Bagian 30

33.7K 952 26
                                    

Dalam sebuah rumah tangga, masalah akan selalu ada.Hal-hal tak terduga akan selalu menghampiri.Kejadian yang tidak enak pasti akan dirasa.Suka atau tidam suka masalah  akan hadir pada hidup kita.

Tapi itulah yang akan membuat sebuah rumah tangga menjadi lebih kokoh.Menjadi lebih kuat.

Ibarat sebuah pohon akan selalu ada panas,hujan dan angin di menerpanya.

Membina hubungan itu susah-susah gampang.Jika kita terlalu menganggap susah maka dalam menjalani nya kita akan selalu di liputi kewaspadaan tapi jangan terlalu menggampangkan juga karena jika itu terjadi maka dalam menjalankan nya kita akan bertindak semaunya.

Masa lalu itu dijadikan pelajaran.Di jadikan contoh serta pengalaman agar kedepannya tidak terjadi hal serupa.

Aku bersyukur karena kesalahpahaman yang terjadi antara aku dan juga mas Adit sudah selesai.Kini kami menikmati momen-momen indah itu bersama.Kami berjanji akan selalu bersama dalam suka dan duka.

"Mas,aku masih boleh jualan enggak?".Mas Adit yang tengah asyik menonton bola di televisi menunduk karena posisi ku saat ini tidur berbantalkan paha nya.Kami sudah kembali ke Jakarta dan aku sudah tidak tinggal di rumah mbak Dewi tapi kini aku tinggal dengan mas Adit, suamiku.

"Kue?"Aku mengangguk.

"Kamu masih mau jualan?"Aku mengangguk lagi.

"Kalau mas nggak kasih izin kamu masih mau tetep jualan".

Senyum di bibir ku perlahan luntur.Aku menarik nafas dalam dan menghembuskan secara perlahan.

"Enggak.Kalau mas Adit nggak ngizinin aku nggak akan lakuin".

Yah tak apalah.Tidak bisa menjalani aktivitas seperti dulu juga tak apa.Izin dari mas Adit adalah yang terpenting.Tanpa izin darinya langkahku tidak akan mendapat berkah.Bisa-bisa aku mendapat dosa bukannya pahala.
Sebagai istri aku harus menurut apa kata suami.Itulah hal yang di sampaikan ibu kepadaku.

Aku membenarkan posisi tidur ku.Aku memiringkan badanku dan kepalaku tepat berada di perut mas Adit.

💋

Aku menatap mas Adit yang tiba-tiba mencium pipiku.

"Mas izinin kamu kok".Aku melotot dan saking gembiranya langsung melompat duduk di pangkuan nya.

"Bener?"Tanyaku memastikan.Mas Adit mengangguk."Iya sayang".Tangan mas Adit merapikan rambut ku yang berantakan.

"Makasih".Aku langsung memeluk mas Adit dengan erat.

"Makasih". Ucapku sekali lagi.Aku mencium pipi mas Adit berulang kali.Terlalu lebay memang.Tak masalah.Inilah ungkapan rasa bahagia ku yang ku tunjukkan pada suami tercinta.

Tadinya aku berfikir jika mas Adit tidak memberikan izin,aku akan memikirkan cara lain untuk membantu mbak Dewi.Aku tidak akan membiarkan mbak Dewi berada dalam kesulitan.Aku akan tetap membantunya meski kini kami sudah tidak tinggal seatap lagi.Bagikj mbak Dewi dan Khanza adalah keluarga ku dan akan tetap seperti itu selamanya.

"Kamu boleh tetap buka toko tapi dengan syarat".

Aku memberi jarak pada tubuh kami.

"Syarat?".aku membeo.

"Hmmm Syarat"Aku was-was dengan syarat yang akan di berikan oleh suamiku ini.Kira-kira syaratnya akan memberatkan atau tidak ya?Semoga saja tidak.

"Syaratnya apa?".Aku menggigit bibir bawahku.

Mas Adit terkekeh.Tangannya yang berada di pinggang ku terangkat untuk mengelus pipiku.

"Jangan suku gigit bibir kayak gitu".

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang