Aku mondar-mandir di depan ruang persalinan.Tak lama pintu kembali terbuka.Aku langsung berlari mendekati dokter yang tersenyum ramah kepadaku.
"Bagaimana dokter keadaan nya?".
"Alhamdulillah.Keduanya selamat.Untung saja kakak anda di antar tepat pada waktunya kalau tidak saya tidak tau apa yang akan terjadi pada mereka".Aku tersenyum lega.
"Emmm apa saya boleh liat mereka dok".
"Boleh tapi nanti setelah mereka di pindah ke ruang perawatan"
Aku mengangguk."Kalau begitu saya permisi dulu"."Iya dok".
Pintu ruangan pun terbuka.Seorang suster keluar dengan menggendong bayi yang di bedong menggunakan kain berwarna biru.
Aku mencegat suster yang lewat di depanku.
"Sus,boleh saya liat?".
Suster itu tersenyum."Boleh mbak.Silahkan".Suster itu memberikan ruang untukku melihat bayi yang ada dalam dekapannya.Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi seakan terhipnotis oleh kecantikan si bayi yang masih merah ini.
"Saya bawa ke ruang bayi dulu ya mbak".
"Iya sus"
Dari dalam ruang persalinan,wanita yang baru saja menyandang gelar sebagai seorang ibu di dorong oleh beberapa suster.Tubuh wanita itu terlihat masih lemah berbaring di atas ranjang.
Aku melihatnya dan tersenyum.Tanpa suara ia mengucapkan terimakasih kepadaku dan aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tak terasa hari sudah pagi.Aku masih menunggu wanita yang ku ketahui bernama Dewi itu masih tertidur.Mungkin dia masih kelelahan.Perutku terasa lapar.Aku keluar sebentar untuk mencari sarapan.
Aku kembali masuk ke ruang rawat dengan membawa bubur ayam.Kulihat mbak Dewi duduk di atas ranjang sambil menggendong anaknya.Aku memanggil nya dengan sebutan mbak karena aku tau dia lebih dewasa dari aku.
"Assalamualaikum.Selamat pagi".
"Waalaikumsalam.pagi juga.Kamu masih disini aku kira kamu udah pulang.Soalnya waktu aku bangun kamu nggak ada di sini".
"Tadi aku abis nyari sarapan.Laper".
"Terimakasih ya.Kamu udah nyelametin aku dan anak ku".
"Iya sama-sama".
"Ohh iya nama kamu siapa?".
"Aku Rania Widiastuti.Panggil Rania aja.Nama mbak,Dewi kan?Dewi Wulandari.Aku panggil Mbak Dewi aja ya".Aku menyebutkan namanya sesuai dari KTP nya.Mungkin dia heran darimana aku tahu namanya maka untuk menjawabnya aku langsung berucap "tadi aku liat di KTP mbak waktu suster minta data nya mbak.Maaf ya mbak udah lancang".
"nggak papa.Kalau aku di posisi kamu, aku juga pasti ngelakuin itu".
"Emmm maaf mbak.Apa nggak sebaiknya mbak telepon suami mbak,ngabarin kalau mbak udah lahiran".
"Saya nggak punya suami".Aku kaget mendengar jawabannya.
'Nggak punya suami kok bisa punya anak? Astaghfirullah su'udzon aja'
"Maksudnya mbak?".
Mbak Dewi menarik nafas panjang.Ia menegakan badannya.
"Saya dan suami sudah cerai".
"Tapi kan walaupun kalian sudah bercerai anak ini tetap anaknya mbak.Dia harus bertanggung jawab".
"Tidak akan.Ada hal yang membuatnya tidak akan melakukan hal itu".Aku mulai sedikit paham.Pasti ada hal yang tidak mudah di ceritakan oleh mbak Dewi kepadaku,orang yang baru bertemu dengan nya.Aku pun tidak akan memaksanya.
"lalu apa ada keluarga yang bisa di hubungi?".
Mbak Dewi menggeleng."Aku hidup sebatang kara.Sejak kecil aku tinggal di panti asuhan".
"Boleh aku peluk mbak"Suaraku sedikit parau.Sepertinya aku akan menangis.Mbak Dewi mengiyakan permintaan ku.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.Aku memeluk wanita tegar dan hebat di hadapanku ini.
Aku melepaskan pelukanku saat si bayi dalam dekapan mbak Dewi bergerak.Mungkin dia tak nyaman karena berada di tengah-tengah aku dan ibunya.Lama-lama bayi cantik itu membuka matanya.
Aku mengelus pipinya."Udah bangun ya cantik.Siapa mbak namanya?"
Mbak Dewi memandangi putrinya."Khanza Ayu Detria".
"panggilan nya Khanza?".Mbak Dewi mengangguk."Hai Khanza...ini Tante.Tante Rania".
"Ohh ya Ran,kalau kamu mau pulang nggak papa.Nanti kamu di cariin sama orang tuamu.Aku udah sehat dan kata suster juga sore nanti aku udah bisa pulang.".
Aku duduk di kursi yang ada di samping ranjang mbak Dewi.
"Orang tua ku nggak ada disini mbak.Aku disini tinggal sama suamiku".
Mbak Dewi terkejut mendengar pernyataan ku."kamu udah nikah?".
"Udah".
"Aduhh aku tambah nggak enak.Aku kira kamu masih anak sekolahan".
"Hehehe aku emang imut kok mbak.Malah banyak yang nyangka aku masih smp".
"Kamu nijah muda ya?".Aku mengangguk."Suami kamu pasti nyariin kamu sekarang".
"Aku kabur dari rumah mbak".
Lagi-lagi mbak Dewi terkejut dengan pernyataan ku."kenapa?"Tanya nya.
"Dia mau nikah lagi mbak dan aku nggak mau di madu makanya aku kabur".Kali ini aku tidak tau arti dari ekspresi mbak Dewi.Wajahnya tiba-tiba murung.
Mbak Dewi tersenyum tapi menurutku senyum yang di paksakan.
"Rencananya kamu mau ngapain setelah ini?Mau pulang ke rumah orang tuamu?"
Aku menggeleng."enggak mbak.Aku malu sama ayah dan ibu ku.Dulu aku yang ngotot pengen nikah ehh baru dua bulan masa aku pulang lagi dan bilang kalau aku mau di madu kan itu pastinya bikin mereka malu banget mbak".Mataku mulai berembun.Sepertinya aku akan menangis."Aku mau disini dulu mbak.Setidaknya menenangkan perasaan ku saat ini".
"Ya udah kalau memang itu udah keputusan mu.Sebaiknya walaupun kamu belum mau pulang setidaknya kamu mengirim pesan kepada orang tuamu bahwa kamu baik-baik aja agar mereka nggak khawatir".
"Iya mbak.Makasih ya.Aku jadi nggak enak sama mbak malah curhat kayak gini".
"Iya nggak papa.Ohh iya sekarang kamu tinggal dimana?".
"Aku belum tau mbak.Mungkin aku bakal cari kost yang murah".
"Emmm gimana kalau kamu tinggal di kosan ku aja.Tempatnya emang nggak mewah tapi cukuplah untuk berteduh".Aku memandang mbak Dewi seolah tidak percaya dengan apa yang ku dengar.Kami baru bertemu dan dia menawarkan ku tempat tinggal.
"Nggak usah mbak.Nanti aku cari kosan sendiri aja".
"Sebenarnya aku berharap kamu mau nerima tawaran ku.Aku juga ingin membalas kebaikan yang udah kamu lakuin kepadaku dan anakku".
"Aku ikhlas kok mbak nolong mbak".
"Iya aku tau.Aku tau kamu orang yang baik.Makanya aku nawarin tempat tinggal untuk kamu.Walaupim kita baru ketemu entah kenapa aku percaya kok sama kamu".
Tidak mengecewakan mbak Dewi akhirnya aku mengangguk.
"Alhamdulillah.Ya udah nanti kita pulang bareng ya".
Aku hanya tersenyum.Dalam hati aku bertekad tidak akan menyusahkan mbak Dewi.Aku akan cari kerja dan nantinya jika sudah punya uang sendiri aku akan mengontrak sendiri karena tidak mungkin aku akan bergantung pada mbak Dewi.
Flashback off
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk
General FictionApa Jadinya jika kamu bertetangga dengan lelaki yang pernah hadir dalam hidupmu?Lelaki yang pernah mengisi hari-harimu dan dia yang pernah menghalalkanmu??