Bagian 13

18.4K 1.1K 11
                                    

"Ran,mbak kira Adit belum punya istri.Nggak taunya udah punya anak".

"Emang kenapa kalau dia udah punya istri dan anak?Gagal ya mbak mau pdkt in dia".Ucapku menggoda mbak Dewi.Mudah sekali aku mengatakan hal itu.Padahal di lubuk hatiku yang paling dalam aku meringis.

"Yee ya bukan gitu.Masalahnya kan kemarin pas acara syukuran istri sama anaknya itu nggak ada jadi ya mbak kira dia belum punya istri apalagi anak".

"Ya mungkin istrinya ada keperluan lain kali mbak makanya dia nggak ada pas acara syukuran kemarin".

"Iya juga sih.Tadi kita juga sempat ngobrol sama istrinya.Cantik banget Ran.Anaknya juga.mirip banget sama mamanya".

"Ya dia kan juga ganteng jadi wajar kan kalau pasangan nya cantik.Jadinya serasi".Aku memaksakan senyum di depan  d mbak Dewi menutupi luka yang kurasakan.Sungguhn teriris mendengar pujian mbak Dewi tentang istri mas Adit.

Aku tidak menyangka jika mas Adit benar-benar menikahi wanita itu.Wanita yang sudah di pacarinya 4 tahun lamanya.

"Ran,ini namanya cella.Dia pacarku"

Aku menatap wanita di depanku dari atas sampai bawah.

Dia sangat cantik.Badannya tinggi.Rambutnya hitam sebahu dan tentu saja pakaian nya modis.Tidak seperti diriku yang ala kadarnya.Terkesan kampungan.Ahh satu lagi jangan lupakan.Wanita ini berpendidikan tinggi dan pastinya pintar.

Tatapanku kembali ke mas Adit.

"Apa kalau aku tidak memberi restu,mas Adit tidak jadi menikahi wanita ini?".

"Tanpa restu dan izin darimu kami akan tetap menikah".

Aku tersenyum getir mengingat percakapan kami saat pertama kali aku bertemu wanita itu.Ternyata apa yang dia ucapkan benar-benar diwujudkan.

Mereka menikah tanpa restu dariku.Tanpa izin dariku.

"Ahhh"🔪

"Ya Allah Ran.Kamu kenapa?".

Jangan berpikiran bahwa aku bunuh diri ya.Tidak.Aku tidak mungkin melakukan nya.Hidupku masih panjang.Mimpiki masih banyak.Aku tidak akan pernah melakukan hal konyol itu hanya karena lelaki.

Aku hanya terkena pisau, lebih tepatnya hari telunjuk ku yang teriris sedikit.

"Bersihin dulu Ran lukanya".Mbak Dewi membawaku ke wastafel dan menyiram luka ku dengan air.

"Kamu kenapa sih.Kok bisa kayak gini.Kamu bengong".Darah yang mengalir sudah bersih.Mbak Dewi membawaku ke meja lagi.Ia berdiri dan berjalan ke depan.Tak lama ia datang dengan membawa kotak obat.

"Kalau ada masalah,kamu bisa cerita sama mbak Ran".

"Aku nggak papa kok mbak".Mbak Dewi menuangkan antiseptik pada kapas dan mengoleskan nya pada lukaku.

"Kita kenal sudah cukup lama.3 tahun kita tinggal bersama.Mbak sudah cukup tau sifat kamu Ran".

Aku menarik nafas dalam.Mungkin memang saatnya mbak Dewi tau apa yang sedang ku rasakan.

"Sebenarnya aku udah ketemu sama_".

"Mama....udah macak belom?Za lapel".Ucapan ku terpotong saat si kecil Khanza masuk ke dapur.Dengan membawa boneka kesayangan nyaris berjalan mendekati aku dan mbak Dewi.

"Belum sayang.Udah laper banget ya anak mama?". Mbak Dewi mengelus rambut Khanza yang saat ini sudah berdiri di hadapannya.

Mendengar pertanyaan mamanya Khanza mengangguk.

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang