Surat Kesembilanbelas

752 63 14
                                    

Hai, semuanya.

Jujur saja, aku masih belum tahu harus memulai dari mana. Jadi, supaya lebih mudah, mungkin ada baiknya aku memperkenalkan diri terlebih dahulu dan memberi tahu alasan kenapa aku ingin menuangkan isi pikiranku di sini.

Seperti yang bisa ditebak, aku sama halnya seperti kalian. Sesama pembaca yang tenggelam di dunia wattpad serta lautan buku, juga penulis amatir yang kelewat terlalu sering berimajinasi (baca: melamun) alih-alih menulis. Dekat dengan dunia sastra sedari kecil membuatku sadar bahwa semakin lama aku semakin merasa tidak cukup dengan apa yang kubaca. Aku selalu mengharapkan bacaan yang ekstream, anti-mainstream, dan lebih berbobot dibanding remaja kebanyakan.

Menemukan cerita dengan unsur LGBT mungkin adalah salah satu hal yang pernah menjadi perdebatan dua sisi buatku. Aku lupa kapan pertama kali menemukan cerita semacam ini, kalau tidak salah mungkin saat aku sedang terobsesi membaca fanfiction beberapa tahun lalu. Pengalaman pertama waktu membacanya? Kuakui, agak jijik.

Namun, sudah kubilang kalau aku selalu merasa tidak cukup, bukan? Jadi bukannya beralih ke bacaan lain, aku justru memilih untuk mencari lebih banyak. Membaca kisah yang membahas pasangan sesama jenis, masalah orientasi seksual, dan segala macamnya justru lama kelamaan membuatku semakin jatuh ke dunia ini. Puncaknya, adalah saat aku benar-benar menikmatinya seperti sebuah hiburan semata.

Dan kini, harus kuakui bahwa aku benar-benar gelisah. Pasalnya, tidak banyak orang mengetahui mengenai hobiku ini. Entah sudah berapa kali, aku terpaksa menikmati hiburan dengan unsur LGBT secara sembunyi-sembunyi. Alasannya cukup klasik. Aku takut dibenci, takut dipandang risih dan aneh, takut dianggap menjijikkan karena aku seolah terlihat menikmati sesuatu yang faktanya masih dianggap tabu di kalangan masyarakat.

Bahkan tidak terhitung sudah berapa kali aku membohongi diri sendiri. Contohnya, sejak bergabung di wattpad aku jadi bisa semakin banyak mengeksplor cerita-cerita LGBT. Di luar dugaan, beberapa di antaranya malah memiliki kualitas di atas cerita-cerita author kebanyakan. Tidak hanya mengutamakan unsur hubungan sesama jenis, beberapa dari mereka bahkan juga menitikberatkan diksi, karakter, alur, dan berbagai struktur cerita lain secara matang-matang, membuatku bisa menduga bahwa para author cerita LGBT tersebut pasti tidak setengah-setengah saat menuliskan karya mereka.

Dan sebagai apresiasi, sudah sepatutnya kita pembaca memberikan vote maupun tanda follow bukan? Namun, yang jadi masalahku adalah lagi-lagi aku merasa takut. Berkali-kali pikiran negatif datang ke benakku, semacam: gimana kalau orang-orang terutama para followers-ku tahu aku membaca cerita semacam ini, gimana kalau aku dipandang menjijikkan. Ditambah, aku tidak bisa memungkiri bahwa begitu banyak cerita LGBT di wattpad yang memasang rating dewasa untuk sejumlah adegan khusus, meski tetap saja hal tersebut tidak mengurangi kualitas cerita mereka. Alhasil, aku mau tidak mau sempat berpikir, bagaimana kalau aku dicap mesum lantaran dianggap membaca sebuat cerita hanya untuk mendapat adegan vulgar?

Hasilnya? Di antara lusinan cerita LGBT yang kubaca di wattpad, hampir tidak ada satupun yang pernah kuberi vote ataupun sekedar mem-follow sang author.

Aku tahu aku jadi terkesan seperti silent reader menyebalkan yang tidak tahu diri. Sebut saja aku overthinking, karena yah … bohong kalau aku bilang tidak pernah menganggap diriku sendiri begitu. Singkat cerita, aku tidak mau orang-orang tahu perihal hobiku lantaran takut dicap aneh, namun di sisi lain aku juga tidak mau terus-terusan membohongi diri sendiri dengan menolak memberi apresiasi pada sejumlah author cerita LGBT hebat hanya karena unsur yang mereka bawakan. Karena bagaimanapun juga, sastra tetap saja sastra, kan? Semua penulis berhak mendapat pengakuan pembaca atas karya mereka. 

Jadi, bagaimana menurut kalian?

Aku tentu masih ingin membuka lebar pikiran untuk tidak serta merta menjadi anti-LGBT. Tapi stereotip dan pandangan masyarakat tanpa sadar terkadang membuatku bertindak sebaliknya dan takut mengambil pilihan. Jadi, maaf jika apa yang kutulis ini terkesan menyinggung dan frontal.

Akhir kata, terima kasih bagi kalian yang sudah bersedia membaca surat ini :)

Kotak Surat LGBTQIAP+ IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang