"Masakan mama emang paling TOP BGT.Ya kan Za?".Balita berpipi gembul itu mengangguk.Di mulutnya ia masih mengunyah sarapan yang menjadi favorit ku dan dia, yaitu Pindang patin.
Mama yang dimaksudkan adalah Mbak Dewi.Sengaja aku memanggilnya demikian menyesuaikan panggilan Khanza.Jika aku memanggil dengan sebutan mbak saat di hadapan Khanza takutnya anak itu akan ikut-ikutan.Anak kecil kan terkadang suka menirukan apa yang di perbuat oleh orang di sekitarnya.Jadi aku mengantisipasinya dengan memanggil mbak Dewi dengan sebutan'mama'saat ada Khanza.
Saat ini kami tengah menikmati menu sarapan yang di bawakan oleh mbak Dewi.Menu sarapan yang di bawa cukup beragam.Ada pindang patin, kerupuk, orak-arik tempe,sambal dan tentu saja nasi.Masakan mbak Dewi memang juara.Tak salah memang aku mengandalkan masakan mbak Dewi untuk mengisi perutku.
"Kalau enak di abisin".
"Tenang.Bakalan habis kok sama aku dan Khanza.Ya sayang ya?". Lagi-lagi anak itu mengangguk.Pipinya yang seperti bakpao menggembung karena mengunyah makanan.
Saking gemasnya mencubit pipinya yang bergerak naik turun karena mengunyah makanan.
"Unda caaakit". Tangannya berusaha menarik-narik tanganku yang berada di pipinya.Tenagaku lebih kuat daripada dia.
"Caaakit tauuuu"Ekspresi nya seperti akan menangis,karena tidak tega melepaskan tanganku dari pipinya.
Pipinya yang putih bersih nampak memerah karena cubitan ku tadi.
Ia mengusap pipinya yang memerah itu."Mama,Za makana udahan.Nambahna nanti agi"
"Kenapa harus nanti sayang.Sekarang juga boleh".Mbak Dewi mengambil piring Khanza yang sudah kosong dan akan mengisinya lagi dengan nasi.
"Nggak maaa.Za nggak mau cekalang.Nanti aja".
" Ya udah minum dulu".Mbak Dewi memberikan air minum kepada Khanza dan langsung di tandaskan oleh anak itu.
Aku heran Khanza memang tak seperti anak kecil pada umumnya.Biasanya yang aku tau,anak kecil itu paling susah kalau di suruh minum tapi tidak dengan Khanza.Setiap di berikan minum pasti akan ia habiskan.
Khanza juga tidak suka minuman yang berwarna.Paling mentok minuman berwarna yang ia minum adalah warna putih.Itupun susu.
Setelah menghabiskan minumnya,Khanza meletakan gelas kosong itu ke meja.
"Ma,Za mau ke Ibel dulu ya".
"Iya".
Ibel adalah anak pemilik toko elektronik di samping toko kami.
Khanza turun dari kursi dengan merosot.Maklum saat duduk di kursi,kakinya tidak menapak di lantai.Mbak Dewi juga bukannya tak mau membantu anaknya,tapi ia selalu menekankan pada Khanza untuk melakukan sendiri hal-hal yang bisa ia lakukan sendiri.Artinya jika bisa melakukannya sendiri kenapa harus meminta bantuan orang lain.
Baru beberapa langkah, ia menoleh dan berbicara kembali.
"Mama!, makanna di cimpen nanti di abicin sama unda".
"Nggak say_".
Aku memotong ucapan mbak Dewi.
"Bunda abisin pokoknya!!Suruh siapa malah main.Wleee".Aku memeletkan lidahku meledek Khanza.
"Angannnnn!!!!".Teriak Khanza dengan kencang.
"Pokoknya bunda abisin!"Jawabku kekeh.
Khanza kesal.Ia berlari mendekatiku dan apa yang ia lakukan..
"Aaaaaaa".
Setelah berhasil menggigit pahaku ia berlari meninggalkan kami.
Aku mengusap pahaku yang digigit oleh Khanza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rujuk
General FictionApa Jadinya jika kamu bertetangga dengan lelaki yang pernah hadir dalam hidupmu?Lelaki yang pernah mengisi hari-harimu dan dia yang pernah menghalalkanmu??