5. Perbincangan Para Tetua

126 20 8
                                    

Written by tiascahya_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Written by tiascahya_

"Aku tidak bisa menjamin kalian semua akan aman dari manusia yang ada di sini," ucap Aaric setelah semua telah pergi dari meja makan dan hanya tersisa dirinya, Dominic, dan Freya di sana. "Jika tidak berhati-hati, mereka akan mengetahui siapa kita sebenarnya."

"Kau benar, Aaric." Freya berkata, lalu menghela napas gusar. "Jumlah kita terlalu sedikit meski kita semua mempunyai kekuatan untuk menghabisi manusia-manusia lemah itu."

Dominic, Aaric, dan Freya diam termenung. Memikirkan nasib para klan yang tersisa bila manusia mengetahui keberadaan mereka.

Thomas hendak berjalan menuju kamar, namun langkahnya terhenti kala samar-samar mendengar pembicaraan para tertua klan di meja makan. Anak itu memutuskan untuk bersembunyi di balik tembok yang tidak jauh dari sana.

"Alarice." Thomas memanggil Alarice yang sedang membersihkan alat makan di dapur dengan suara pelan.

Alarice menoleh ke arah Thomas, kemudian mengangkat sebelah alisnya tinggi.

"Kemarilah," pinta Thomas, membuat Alarice menyudahi pekerjaannya dan beralih menghampiri anak itu.

"Ada apa?" Alarice bertanya ketika sudah berada di samping Thomas.

Thomas menunjuk Aaric, Dominic, dan Freya yang tengah berada di meja makan dengan dagu. "Kedengarannya serius. Kurasa mereka sedang membicarakan manusia."

Alarice mendelik, lalu menjewer kuping Thomas. "Kau tidak boleh menguping pembicaraan orang dewasa!"

"Sakit, Alarice," rintih Thomas. Ia mengusap-usap telinganya yang terasa panas. "Maafkan aku, aku ingin tahu soal itu."

Gadis itu berdecak sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya.

"Apa ada cara menghabisi para manusia itu? Atau setidaknya kita tidak perlu khawatir lagi soal ancaman mereka," tanya Aaric.

Ketiganya kembali diam. Mereka sibuk bergelut dengan pikiran untuk memikirkan cara agar bisa aman dari manusia yang jumlahnya terus bertambah banyak di muka bumi ini.

"Ada satu cara." Dominic akhirnya angkat bicara. Lelaki itu menatap Aaric dan Freya yang terlihat sedang menunggunya untuk melanjutkan ucapan. "Dengan menggabungkan sepuluh permata ungu."

Mata Thomas berbinar. Ia beralih menatap Alarice. "Kau dengar, kan? Mereka membicarakan tentang permata ungu."

Alarice mengangguk. Gadis itu akhirnya ikut menyimak bersama Thomas karena penasaran dengan hal yang para tertua bicarakan.

"Bukankah itu hal yang mustahil? Jangankan untuk menggabungkan sepuluh permata. Kita saja tidak tahu di mana keberadaannya," sahut Freya. Wanita itu tidak pernah tahu letak pasti sepuluh permata ungu setelah perang klan vampir dan likantrof berakhir.

The Last Blood [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang