Para tetua mendengar keributan yang ada di luar. Mereka menunda pembicaraan, lalu memutuskan untuk keluar dari ruang rahasia dan melihat apa yang terjadi.
"Ada apa?" tanya Dominic, ia menatap Lars dan Alarice dengan kerutan dahi.
"I-itu-"
"Tunggu, aku mencium jelas aroma Lycanta di sini," ujar Aaric, lelaki itu mengendus aroma yang ia cium.
Freya mengangguk. "Benar, aku juga bisa menciumnya."
"Aromanya tercium sangat jelas." Beatrice menimpali. Raut wajah para tetua terlihat sangat khawatir.
Dominic mengendus. Lalu, tangannya mengepal kuat. "Dugaanku benar. Salah satu anggota Lycanta masih berkeliaran di sini. Mereka belum benar-benar musnah."
Para tetua tercengang mendengar penuturan Dominic. Termasuk Lars dan Alarice. Berarti, gadis tadi adalah salah satu anggota klan yang belum punah.
"Permisi."
Suara itu membuat mereka semua terkejut. Dengan cepat mereka menoleh ke sumber suara dan refleks menunjukkan taring yang tajam.
Kemudian, mimik wajah Alarice langsung berubah setelah melihat siapa yang berdiri di hadapannya sekarang.
"Nicol." Alarice berucap sambil mendekati lelaki itu yang wajahnya berubah pucat. Ia terlihat sangat terkejut.
Nicol menatap Alarice tidak percaya. "J-jadi kau adalah Vampir, Alarice?"
"Alarice, apakah dia seorang anak manusia?" tanya Aaric. "Kau mengenalnya?"
Alarice diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia juga terkejut karena Nicol tiba-tiba berada di sini. Setelah itu tatapannya kembali tertuju pada lelaki itu.
"Nicol, aku bisa jelaskan ini." Alarice mencoba untuk menyentuh lelaki itu. Namun, Nicol menepis tangannya dengan kasar.
Nicol menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca. Ia terlihat tidak percaya dengan fakta mengejutkan ini. Lalu, lelaki itu mundur perlahan dan berlari meninggalkan mereka.
"Nicol!" Alarice berniat mengejar lelaki itu. Tetapi, langkahnya ditahan oleh Lars.
"Sudah kubilang dia akan kecewa saat mengetahui dirimu yang sebenarnya," desis Lars sambil memberikan Alarice tatapan tajam.
Pikiran Alarice sangat kalut, ia bingung harus melakukan apa. Alarice ingin sekali mengejar Nicol dan menjelaskan semuanya. Tetapi, ia juga tidak tahu apa yang akan lelaki itu lakukan setelah tahu dirinya adalah klan Vampir.
***
"Jadi gadis itu bukanlah klan Vampir seutuhnya?" tanya Lars setelah mendengar penuturan ayahnya soal Lycanta yang ternyata adalah gabungan dari kedua bangsa.
Dominic mengangguk. "Dulu pernah ada klan dan Likantrof yang menikah, lalu memiliki seorang anak berdarah campuran. Kupikir, dia sudah lama mati. Ternyata, dia masih hidup sampai saat ini."
Semua yang ada di ruang tamu terkejut dengan fakta yang baru mereka dengar. Mereka juga tidak menyangka bahwa ada klan lain yang masih bertahan hidup.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?" Aaric bertanya. Lelaki itu sudah tidak bisa berpikir dengan jernih lagi. "Hal ini tidak bisa dibiarkan. Lycanta adalah sosok yang berbahaya. Jika kita tidak cepat, bangsa Vampir akan musnah."
"Tetapi, saat ini ancaman terbesar kita adalah manusia. Karena sudah ada satu orang yang mengetahui identitas kita sebagai klan Vampir." Tatapan Dominic beralih pada Alarice yang menundukkan kepala.
Alarice sudah menjelaskan pada para tetua tentang Nicol. Ia juga bingung mengapa lelaki itu bisa mengetahui tempat tinggalnya. Padahal selama ini Alarice tidak pernah memberi tahu hal itu pada Nicol.
Tidak lama kemudian, terdengar suara bising dari luar. Seperti banyak orang ramai di luar rumah. Padahal, tempat ini agak jauh dari pemukiman warga.
"Ini tempat para vampir itu?"
"Benar, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri."
"Tunggu apa lagi? Ayo, tangkap dan bunuh mereka!"
Dominic mengintip dari jendela. Lelaki itu melihat banyak warga di luar sana. Mereka semua membawa obor, benda suci, tombak, serta panah.
"Sial, para manusia itu akan menangkap kita." Dominic mengumpat.
Mereka semua panik dengan apa yang diucapkan Dominic tadi. Kemudian, lelaki itu menyuruh mereka semua untuk segera pergi dari rumah ini.
"Cepat keluar dari pintu belakang!" titah Dominic, lelaki itu mengarahkan mereka untuk melarikan diri sebelum para warga masuk ke dalam rumah.
"Jangan sampai ada yang tertinggal." Aaric berujar, kemudian berlari setelah memastikan semua telah keluar dari rumah.
Tidak lama kemudian, para warga berhasil mendobrak pintu. Mereka beramai-ramai masuk ke dalam rumah dan mencoba mencari para klan Vampir.
"Vampir itu sudah tidak ada di sini!" seru salah seorang warga.
"Cari sampai dapat dan bunuh mereka!"
***
Teressa terus memantau rumah keluarga Peerad dari kejauhan. Ia belum berani mendekat semenjak mereka mengetahui identitasnya. Sekarang, Teressa sudah tidak bisa mengulur waktu lagi. Jika tidak para tetua akan membunuh dirinya.
Detik kemudian, Teressa melihat semua penghuni rumah tersebut berlari lewat pintu belakang menuju hutan. Karena penasaran, gadis itu memutuskan untuk mendekat.
Gadis itu menatap sekeliling dan mengernyit heran karena tidak tahu mengapa mereka berlari dengan tergesa-gesa.
"Bukannya ini permata ungu?" gumam Teressa sambil mengambil sebuah kantung bercahaya yang tergeletak di tanah.
Teressa membuka kantung itu untuk memastikan isinya. Kemudian, senyum gadis itu mengembang. Berarti ia tidak perlu bersusah payah mencuri batu permata itu lagi.
"Cepat cari mereka!"
Seruan itu membuat Teressa terkejut. Ia menoleh dan melihat banyak warga di dalam rumah. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Lalu, ia berniat untuk mengubah wujudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Blood [COMPLETE]
VampireSuatu masa ketika klan vampir mulai tersisih dari muka bumi. Perang antara Klan Vampir dan manusia serigala beratus tahun lalu menyebabkan terciptanya sepuluh batu permata ungu dengan kekuatan spesial yang tersebar di seluruh wilayah eropa. Konon...