Written by tiascahya_
Alarice berada di atap rumah, gadis itu membawa beberapa buku tebal untuk dibaca. Matahari sudah hampir terbenam. Awan gelap mulai menutupi sinar yang bisa membakar kulit dan mengubahnya menjadi abu.
Gadis itu duduk, lalu membuka buku dan membacanya. Alarice suka membaca, karena ia punya cukup banyak waktu untuk dihabiskan dengan melakukan hal itu. Mungkin diseparuh atau seluruh hidupnya yang abadi.
Alarice von Peerad. Klan vampir yang kira-kira berusia 18 tahun umur manusia itu berasal dari keluarga Peerad yang tinggal turun temurun di Jerman. Ia tinggal bersama adik dan pamannya. Berbaur dan hidup dengan damai bersama manusia di sini. Peerad adalah satu dari empat keluarga klan vampir yang tersisa di muka bumi ini.
Ketika Alarice hendak membaca halaman terakhir bukunya, pintu rumah diketuk dengan keras membuat gadis itu terpaksa menutup buku yang ia baca dan segera turun ke lantai bawah.
"Tunggu sebentar!" seru Alarice sembari berjalan menuju pintu utama.
Ketika Alarice membuka pintu tersebut, Alarice menatap seseorang yang berada di hadapannya. Lelaki tinggi dan bertubuh kekar itu terlihat asing di matanya.
"K-kau siapa?" tanya gadis itu gugup.
"Di mana Aaric von Peerad?" Lelaki itu malah bertanya balik. Suaranya terdengar berat yang membuat Alarice menelan salivanya sendiri.
"P-Paman ada di-"
"Aku di sini. Ada apa?" Itu Aaric, ia datang dari arah belakang Alarice.
Lelaki itu menatap Aaric dari atas hingga bawah. "Biarkan aku masuk. Ada hal yang harus kita bicarakan."
"Baiklah." Aaric membiarkan lelaki itu masuk ke dalam rumah. Kemudian menutup pintu rumah rapat-rapat.
Alarice menatap heran dua orang yang juga ikut masuk ke dalam rumah bersama lelaki itu. Ia tidak pernah melihat mereka sebelumnya. Apa mereka klan? Jika iya, dari mana mereka berasal? Lalu, keluarga klan vampir apa mereka? Beberapa pertanyaan itu memenuhi kepala Alarice.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" kata Aaric.
Alarice masih diam di tempat memerhatikan Aaric dan lelaki itu berbicara. Setelah beberapa saat, akhirnya Aaric berbalik menghampirinya.
"Paman, mereka siapa?" bisik Alarice sambil melirik ke arah mereka.
"Mereka keluarga klan Mydras dari Norwegia." Melihat Alarice yang masih menatapnya dengan bingung membuat Aaric melanjutkan ucapannya. "Mulai sekarang, mereka akan tinggal di sini."
Kemudian, Aaric menjelaskan kalau keluarga Mydras terpaksa harus pindah ke Jerman karena keadaan mereka terdesak di Norwegia. Semakin banyak populasi manusia yang tinggal di daerah mereka, membuat mereka tidak bisa beraktivitas dengan tenang. Karena, keluarga Mydras adalah klan yang paling membenci manusia.
"Sekarang, kau antarkan dua klan remaja itu ke kamar mereka." Aaric melirik dua orang yang ada di sebelah lelaki bertubuh tinggi tersebut.
Alarice mengangguk paham.
"Tunggu." Aaric menghentikan langkah Alarice yang hendak melenggang pergi. "Yang tadi berbicara denganmu itu Dominic fra Mydras, ia petinggi tertua klan. Jangan coba mencari masalah dengannya," bisik Aaric.
Alarice kembali mengangguk, lalu berjalan menghampiri dua orang yang harus ia antar ke kamar baru mereka.
"Aku Alarice von Peerad, senang bertemu dengan kalian." Alarice mengulurkan tangannya, namun satu dari dua orang itu hanya menatap uluran tangan Alarice tanpa berniat menjabat.
Lelaki berambut pirang itu malah melipat tangan di dada, kemudian mengalihkan pandangan dengan angkuh.
"Aku Lucas fra Mydras." Orang yang berada di sebelah lelaki berambut pirang itu menjabat tangan Alarice dengan ramah.
"Baiklah, kuantar kalian ke kamar." Alarice berjalan lebih dulu, diikuti dua lelaki itu di belakangnya.
Sesampainya di depan kamar, lelaki berambut pirang itu langsung masuk ke dalam tanpa mengucapkan terima kasih pada Alarice.
Lucas yang melihat itu hanya bisa mendengkus kasar. "Maafkan Lars, ya. Dia memang seperti itu."
Alarice hanya mengangguk memaklumi. Lalu, gadis itu melenggang pergi setelah memberi tahu kalau nanti mereka harus mencari kayu bersama untuk membuat peti.
"Tak bisakah sikapmu itu lebih ramah?" Lucas bertanya setelah menaruh barang-barangnya di sudut ruangan.
Lars hanya diam sambil menatap lurus ke arah jendela. Lelaki itu mengepalkan tangan, mencoba meredakan emosinya tanpa menghancurkan apa-apa.
Lars benci di sini, ia ingin segera pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Blood [COMPLETE]
VampireSuatu masa ketika klan vampir mulai tersisih dari muka bumi. Perang antara Klan Vampir dan manusia serigala beratus tahun lalu menyebabkan terciptanya sepuluh batu permata ungu dengan kekuatan spesial yang tersebar di seluruh wilayah eropa. Konon...