Bagian 12

19.2K 1.1K 12
                                    

Aku tidak tau siapa wanita itu.Sejak ia keluar dari mobil mas Adit,lelaki yang masih berstatus sebagai suamiku itu langsung merangkul nya dan mengajaknya masuk ke rumah.Mereka terlihat sangat mesra.Sangat serasi.

Ayah,ibu dan anak.Nampak seperti keluarga kecil yang bahagia.👪

"Maaf bang,kepalaku tiba-tiba saja pusing".Aku sebenarnya tidak enak karena secara tidak langsung aku mengusir bang Nurdin.

Terlihat kecemasan dari raut wajah bang Nurdin.

"Adek masih sakit.Apa mau ke dokter?".Aku menggeleng.

"Beneran?"

"Iya.Aku cuma butuh istirahat".

"Ya udah kamu istirahat aja.Abang pulang dulu ya.Kalau ada apa-apa hubungi abang".Aku mengangguk.

"Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Begitu bang Nurdin menaiki motornya,aku langsung masuk kedalam rumah membawa suguhan yang tadi ku hidangkan padanya.

Aku menaruh gelas ke dapur dan buru-buru aku masuk ke kamar lagi.Sebelum masuk ke kamar,aku berpapasan dengan mbak Dewi yang baru keluar dari kamarnya.

"Bang Nurdin udah pulang Ran?".Aku mengangguk.

"Aku ke kamar dulu ya mbak".Aku tidak mampu untuk berkata.Takut jika air mataku keluar.

Aku langsung membuka pintu lalu masuk dan menguncinya.

Di dalam kamar,aku langsung berbaring di ranjang.Wajahku ku benamkan di bantal karena posisiku saat ini tengkurap.

Tak terasa bantal yang ku gunakan sedikit basah.Aku mengangkat kepalaku.

"Ya Allah kenapa aku nangis segala sih.Harusnya aku biasa aja ngeliat hal itu.Dia itu udah bahagia sama keluarganya.Ini kenapa pake nangis segala sih😧😧".

Hiks...hiks...😭

Aku sedih karena sempat terpesona dengan tindakan nya tadi.Aku kecewa pada diriku sendiri karena aku masih menaruh harapan kembali dengannya lagi.Aku marah pada diriku sendiri karena tidak bisa mengontrol perasaan ku saat berada di dekatnya.

Aku kembali membenamkan kepalaku di bantal.Meredam tangisan ini agar tidak sampai terdengar oleh mbak Dewi.

Tok...tok...

"Unda,antelin aku ngaji yuk".

"Iya sayang bentar ya".Aku segera menghapus air mataku.Mengerjapkan beberapa kali agar sisa-sisa air mata tidak sampai keluar.Aku juga mengubah ekspresi dari sedih ke senang.

Ceklek...

Aku menunduk.Mensejajarkan wajahku dengan Khanza.Meneliti penampilan nya dari atas sampai bawah.Khanza sudah siap untuk pergi mengaji.

"Unda nangis?".Aku tersenyum.Khanza sangat perhatian kepadaku rupanya.

"Enggak.Ini tadi kelilipan".

"Boong dosa unda kata pak ustad". Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum.Bingung mau menjawab apa.Mau memberikan alasan apalagi pada si kecil yang sudah mengerti keadaan sekitar ini.

"Udah siap?"Ucapku mengalihkan pertanyaan dari Khanza tadi.

"Udah".

"Maaf ya Ran,tadinya mbak yang mau nganterin dia.Ehhh dia maunya sama kamu.Kalau bukan kamu yang nganterin dia nggak mau berangkat".Mbak Dewi muncul dari dapur.

"Iya mbak nggak papa".

aku mengelus kepala Khanza yang sudah tertutup jilbab berwarna merah muda.

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang