Bagian 21

18.5K 956 35
                                    

Mas Adit masih diam.

Hahaha.Entah kenapa aku ingin tertawa.Menertawakan kebodohanku dulu kala.

"Padahal dari saat kita pacaran aku udah bayangin lho mas,kedepannya kita bakal gimana.Akan punya anak berapa.Tinggal dimana.Aku yang sibuk mengurus kamu dan anak kita kelak tapi nyatanya..."Aku menunduk ke bawah.Memandangi kasur putih yang ku duduki saat ini.Aku mengangkat kepalaku dan tersenyum."Aku hanya jadi ban serep.Tugasnya menggantikan ban utama".

Mas Adit menarik tanganku dan menggenggam nya.

"Ran mas udah bilang kamu bukan cadangan.Kamu bukan ban serep.Kamu punya tempat tersendiri di hati mas".

Aku mendongak dan menatap manik hitam milik mas Adit."Iya.Tapi tempatku sangat kecil.Saking kecilnya mungkin kamu lupa jika aku ada di sana".

"Enggak Ran.Kamu itu spesial.Mas mggak mungkin lupa sama kamu.Mas cinta banget sama kamu.Makanya saat Cella minta dinikahin mas minta izin sama kamu".

"Harusnya kamu nggak usah minta izin ke aku mas.Harusnya kamu diam-diam saja.Biarkan aku menjadi orang bodoh yang tidak tau apa-apa".

"Mas nggak akan ngelakuin itu Ran.Cukup sekali mas bohongin kamu dengan balikan dengan Cella".

Mas Adit memegang kepalaku hingga aku bisa melihat matanya dengan jelas.Matanya memerah seperti akan menangis.

"Ran,please maafin mas.Mas tau mas salah.Mas udah ngeduain kamu.Mas udah hianatin kamu.Mas udah merusak kepercayaan yang kamu berikan".Mas Adit menutup matanya.Bibirnya bergetar.Aku bisa melihat raut wajahnya berubah menjadi sendu.

"Berikan mas kesempatan untuk bisa menjadi suami yang baik untukmu Rania Widiastuti".Mas Adit menciumi tanganku berulang kali.Aku bisa melihat rasa penyesalan yang mendalam dari sikap yang di tunjukkan mas Adit padaku.Hal ini membuat aku terenyuh.Akankah aku memaafkan dia?

"Mas".Suaraku parau efek habis nangis.Mas Adit mengangkat kepalanya dan melihatku.Matanya berair?mas Adit menangis?Apa sebegitu menyesalnya dia dengan perbuatannya padaku waktu itu?Melihatnya menangis seperti ini membuat hati ku sakit.Aku tidak tega melihat dia bersedih seperti ini.

"Mas,nangis?".

Aku kaget.Selama kenal dia tidak pernah sekalipun aku melihatnya menangis.

Aku menghapus air mata yang mulai turun ke pipinya.Mas Adit terpejam menikmati sentuhan ku di wajahnya.

Aku ingat hal ini adalah favoritnya mas Adit saat kami sedang bermesraan.Mas Adit paling suka ku pegang wajahnya.

"Mas adit cengeng".Aku memanyunkan bibir dan berpura-pura kesal padanya.

"Walaupin cengeng tapi tetep ganteng kan?".

"Gak nyambung".Aku masih sesenggukan karena menangis tadi.Tanpa sengaja aku menoleh pada jam yang ada di dinding kamar hotel.

🕙

"Hah udah jam sepuluh".Mas Adit menoleh pada jam itu juga.

"Kenapa memang?".

Bugh...

Aku memukul mas Adit dengan guling yang ada di belakang badanku.

"Kenapa-kenapa!Sholat mas!".

"Ohh iya.Ya udah kita sholat berjamaah ya?"

"Tapi aku nggak bawa mukena?".

"Kamu wudhu aja dulu.Nanti mas yang Carikan mukenanya".

Aku mengangguk.Aku turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk berwudhu.

"Udah?".Tanya mas Adit setelah aku keluar dari kamar mandi.Aku mengangguk sebagai jawabannya.

RujukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang