Nicol membawa mereka semua ke dalam hutan yang letaknya jauh dari pemukiman warga. Jalanan menuju arah yang cukup asing bagi para klan dipenuhi semak belukar. Saat ini, mereka hanya bisa berharap. Entah Nicol akan membawa mereka ke tempat aman atau justru sebaliknya.Perjalanan cukup panjang. Mereka berjalan semakin jauh ke dalam hutan. Matahari sudah hampir menampakkan dirinya, namun hawa dingin seolah menusuk tubuh.
Wajah Alarice terlihat kedinginan. Tidak biasanya gadis itu seperti ini, padahal ia selalu kebal terhadap cuaca apapun.
"Mengapa hutan ini sangat asing? Padahal, aku sudah hidup ribuan tahun di sini." Aaric membuka suara. Lelaki itu terlihat waspada.
Nicol tersenyum tipis, ia hanya fokus melihat ke depan karena penerangan sangat minim. Hanya dibantu dengan cahaya rembulan dan lentera.
"Hey, mengapa kau terlihat kedinginan?" Lars bertanya kepada Alarice yang sedang menggosok tangan.
"Aku tidak tahu mengapa aku merasa dingin di sini. Apa kau tidak merasakannya?" Alarice bertanya balik pada Lars.
"Sebenarnya aku juga merasakan hal sama. Namun, ada baiknya jika kau memakai jubahku." Lars membuka jubah yang ia kenakan, lalu berniat menyampirkannya di bahu Alarice.
Alarice menolak seraya melipat kedua tangan untuk menghangati tubuhnya.
"Tidak perlu. Aku tidak apa-apa."
"Menurut saja dari pada kau mati kedinginan." Lelaki itu sedikit meninggikan nada bicaranya.
"Memang klan Vampir bisa mati karena kedinginan?" Pertanyaan polos itu terlontar dari mulut Alarice.
Matheo serta Jeanne terkekeh geli mendengar percakapan konyol dua orang di hadapannya. Sementara Nicol yang tengah memimpin jalan merasa sakit mendengar obrolan sederhana Alarice dan Lars. Ia tidak tahu mengapa begitu sakit rasanya.
Setelah cukup lama berjalan, Nicol akhirnya berhenti. Membuat mereka semua terdiam menatap lelaki itu.
"Ini gubuk ayahku yang sudah tidak terpakai. Kalian bisa memakainya sebagai tempat bersembunyi untuk sementara," ucap Nicol, lalu hendak melangkah pergi.
"Nicol, tunggu sebentar." Alarice menghampiri lelaki itu. "Maafkan aku. Aku tahu kau sangat kecewa."
Nicol merasakan sakit itu lagi. Ia memberanikan diri menatap mata gadis itu. "Tidak apa. Aku tidak menyesal karena sudah mengenalmu."
Setelah itu, tangan Nicol terulur untuk mengusap pipi Alarice.
"Jaga dirimu baik-baik."
Alarice mengangguk, lalu memeluk tubuh lelaki itu sesaat. Dengan jelas ia mendengar Nicol berucap, "Aku menyayangimu, Alarice."
Sampai saat ini, Alarice tidak mengerti mengapa ia tidak bisa menerima perasaan seorang manusia yang sudah begitu baik padanya bahkan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Blood [COMPLETE]
VampireSuatu masa ketika klan vampir mulai tersisih dari muka bumi. Perang antara Klan Vampir dan manusia serigala beratus tahun lalu menyebabkan terciptanya sepuluh batu permata ungu dengan kekuatan spesial yang tersebar di seluruh wilayah eropa. Konon...