Sore hari aku dan Mbak Dewi duduk di depan kontrakan sambil menikmati sisa kue yang tidak terjual.Kami hanya berdua karena Khanza sedang main di rumah tetangga.
"Tumben ya mbak sepi.Biasanya jam segini udah pada kumpul".
"Teh Dian belum pulang kerja kayaknya.Kalau teh Anggi tadi pergi sama suaminya".
"Ohhhh".Aku paham.
"Mbak mau ambil minum lagi nih.Mau nitip sekalian enggak?".
"Enggak deh.Ini juga masih kok".Aku mengangkat gelas ku yang masih terisi setengah.
Mbak Dewi mengangguk.Ia masuk kedalam untuk mengambil minum.
Aku mengangkat sebelah kakiku ke kursi yang terbuat dari rotan ini.Tatapanku lurus ke depan memandang rumah mewah berwarna putih gading yang sudah satu bulan ini tidak di huni.
Aku sungguh menyayangkan kepada si pemilik rumah.Sudah membangun istana sebagus dan seindah itu di tinggalkan begitu saja.Apa tidak sayang uangnya ya?
"Kamu ngapain liatin rumah depan?"
"Ehh mbak.Aku heran aja.Rumah sebagus itu di bangun, ehh ujung-ujungnya di jual.Kan sayang ya mbak".
"Namanya juga orang kaya Ran".
"Tapiiii apa ada ya mbak yang mau beli rumah itu.Kata orang harganya milyaran lho mbak".
"Ya pasti ada lah dan yang pasti orang yang beli nantinya nggak kalah kaya sama yang bangun rumah itu".
"Emang bakalan ada ya mbak yang mau beli.Secara disini kan sepi mbak tempatnya.Pinggiran kota".
"Justru itu Ran.Orang kaya biasanya lebih senang tinggal di daerah kayak tempat tinggal kita ini.Soalnya disini kan suasananya masih asri,udaranya juga masih lebih sejuk beda sama pusat kota yang udah banyak polusi udara.Terus juga kalau di daerah perkampungan orang-orang nya masih mudah untuk diajak bersosialisasi ".
"Iya juga sih ya.Mbak pinter banget.Kayak tau banget selera orang kaya".Mbak Dewi hanya menanggapi dengan senyuman.
Tin....tin...Aku dan Mbak Dewi membalas dengan senyum dan menganggukan kepala.
"Kita bisa enggak ya mbak kayak pak haji sama Bu haji?".Pak haji dan Bu Haji adalah pemilik rumah kontrakan yang kami tempati.Beliau sudah sepuh namun masih terlihat sangat romantis membuat aku iri.
Mbak Dewi menoleh kepadaku."Insyaallah bisa".
"Aamiin".
Tentu saja hal ini bukan hanya menjadi doaku tapi juga doa mbak Dewi.Kami adalah wanita-wanita yang memiliki nasib sama.Tidak memiliki suami.Bedanya mbak Dewi sudah menyandang gelar janda karena ia sudah resmi bercerai dari suaminya sedangkan aku,😞aku masih bingung dengan statusku.Sudah janda kah atau masih sah istri orang.
"Aku akan berdoa semoga yang beli rumah itu nantinya duda mbak".Spontan mbak Dewi menoleh."Kenapa?".
"Ya barang kali dia kepincut salah satu diantara kita".
"Hahaha".Kami pun tertawa bersama.Inilah kami.Saling menghibur satu sama lain.Mempunyai permasalahan yang sama membuat kami saling menguatkan.
....
Jam 3 pagi aku sudah bersiap pergi ke toko.Mengenakan jaket tebal aku membelah dinginnya suasana pagi ini untuk mencari rezeki.
Jalanan masih sepi.Tentu saja.Jam segini banyak orang yang masih enak-enak nya bergelung di bawah selimut tapi tidak denganku.Aku sudah pergi meninggalkan rumah untuk mencari rezeki demi memenuhi kebutuhan hidup.
Dulu aku tidak sendiri.Mbak Dewi juga ikut pergi ke toko sepagi.Namun lama-lama aku kasihan dengan Khanza.Udaranya masih terlalu dingin untuk anak seusianya.Akhirnya aku memutuskan untuk pergi sendiri dan Mbak Dewi akan menyusul nanti.Mbak Dewi awalnya tidak mau.Ia merasa tidak enak denganku tapi aku meyakinkan nya jika aku bisa.
Rasa takut awalnya pasti ada.Jalanan yang sepi sempat membuat ku dilema tapi mau bagaimana lagi.Diantara kami akulah yang bisa mengalah.Aku belum memiliki tanggung jawab beda dengan Mbak Dewi yang sudah ada Khanza.
Aku dan Mbak Dewi sedang mengumpulkan uang untuk membangun toko ini menjadi dua lantai.Rencananya jika uang sudah terkumpul dan sudah bisa membangun nantinya lantai atas akan kami jadikan tempat tinggal kami.Jadi kami tidak perlu bolak-balik kontrakan-toko setiap harinya.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk
General FictionApa Jadinya jika kamu bertetangga dengan lelaki yang pernah hadir dalam hidupmu?Lelaki yang pernah mengisi hari-harimu dan dia yang pernah menghalalkanmu??