Bagian 16

19K 1K 8
                                    

Sejak tadi mbak Dewi melihatku terus.Saat kami sedang sarapan matanya tak berhenti menatapku.Sepertinya ada yang hendak ia bicarakan kepadaku tapi apa??

Toko hari cukup ramai.Aku sibuk di dapur membuat kue dan mbak Dewi sibuk melayani para pembeli.

Saat ini kami duduk di dapur.Toko masih sepi pembeli.Khanza sudah asyik di depan televisi.

"Kalau mau ngomong tinggal ngomong aja mbak.Nggak usah ngeliatin Rani Sampek segitunya".

"Hehe kamu tau aja Ran.Kalaj ada yang mau mbak omongin".

"Keliatan kok mbak". Setelahnya kami berdua tertawa bersama.

"Jadi apa yang mau mbak omongin".

"Ekhem.Jadi Adit itu suami kamu Ran?".Aku yang sedang minum teh langsung tersedak.

Ukhuk....ukhuk...

"Minum nya santai aja Ran.Mbak nggak bakal minta kok".

"Mbak tau darimana gosip itu".

"Itu bukan gosip.Itu fakta.Mbak dapet dari sumber terpercaya".

Aku memutar bola mataku jengah.Pasti mas Adit yang cerita ke mbak Dewi.

"Dia udah cerita apa aja sama mbak?".

"Dia nggak cerita apa-apa.Dia cuma bilang kalau kamu istrinya".

"Udah itu aja?".

"Iya".

Aku menghembuskan nafas kasar.

"Kenapa kamu nggak bilang ke mbak kalah Adit itu suami kamu".

"Buat apa juga mbak.Bentaran lagi juga bakal pisah".

"Kata siapa?".Aku hanya melihat mbak Dewi lalu menunduk kembali.

"Sampai kapanpun aku nggak bakal mau di madu mbak.Lebih baik aku sendiri daripada harus berbagi suami".

"Dalam hal ini tidak ada yang harus membagi suami Ran.Adit hanya milik kamu.Selamanya milik kamu".

Aku menatap mbak Dewi karena tidak mengerti akan ucapannya barusan.

"Sepertinya dia belum cerita ke kamu".

"Cerita apa mbak".

"Kamu tanya sendiri aja ya ke suami kamu.Mbak mau ke depan.Kasihan Khanza sendirian".

....

Sudah 3 hari sejak mbak Dewi mengatakan hal itu kepadaku,aku masih belum mengerti.Lebih tepatnya berpura-pura untuk tidak mengerti.

Bodoh jika aku tidak bisa mengartikan apa yang di ucapkan oleh mbak Dewi.Apa yang di katakan nya itu sangat mudah untuk di simpulkan.

Intinya Mas Adit hanya milikku.

Namun aku berpikir realistis saja.Aku berpikir berdasarkan apa yang ku lihat.

Nyatakan mas Adit bukan hanya milikku tapi juga milik mbak cella dan anaknya.Aku tidak mau egois dengan mematenkan kepemilikan mas Adit untuk diriku sendiri.

Aku ingin bertanya pada mas Adit langsung,tapi lelaki itu tidak pernah memunculkan batang hidungnya sejak pagi itu.

"Dek!"

"Astaghfirullah".Refleks aku menampar orang yang ada di hadapanku saat ini.

"Aduh dek kok di tampar sih Abang.Kan sakit".Bang Nurdin mengelus pipinya yang sedikit memerah.Pasti sakit itu.

"Maaf bang abisnya Abang ngapain teriak gitu.Kan aku kaget".

"Abang nggak sengaja ngagetin you.Dari tadi Abang udah calling-calling tapi dek Rania malah ngelamun".

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang