16. Buku Catatan

56 12 0
                                    

Teressa berjalan di bawah sinar bulan sambil menggenggam buku catatan milik Alarice

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Teressa berjalan di bawah sinar bulan sambil menggenggam buku catatan milik Alarice. Kepalanya terasa berat akibat memikirkan banyak hal. Mulai dari permata ungu, sesuatu yang terjadi pada dirinya, hingga mimpi-mimpi aneh yang belakangan ini ia alami.

Semua itu hampir membuatnya gila. Apa lagi, Teressa sangat lapar sekarang.

Tiba-tiba, Teressa menabrak sesuatu yang membuatnya terjatuh. Lalu, suara lelaki terdengar setelah itu.

"Perhatikan langkahmu, Nona," ucap lelaki tersebut. Ia mengulurkan tangannya pada Teressa.

Teressa menerima uluran tangan itu dan bangkit dari posisinya. Lalu, ia menatap lelaki tersebut.

"Kau?" Dahi lelaki berambut pirang itu berkerut dalam, tatapannya beralih pada buku yang ia pegang.

"Bukankah itu milik Alarice? Dari mana kau mendapatkan itu?"

Mata Teressa membulat. Sebelum klan keluarga Mydras itu bertanya lagi, dengan cepat ia melangkah pergi dari sini.

"Hey, tunggu!"

Seruan lelaki itu membuat Teressa mempercepat langkahnya dan bersembunyi di balik tembok. Ia menghembuskan napas lega setelah memastikan bahwa lelaki itu tidak mengejarnya.

Gawat jika lelaki itu mengenali dirinya. Selain karena ia telah dianggap punah, sejak dulu orang tuanya tidak pernah mengizinkan untuk berteman atau dekat dengan keluarga klan lain. Entah apa alasannya, Teressa lupa.

"Aku sangat lapar," gumam Teressa, ia meremas perutnya. Tiba-tiba, kedua taringnya muncul keluar. Hasrat untuk melukai sesuatu dan meminum darah mencuat. Namun, gadis itu berusaha keras untuk menahannya.

Kemudian, Teressa berlari pergi dari sana. Ia akan mencari apa saja yang bisa dimakan agar tidak melakukan tindakan bodoh yang membahayakan.

***

Lars membuka pintu rumah dan menatap sekeliling yang terlihat sangat sepi. Mungkin, para penghuni belum bangun karena ini masih belum terlalu malam.

Sepanjang perjalanan pulang hingga sampai ke sini, pikirannya dipenuhi oleh gadis yang tadi ia temui di jalan.

Gadis aneh itu pernah Lars temui sebelumnya. Ia tidak pernah lupa akan aroma misterius dan iris mata berwarna merah miliknya.

Saat Lars temui tadi, gadis itu bersikap aneh. Apa lagi, ia membawa buku catatan milik Alarice yang dibuang Ayahnya. Bagaimana bisa gadis itu mendapatkannya?

Beberapa pertanyaan timbul di kepala Lars, bersamaan dengan ingatan tentang pemandangan yang tadi ia lihat dari atas jembatan.

Lars menggeleng. "Tidak seharusnya aku memikirkan dia lagi."

Baru saja Lars hendak melangkah pergi. Namun, suara pintu yang terbuka membuat langkah lelaki itu tertahan di sana.

Seorang gadis yang sempat hinggap di pikiran Lars tadi masuk ke dalam. Ia sempat melirik lelaki itu sebelum akhirnya berlalu begitu saja.

Kau bertemu dengan teman manusiamu lagi, huh?

Suara Lars memenuhi kepala Alarice. Langkah gadis itu terhenti dan berbalik menatap Lars yang ada di belakangnya.

"Mengapa? Kau tak suka?"

Lars mendengkus seraya memutar bola matanya.

Tentu saja. Kau ini ikut mencari batu permata, tapi masih berteman dengan manusia yang membuat kita sengsara.

Lelaki itu mendekat ke arah Alarice, lalu menarik sudut bibirnya ke atas.

Oh, aku mengerti. Kau menyukainya, kan?

"Itu bukan urusanmu!" desis Alarice. Gadis itu pergi menuju kamar, meninggalkan Lars yang masih berdiri di sana.

Alarice menyandarkan kepalanya di dinding. Perasaannya menjadi tidak keruan sekarang. Entah mengapa ia tidak suka Lars berbicara seperti tadi.

Alarice menyukai Nicol, hanya sebatas teman karena lelaki itu sangat baik padanya. Gadis itu menggeleng. Ia tidak mau ambil pusing soal ini.

Setelah itu, Alarice teringat akan buku catatannya. Ia masih ingin mencari meski buku itu meski telah hilang dan dirobek oleh Dominic. Sebab banyak sekali catatan penting di dalamnya.

Alarice memutuskan untuk turun. Namun, gadis itu kembali bertemu Lars di tangga. Ia tidak menghiraukan dan tetap menuruni tangga dengan sedikit terburu-buru.

Lars tahu apa yang akan Alarice lakukan. Ia mengikuti dari belakang. Ternyata benar, Alarice sedang mencari sesuatu. Ia ragu apakah harus memberi tahu gadis itu soal bukunya atau tidak.

Setelah berpikir sebentar, akhirnya lelaki itu berujar, "Aku melihat bukumu tadi."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Last Blood [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang