PS: OK, semalam malam Minggu, hari ini kami akan mempublikasikan banyak surat cinta. 💖
Selamat malam
Dear Tim LGBTQ-IDPerkenalkan namaku, sebut saja Z, genap umur 17 tahun ditanggal 27 Mei lalu, hehe.
Aku tinggal di pesisir danau terluas dan terdalam di Indonesia. Di Samosir.
Mungkin surat ini agak panjang. Gapapakan?
Aku ingin berbagi cerita tentang orientasi seksual yang kurasakan sejak dari kecil dan bagaimana aku menerima perasaan ini.
Aku menyadari bahwa diriku 'berbeda' sejak dari taman kanak kanak. Aku dulu tomboy namun agak pemalu. Aku kala itu sangat menyukai teman satu TK ku yang cantik dan manis. Dulu aku tidak paham apakah perasaan ini 'salah' atau tidak. Tidak tau menahu apakah aku mencintai atau hanya sekedar mengaguminya saja.
Yang pastinya, setiap hari, aku pasti akan pergi bermain dgn teman laki-lakiku ke area perumahan di puskesmas, karena perempuan itu tinggalnya di situ.
Kek manalah kalo cowo pendekatan sama cewe, kek gitulah ku bikin ke dia. Kubikin dia ketawa ketawa biar dia nyaman sama aku. Panjat pohon mangga, pisang, dan jambu, biar dia kagum samaku. Tapi, dia tak pernah mencintaiku:v.
Yg paling parahnya lagi, setiap malam sebelum tidur, aku pasti berhalu 'berhubungan intim' sama dia. Ya, walau berhubungan intimnya cuma buka baju, trus pelukan.
Anak TK umur 5 tahun kan belum tau soal berhubungan intim yang sebenarnya itu kek mana.
Aku benci otakku.
Berjalannya waktu ke SD, (aku dan perempuan itu tidak satu sekolah lagi) ketomboy-an ku agak memudar dikit dikit, tapi gak hilang. Aku gk pernah lagi bucin kayak TK dulu ke siapa pun. Tapi aku masih suka liat cewe cewe yang cantik lalu, membayangkan 'berhubungan intim' kayak waktu TK tadi.
Lalu lanjut SMP, aku benar benar mencintai seorang kaka kelas 3. Sebut saja R. Aku sering menatapnya jika jumpa di kantin atau lapangan sekolah. Aku yang kala itu sudah punya Smartphone hadiah juara waktu SD, selalu membeli pulsa untuk Sms-an dengan R ini, yang nomornya mati-matian kucari. Kukirimi kata" gombal setiap malam. Padahal, dia itu straight dan homophobic. Tapi tetap diresponnya baik karna aku sudah dianggap seperti adiknya, katanya.
Waktu si R ini udah tamat SMP, aku sering nangis karna merindukannya, kemudian mendengar sedih dan menulis puisi puisi alay di balik buku.
Namun setelah pandemi itu, kutemukan orang yang mengubahku hidup selama ini, sahabatku. Sebut saja T.
Aku dan T sudah berteman sejak masuk SMP. Dia cantik, mempunyai lesung pipi, dan agak tomboy dan feminim di saat bersamaan. Dulu aku sangat tidak menyukainya karna perangainya dan ucapannya yg selalu mengucapkan ucapan 'kotor'. Aku dulu memang tomboy, tapi aku tetap menjaga etika bicaraku bahkan kepada sebayaku, tidak sepertinya.
Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai menerima kebiasaan buruknya itu. Walau terkadang ku tegur jika dia sudah berbicara terlalu kasar dan kotor. Makin hari, aku dan T makin dekat. Udah bisa dibilang sahabatlah. Karna kami selalu bersama di dalam dan luar sekolah dan saling terbuka tentang kehidupan masing-masing.
Segala sesuatu yang pertama kali dalam hidupku, selalu kulakukan pertama kali dengan sahabatku ini.
Seperti, menonton video dewasa untuk pertama kali.
Ya. Ternyata cara berhubungan intim itu, bukan seperti yang selalu ku halu-kan ketika masih kecil. Hehe
Karna aku yang galau sehabis ditinggal si R dan menemukan dengan si T, membuatku mulai mencintainya.
Si T ini straight. Dia mencintai teman satu laki-lakiku.
Aku makin tergila gila dan makin mencintai si T, setelah dia memperjuangkanku dari toxic pertemanan teman kecilku yang membuatku tertekan kala itu. Ahkk.. T, masihkah kau ingat kejadian itu?
Semakin hari, semakin aku mencintainya. Caranya yang membuatku tertawa dan nyaman membuatku semakin bertumbi - tubi mencintainya. Aku selalu belajar hal baru saat bersama dengannya.
Namun dia yang straight, selalu membuatku sakit hati ketika dia sedang bersama atau menceritakan kekasihnya. Aku mulai menyadari perasaan yang mendalam kepada sesama wanita, lalu seketika membenci perasaan ini, dulu.
Masuk SMA, aku dan T tidak satu sekolah lagi. Aku negeri, dia swasta.
Namun itu tidak jadi penghalang untuk persahabatan kami. Kami tetap satu motor untuk pergi kesekolah yang jaraknya 25km dari daerah kami ke daerah ibukota kabupaten. Berangkat jam 6.30 dan sampai jam 7.10 ke sekolah. Dia mengantarku duluan karna jarak sekolahku dan sekolahnya berjarak 500meter.
Setengah tahun seperti itu.
Aku yg bersekolah di sekolah favorit itu merasa tidak bergairah dan menyesal karna masuk sekolah ini. Tidak ada yang menarik.
Kefrustasianku semakin bertambah ketika tiba - tiba si T, lost contact denganku.
Aku tidak tau mengapa seperti itu. Aku juga bingung mengapa hal itu bisa terjadi. Dia tidak mungkin tau klo aku menyukainya, karna aku tidak pernah memberitahukan siapapun perihal orientasiku. Aku juga tidak pernah berlebihan dalam hal bersentuhan dan perkataan dengannya. Pyurr, aku bertindak seperti sahabat pada umumnya.
Aku yang merasa kecewa dan marah akan perbuatannya itu, tidak mencarinya untuk menanyakan "mengapa?".
Aku tidak lagi semotor dengannya. Aku naik Bus sekolah yang berangkat jam 6.00 pagi. Sehingga mewajibkanku untuk bangun jam 5.00 pagi setiap hari. Hal itu membuatku lelah.
Tahun itu menjadi tahun terburukku. Aku yang masih merasa tersakiti karna kehilangan T, aku yang hampir setiap hari berdiri dan berdesakkan di Bus yang selalu padat dengan siswa siswi yang menimba ilmunya di daerah ibu kota kabupaten, tugas yang selalu menumpuk, teman sekelas yang tidak asyik dan terkesan tidak welcome, membuatku sangat tertekan dan tidak konsentrasi saat belajar. Hal itu membuatku terdegradasi dari kelas unggulan, ke kelas alam 1 saat penaikan kelas.
But now, i feel better. Berpindahnya aku ke kelas 11 Alam 1 menjadikan masa SMA-ku menjadi sangat indah karna lawak, pertemanan dan kekompakan satu kelas yang membuatku bergairah untuk pergi ke sekolah. Walau hatiku masih tidak dapat mencintai siapa pun, karna cintaku masih milik si T.
Terkadang aku melihat si T saat berkunjung ke supermarket yang sama. Hanya mata kami yang bertemu. Lalu cepat-cepat kualihkan mataku dan tubuhku atau aku akan menangis di tempat karna saking merindukannya. Dia juga terlihat biasa saja, berjalan dengan santai.
Aku sering mengintip akun FB dan IG-nya menggunakan akun palsuku. Dia terlihat sangat bahagia dengan hidupnya yang baru, tanpaku tentunya.
Tak terasa, bentar lagi aku akan kelas 12 SMA
Aku masih tetap mencintainya. 5 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk seseorang selemah aku, untuk mencintainya dengan penuh kegigihan dan ketekunan.
Aku juga sudah menerima perasaanku yang mendalam kepada sesama wanita ini tanpa mencoba membenci dan menyangkalnya lagi.
Sekian sedikit tentang cerita orientasi seksualku dari kecil.
Terimakasih telah mau membaca.
Kira-kira, mengapa ya si T memutuskan lost contact denganku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Surat LGBTQIAP+ Indonesia
RandomSekumpulan surat untukmu yang mau membaca curhatan dari LGBTQ+, baik dari pembaca, penulis, dan pelaku. Pihak pro dan pihak kontra. Semuanya menjadi satu di sini.