Written by tiascahya_
"Kapan kita akan memulai misi itu?" tanya Freya pada para tetua yang kini sedang berkumpul di kamar Dominic.
"Kita harus segera memulainya sebelum ada hal buruk yang terjadi." Aaric menimpali.Kemudian suara Dominic yang begitu berat terdengar memenuhi ruangan. "Besok kita akan mulai menjelajahi Eropa untuk mencari batu permata itu."
"Tapi Eropa ini sangat luas. Butuh waktu lama sampai kita menemukan batu permatanya." Beatrice membuka suara. Wajahnya menampilkan raut khawatir. "Lalu, bagaimana dengan nasib para klan remaja?"
"Mereka tidak boleh tahu tentang ini. Misi ini cukup berbahaya untuk mereka yang tidak tahu apa-apa," ucap Dominic. "Mereka akan tetap di sini selama kita mencari batu permata itu. Aku yakin mereka bisa menjaga diri."
Setelah itu mengatakan hal tersebut, Dominic mengeluarkan sebuah peta dan menunjukkannya kepada para tetua.
"Kita akan memulai pencarian dari Eropa Barat, lalu kembali ke Jerman setelah menjelajah semua tempat di sana," jelas Dominic.
Aaric, Beatrice, dan Freya memerhatikan dengan serius sambil sesekali menimpali ucapan Dominic sampai akhirnya mereka menyetujui segala rencana.
Thomas yang mengintip di luar ruangan langsung berlari menuju kamar. Ia mendengar semuanya dan akan memberi tahu Alarice tentang ini.
"Alarice, Alarice!" Thomas menyerukan nama kakaknya sambil berlari memasuki kamar.
Alarice yang sedang membaca segera menutup bukunya dan menoleh ke arah Thomas.
"Ada apa?"
"Kau harus mendengar hal-" Ucapan Thomas menggantung di ujung bibir ketika matanya melihat buku yang sedang dibaca Alarice. "Apa kau membaca buku yang berkaitan dengan permata ungu itu?"
Alarice menempelkan jari telunjuk di bibirnya. "Jangan beritahu paman soal ini."
Thomas mengangguk kecil.
"Apa yang ingin kau katakan tadi?" Alarice bertanya penasaran.
"Aku tahu apa yang akan para tetua lakukan dengan batu permata itu."
Alarice mendelik. "Kau menguping obrolan mereka lagi?"
"Dengarkan aku dulu!" Thomas meringis melihat Alarice yang hendak memberinya ceramah panjang lebar. "Mereka akan melakukan pencarian di seluruh Eropa untuk menemukan permata ungu."
Raut wajah Alarice berubah, ia terlihat menunggu penjelasan lebih lanjut dari Thomas.
Thomas itu menjelaskan lebih rinci lagi semua yang ia dengar pada Alarice yang membuat gadis itu sedikit tercengang.
"Memang kekuatan apa yang dimiliki permata ungu sampai para tetua ingin sekali menemukannya?" tanya Thomas. Ia masih sedikit bingung soal itu.
Alarice tersenyum tipis seraya memegang kedua bahu Thomas. "Intinya, batu permata itu sangat spesial. Belum saatnya kau tahu tentang kekuatan yang dimilikinya."
Thomas terlihat kecewa, sedangkan Alarice malah memikirkan sesuatu yang harus ia beritahu pada Jeanne.
***
Teressa bersandar di bawah pohon. Gadis itu membuka buku yang baru saja ia pinjam di perpustakaan.
"Aku harap ada beberapa petunjuk dalam buku ini," ucap Teressa, kemudian membaca lembar demi lembar buku tersebut.
Gadis itu tiba-tiba teringat tentang semua keluarga Lycanta yang mati pada perang besar tersebut. Tidak ada yang tersisa, kecuali dirinya. Teressa menjalani hidup ratusan tahun sendirian tanpa ayah dan ibu atau saudara.
Kemudian, Teressa merasakan ada sesuatu yang jatuh ke pipi. Gadis itu mengusap pipinya dan melihat sesuatu yang mengejutkan.
"Air mata?" gumam Teressa tidak percaya. Tapi bagaimana bisa seorang klan Vampir mengeluarkan air mata? Dirinya bukan seorang manusia.
Kerutan terpati di dahi Teressa. Akhir-akhir ini banyak hal aneh yang terjadi pada dirinya. Padahal sebelumnya, ia merasa baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Blood [COMPLETE]
VampireSuatu masa ketika klan vampir mulai tersisih dari muka bumi. Perang antara Klan Vampir dan manusia serigala beratus tahun lalu menyebabkan terciptanya sepuluh batu permata ungu dengan kekuatan spesial yang tersebar di seluruh wilayah eropa. Konon...