Bagian 20

19.2K 1K 18
                                    

"Tetep aja mas itu jahat banget sama aku".

"Iya sayang makanya mas minta maaf banget sama kamu.Mas tau kok kalau mas salah".

Aku masih sesenggukan.Hidung dan mataku sudah memerah.

Bugh..

Sekali lagi aku memukul mas Adit dengan tas.

Bugh...bugh

"Mas mas rela kamu mukulin mas kayak gini.Mas ikhlas.Asal kamu mau maafin mas".

"Nggak!!Aku nggak mau maafin kamu!!".

"Sayang jang_".

Terdengar suara tangisan dari atas tempat tidur.Suara yang nyaring itu membuat kami semua menoleh pada sosok yang masih terbaring diatas ranjang.

Mbak Cella berlari mendekati anaknya.

"Gara-gara elo nih dit.Anak gue jadi bangun kan.Gagal deh rencana gue buat ukhuk-ukhuk".

Wajah A' Dimas cemberut.Ia memandang mas Adit dengan tatapan jengkel.Bukannya merasa bersalah mas Adit malah tertawa.Aneh memang.

"Ya udah sih bro tahan dulu.Gue aja bisa nahan 3 tahun".

"Ya elo nahan karena nggak ada istri loe.Coba kalau ada mana mungkin"

Hahaha

Aku memperhatikan dua orang yang menunjukkan ekspresi saling berlawanan ini.

Aku yang pernah menikah tentu saja tahu topik yang sedang mereka bahas ini.Tidak jauh-jauh dari rutinitas suami istri.

"Sengaja banget malem ini gue nginep di hotel mahal.Kalau ujung-ujungnya nanti tidur doang mendingan gue nginep lagi di rumah elo".

Masih sesenggukan aku menatap A' Dimas.Apa katanya tadi nginap di rumah mas Adit?Jadi selama ini?

"Ya lagian apa bedanya di rumah sama di hotel.Sama juga bisa begituan".

"Suasananya beda bro.Udahlah sana kalian keluar.Gue mau bantu istri gue.Biar anak gue cepet tidur lagi.Jadi kan emaknya bisa gue garap".

Aku menggeleng.Benar-benar dua orang ini.Pikirannya nggak ada yang bener.

Mas Adit berdiri.Aku yang sangat sadar diri lebih baik ikut dengan suamiku.Masa iya aku mah berdiam diri di kamar ini.Sebenarnya masih ada ganjalan di hati dengan persoalan ini.

Aku dan mas Adit sudah berada di luar.A' Dimas berdiri di depan pintu.

"Mumpung di hotel dit.sekalian aja".A' Dimas melihat kearah ku sambil memainkan kedua alisnya naik turun.

"Gue yakin elo udah nggak tahan.Tiga tahun bro nganggur".

Mas Adit melirik ku tepat saat aku juga melihatnya.Jadilah kami saling menatap.Aku langsung mengalihkan wajahku.Jujur aku sangat malu.

"Cielahh udah kaya ABG aja elo berdua.Pake lirik-lirikan segala lagi.Udahlah bro sikat aja.Masih banyak kamar kosong kok disini".

Aku hanya diam.Aku bingung mau melakukan apa.Dua orang ini tidak ada beres kalau sudah di satukan.

"Ya udahlah bro.Gue pamit ya".

"Nggak nyari kamar?"

"Tergantung si nyonya".Mas Adit menonjolkan pipinya kearah ku.

"Oke.Semoga lancar".A' Dimas langsung menutup pintu kamarnya.Tinggal lah aku dan mas Adit yang masih berdiri di depan pintu.

"Ayo sayang pulang".Aku masih diam.

"Saaayang...ayo pulang". Ucapnya sekali lagi.Senyum lebar terukir dari bibir mas Adit.Aku mengernyitkan kening ku karena bingung.

"Ngapain senyum-senyum gitu?".

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang