Surat Keduapuluh Tiga

678 68 33
                                    

Well, halo? Pertama, aku akan sangat berterima kasih apabila surat ini dapat diterima di sini.


Well, boleh aku cerita tentang pengalamanku? Aku seorang remaja 17 tahun, yang mendukung juga menghargai kaum LGBT. I live in a sensitive environment with LGBT. And, itu sedikit menyulitkan aku untuk berteman dengan tetangga baruku, yang mana mereka bertiga adalah seorang gay dominant, dan yang paling membuat sedikit terkejut adalah mereka adalah saudara dengan dua di antara mereka itu kembar.

Beberapa tetangga mulai curiga gitu sama mereka, because the girls here are beautiful, and none of them are interested it. Yup, beberapa cewek di lingkungan rumahku emang sedikit centil dan alay. Jadi sering banget mereka digodain dengan cara yang sedikit jalang menurutku. Dan itu bener-bener nggak nyaman banget.

Dan aku berusaha mendekati mereka karena aku tau rasa tidak nyaman yang mereka alami. I have many LGBT friends, so I know what they feel, maybe.

Dan taulah gimana mulut ibu-ibu kalau sudah ghibah? Mereka mulai membicarakan tentang keanehan itu, dan mulai mendatangi mereka karena itu dan bertanya pada ketiganya.

Mereka bilang katanya nggak tertarik dan sedang tidak ingin menjalin hubungan. Itu yang buat ibu-ibu ghibah di lingkungan  rumahku nggak suka dan benci sama mereka.

Aku ngerasa sedih dan kalut(?) pas tau ketiga tetangga baruku itu dikucilin dan diomongin, nggak cuma di belakang, tapi pas di depan mereka juga.

Mereka sedih, ini juga bukan kemauan mereka. Sebut saja  kak D, dia salah satu dominant yang menurut aku paling ganteng, okay, mereka bertiga memang ganteng.

Tetangga aku pernah ngeliat dia bawa temen cowoknya, yang ternyata seorang gay juga. Karena naik motor, mereka diomongin soal cara duduk mereka yang berdekatan, yang mungkin terlihat seolah memeluk. Mereka langsung ngehina keduanya dengan kata-kata kasar yang menurutku itu buat sakit hati banget. 

Kak D keliatan banget berusaha nenangin temennya, yang aku duga dia itu seorang uke. Keliatan banget kak D berusaha nahan emosi dengan kelakuan ibu-ibu itu. Aku pernah coba tanya, kenapa mereka nggak ngelawan atau mungkin pindah aja, biar lebih nyaman. 

Tapi tau alasan mereka apa? Karena mereka nggak mau ngelawan orang tua dan wanita. Mereka juga bilang, cuma di daerah ini mereka bisa tinggal karena lebih deket dengan kampus dan tempat magang mereka. Dan mereka juga tinggal di rumah yang mereka beli dengan uang tabungan mereka.

Kalian bisa bantu aku kasih solusi nggak? Aku udah berapa kali coba bilang ke ibu-ibu ghibah itu untuk berhenti, tapi nggak berhasil, justru aku malah didorong dan dibilang sok baik dan lainnya.

Tolong bantu kasih solusi, aku bener-bener sedih pas tau rumah mereka sering dikotorin dengan sampah daun kering bahkan ada yg nyuruh buat nyoret dinding rumah mereka dengan kata-kata yang buat aku pengen banget memaki. 

Please help me, I'm really need your suggestion.

Thank you, semoga apa yang aku tulis nggak terlalu membuat kalian malas baca ya, hehe.

Terima kasih, dan hope you have a nice day :)

Kotak Surat LGBTQIAP+ IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang