7. Perpustakaan

92 17 11
                                    

Written by @tiascahya_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Written by @tiascahya_

"Dia klan Vampir!"

"Tangkap gadis itu!"

"Cepat tangkap dan bunuh dia!"

Seruan para warga membuat gadis itu ketakutan. Mereka mengejarnya sambil membawa obor serta pedang di tangan masing-masing.

Gadis itu terus berlari sampai ke hutan. Ia berlindung di balik pohon besar seraya memastikan bahwa para warga sudah jauh dan tidak lagi mengejarnya.

Ia menghela napas lega setelah memastikan bahwa para warga sudah tidak ada.

"Kau benar-benar bodoh, Teressa," rutuk gadis bernama Teressa itu pada dirinya sendiri. Ia masih mencoba mengatur deru napas yang memburu akibat berlari tadi.

Sebelumnya, ia sedang berada di suatu pasar dan tidak sengaja menunjukkan taring di depan banyak orang. Alhasil, para warga langsung berniat untuk membunuhnya karena tahu kalau ia adalah klan Vampir. Untung saja Teressa berhasil melarikan diri.

Tiba-tiba, Teressa merasakan jantungnya berdetak sangat kencang. Itu hal yang aneh karena seharusnya ia tidak memiliki detak jantung.

Gadis itu tercengang, lalu memegang dadanya dengan dahi yang berkerut dalam. "Apa yang terjadi padaku?"

Teressa menggeleng. Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan detak jantungnya. Yang terpenting, ia harus segera pergi jauh dari desa ini. Kemudian, dengan cepat gadis itu mengubah wujudnya menjadi kelelawar dan terbang di angkasa.

Ia terbang dari Prancis melintasi beberapa daerah selama berjam-jam sampai akhirnya sampai disuatu tempat.

Teressa mengubah wujudnya kembali menjadi klan Vampir, lalu memerhatikan gerak-gerik sebuah pemukiman kecil yang ada di depannya saat ini.

"Aku mencium aroma klan di sekitar sini," gumam Teressa sambil mengendus-ngendus dengan indera penciumannya yang sangat tajam. Gadis itu terus mengikuti aroma tersebut sampai ia berhenti di dekat rumah besar.

Teressa memejamkan mata, ia menghirup bau familiar itu dalam-dalam. "Aromanya sangat kuat di sini."

Gadis itu memantau rumah besar tersebut. Sampai akhirnya ia tahu bahwa ada beberapa klan Vampir yang tinggal di sana.

***

Jarum jam menunjukkan pukul tiga sore. Langit terlihat agak mendung, membuat Alarice memberanikan diri untuk berjalan-jalan di luar rumah.

Suara lonceng kecil terdengar ketika Alarice membuka pintu sebuah perpustakaan yang berada tidak jauh dari tempat tinggal para penduduk.

Alarice berjalan ke arah rak buku yang berjejer rapih sesuai kategori. Gadis itu mencari sebuah buku tentang legenda perang klan Vampir dan Likantrof. Jeanne bilang, perang antara kedua bangsa itu telah menjadi cerita legenda di dunia manusia. Mungkin saja ada suatu buku yang menceritakan tentang itu. Alarice juga berharap akan menemukan sesuatu tentang permata ungu.

Alarice menelaah satu persatu buku yang tersusun di rak. Kemudian, ia menemukan buku yang berjudul Drakula dan Manusia Serigala di sana.

Alarice mengambil buku tersebut, lalu membolak-balik beberapa halaman pertama. Ia mendengkus pelan kala mengetahui kalau itu adalah lanjutan dari buku pertama.

"Permisi, apa kau tahu di mana buku pertama dari ini?" tanya Alarice pada penjaga perpustakaan sambil menunjukkan buku yang sedang ia genggam.

Lelaki itu mendongak menatap Alarice. "Ah, buku itu. Kemarin seseorang meminjam bagian pertamanya."

"Apa kau tahu siapa orang yang meminjamnya?"

Lelaki itu menggeleng. "Yang aku ingat dia adalah seorang gadis, namun aku tidak tahu namanya. Mungkin dia akan kembali beberapa hari lagi."

Alarice menghela napas. Apa tidak mengapa bila langsung membaca buku kedua? Ah, ya sudahlah.

"Baiklah, aku pinjam buku ini." Alarice menyodorkan buku tersebut, lalu lelaki itu mencatat judul dan mengembalikannya pada Alarice.

Setelah itu Alarice hendak melangkah pergi. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Tunggu."

Alarice menoleh, kemudian memberi tatapan tanya.

"Aku Nicol, siapa namamu?" tanya lelaki bernama Nicol itu seraya mengulurkan tangannya.

Gadis itu tersenyum dan menjabat tangan Nicol. "Aku Alarice."

Nicol merasakan tangan Alarice sangat dingin. Padahal, suhu di luar agak panas. Alarice yang melihat lelaki itu menatap tangannya dengan heran langsung melepaskannya dan menampilkan senyuman kikuk.

"B-baik, Alarice. Di mana tempat tinggalmu?"

"Tidak jauh dari sini," jawab Alarice, lalu melihat ke arah luar yang mulai terlihat cerah. Gawat, jika tidak cepat-cepat kembali ia bisa terbakar sinar matahari.

"Apa kau—"

"Maaf, Nicol. Aku harus segera pulang. Sampai jumpa!" Setelah mengatakan itu, Alarice langsung melangkah keluar perpustakaan dengan cepat.

Nicol terus memerhatikan punggung Alarice yang menjauh seraya tersenyum tipis.

Gadis itu cantik sekali.

Gadis itu cantik sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Last Blood [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang