black saat si black masih kecil.

"Ahh teteh mah bukannya bantuin malah ngetawain".Adikku dan temannya itu memukul-mukul air yang untungnya jernih itu dengan keras hingga mengenai kami yang tengah menonton mereka.

"Itu balasan buat kalian.Black nggak salah apa-apa selalu di gangguin.Untung aja kalian nggak di gigit sama dia.Ya udah yuk masuk aja. tinggalin mereka".Ucap ibuku.Kami pergi meninggalkan mereka dan masuk ke dalam rumah.

Sebelum pergi aku ingin menakuti adikku.Ini pasti lebih menakutkan ketimbang di kejar si black.

"A' itu motor kamu rendeman disitu nggak masuk angin nanti?".

Setelah mengatakan itu aku langsung lari mengejar mbak Dewi dan juga ibu.Aku bisa mendengar Raka berteriak meminta bantuan untuk mengangkat motornya yang ikut tercebur di selokan.

Motor itu adalah pemberian dari ayah hasil rengekan Raka selama seminggu.Tak hanya merengek Raka juga sempat mogok makan demi di belikan motor oleh ayah dan ibu.Akhirnya kedua orang tuaku luluh dan terbelilah sepeda motor matic itu dengan syarat motor itu hanya di gunakan untuk jalan-jalan di desa saja tidak sampai ke jalan raya apalagi sampai di bawa ke sekolah.

🌹🌹🌹

Tak terasa sudah satu Minggu sejak mas Adit kembali ke Jakarta dan hari ini ia akan kembali dengan membawa kedua orang tuanya alias mertuaku.Selain kedua orang tuanya,mas Adit juga akan datang bersama kakak laki-laki nya berserta sang istri serta keponakannya.

Makanan sudah tersedia untuk menjamu mereka.Beberapa camilan pun kami siapkan.Ayah dan ibu sangat antusias menyambut kedatangan besan mereka.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".Kami menyambut tamu yang datang di teras rumah.Dua mobil berbeda warna itu terparkir manis di depan rumahku.

Setelah bersalaman dan sedikit adegan tangis menangis,ayahku mempersilahkan mereka untuk masuk.

Mama mas Adit merangkul pundak ku sambil masuk ke dalam rumah.

"Mama,minta maaf ya.Gara-gara anak mama kamu sampe pergi". Kami semua sudah duduk di ruang tamu.Aku duduk diantara mama dan juga mas Adit.

"Mama nggak usah minta maaf.Mama kan nggak salah".

"Ya tapi gara-gara Adit mau nikah lagi kamu jadi pergi".Mama memang terlihat tidak enak hati dengan ku,dengan kedua orang tuaku pun begitu.Tadi sewaktu salam-salaman mama menangis saat bersalaman dengan ibu.Beliah memeluk ibuku sambil mengatakan minta maaf karena gara-gara anaknya aku pergi dari rumah.

"Kejadian itu kan udah berlalu ma.Nggak usah di inget-inget lagi ya.Lagian kan mas Adit juga nggak jadi poligami".

"Kalau sampe itu terjadi mama nggak akan nganggap dia anak mama".Mama memancarkan aura permusuhan dengan mas Adit.

"Tega banget ma".Ucap mas Adit yang sedari tadi diam.

"Kamu yang tega!Baru punya istri satu bulan udah mau poligami!".

Mas Adit tidak menjawab lagi.Lama-lama bicara dengan mamanya memang tidak akan menjadikan dia menang.

"Ini silahkan dinikmati hidangan yang ada".

Ibu di bantu oleh mbak Dewi menyuguhkan minuman serta camilan yang sudah kami sediakan.

"Ini yang namanya Dewi?".Mama bertanya sambil menatap intens mama dari Khanza itu.

"Iya Tante.Saya Dewi".

"Kamu cantik.Baik lagi.Makasih ya udah membantu menantu saya". Rupanya tadi saat bersalaman mama belum ngeh dengan keberadaan mbak Dewi.

"Iya Tante sama-sama.Saya juga berhutang budi sama Rania karena dia juga sudah menolong saya".

"Orang baik memang selalu di pertemukan dengan orang baik pula".

Obrolan terus berlanjut.Para lelaki berkumpul di ruang tamu.Para perempuan berkumpul di ruang tengah sedangkan anak-anak yang terdiri dari Khanza dan keponakan mas Adit bernama Devi dan Cindy sedang bermain di luar rumah dengan diawasi Arka.

Tak terasa adzan dhuhur sudah berkumandang.Para lelaki pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah sedangkan para wanita akan melakukan sholat di rumah saja.

Selesai melaksanakan sholat,aku membantu mbak Dewi menyiapkan makan siang.Makanan sudah ada tinggal di panaskan dan di sajikan.

"Wahh ini masakan siapa enak banget".Pujian itu terucap dari mama saat kami tengah makan siang.Berhubung orangnya banyak maka makan siang kali ini di lakukan di ruang keluarga.Sofa dan kursi yang ada di singkirkan agar ruangan lebih luas untuk menampung kami semua.

"Iya ma ini enak banget pepes ikannya".Sambung papa.

"Ini masakan Dewi mbak.Dia itu pinter banget masaknya".

"Ibu terlalu berlebihan Tante.Masakan saya biasa saja dan sangat sederhana".

"Justru itu biarpun sederhana tapi kualitas dan rasanya mantap jiwa".

Kami semua tertawa mendengar ucapan papa.Bisa saja papa mertuaku itu.

Aku dan mbak Dewi membereskan piring kotor dan menyimpan kembali makanan yang masih ada.Setelahnya kami berdua mencuci piring di bantu oleh kakak ipar mas Adit.Piring kotor yang menumpuk akhirnya bersih semua.Bersih mengkilap tanpa noda.Mengerjakan sesuatu dengan gorong royong memang terasa lebih ringan.

"Mbak mau istirahat dulu deh.Ngantuk.Tadi berangkat nya nyubuh".Mbak Fira,ipar dari mas Adit meninggalkan aku dan mbak Dewi di dapur.

Tinggallah aku dan mbak Dewi yang berada di dapur.

"Teh ke tambak sana minta mang Ucup ambil ikan buat makan nanti malem".Ibu masuk ke dapur sambil meletakkan gelas bekas minum.

"Sekalian jagung manis.Kayaknya nanti malem bakar-bakar enak nih.Lagi pada kumpul seru pasti".

"Ide bagus itu.Udah lama juga kan kita nggak bakaran bareng".Aku mendukung usulan ibu.Kangen rasanya melakukan rutinitas itu lagi.Dulu saat aku masih tinggal dengan kedua orangtuaku,hampir setiap bulannya kami bakar-bakar.Para pekerja ayah di tambak yang sering kami ajak ikut serta dalam acara itu.

"Ya udah kita bagi tugas aja.Ibu nanti petik selada,tomat sama kemangi di kebun.Dewi nanti ikut ibu ya.Setelah ke kebun kita langsung bikin bumbu".

"Siap Bu".Mbak Dewi memberikan hormat pada ibu.Aku senang melihatnya karena mbak Dewi tidak merasa canggung berada di antara keluarga ku.

"Ih ibu,terus aku pergi ke tambak sama beli jagungnya sendiri gitu?"Ucapku tidak terima dengan pembagian tugas ibuku.

"Kamu pergi sama Adit".

"Ide bagus itu".

Sekalian jalan-jalan.Pikirku.

Aku dan mas Adit sudah dalam perjalanan ke tambak.Jaraknya tidak terlalu jauh.15 menit sampai di tempat tujuan tapi karena kami ingin jalan-jalan sebentar jadi waktu yang si perlukan jadi 2x lipat dari waktu normal nya.

"Jadi inget dulu ya yang.Kita kan sering pergi bareng".Aku memutar otakku pada kejadian beberapa tahun silam.Mengingat itu bibir ku tersenyum lebar.Aku ingat saat-saat kami pacaran dulu.Saat dimana bunga-bunga cinta bermekaran di hati.

Kami sering pergi bareng dengan alasan ingin mengambil data di balai desa yang akan menjadi bahan laporan kelompok mas Adit.

Aku semakin merapatkan tubuhku ke mas Adit.Tanganku memeluk pinggang nya erat.Kepala ku sandarkan di pundak mas Adit.

"Mas janji akan selalu membahagiakan kamu sepanjang hidup mas".

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang