18. Mimpi

57 11 1
                                    

Hari semakin larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari semakin larut. Di saat semua manusia tertidur lelap, para klan ini menjalankan aktivitas mereka layaknya manusia di siang hari.

Tadinya, Lars dan yang lain ingin mengikuti jejak darah itu. Namun, Dominic melarangnya dan menyuruh mereka semua melupakan apa yang terjadi.

"Ayah, aku tetap ingin mencari pelakunya," ujar Lars pada Dominic setelah yang lainnya telah kembali masuk ke dalam.

Dominic menatap putra lelakinya itu dengan datar. Aura dingin seolah mengelilinginya. "Tidak perlu."

"Tapi-"

"Sudah ayah bilang tidak perlu," tegas Dominic. "Jangan membuang waktumu untuk mencari sesuatu yang tidak akan pernah kau ketahui."

Setelah mengatakan itu, Dominic berlalu pergi meninggalkan Lars sendiri.

Lars berdecak sebal karena terpaksa mengurungkan niatnya. Lelaki itu kembali menatap halaman belakang yang kondisinya sangat berantakan sebelum akhirnya masuk ke dalam.

Saat lelaki itu hendak melangkah ke kamar, ia melihat Alarice yang tengah mondar mandir di depan kamarnya. Lars menatap aneh gadis itu dan memutuskan untuk menghampirinya.

"Ada apa denganmu?" tanya Lars.

Alarice berhenti dan menengadah menatap Lars yang lebih tinggi darinya. "Entah mengapa perasaanku menjadi cemas."

Dahi Lars berkerut. Namun, dengan cepat lelaki itu mengetahui apa yang Alarice cemaskan.

"Kau takut jika para Likantrof sebenarnya tidak benar-benar punah?" terka Lars seraya menaikkan sebelah alisnya tinggi.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk pelan. Ia benar-benar merasa akan ada hal buruk yang menghampiri mereka.

Tiba-tiba, tangan Lars terulur untuk menepuk pelan pundak Alarice. "Tidak usah terlalu cemas."

Alarice sedikit terkejut. Ia menatap tangan Lars yang masih ada di bahunya dengan mata membulat.

Lars dengan cepat menarik tangannya setelah menyadari apa yang ia lakukan barusan. Lelaki itu berdeham pelan dan kembali memasang wajah tidak bersahabat seperti biasa.

"Aku ingin melatih kekuatan bersama Lucas dan Matheo di hutan. Kau boleh ikut jika mau." Lars menawarkan. Namun, Alarice menolak dengan gelengan singkat.

"Ya sudah." Lars hendak melangkah pergi. Tetapi, langkahnya terhenti. Ia berbalik menatap Alarice lagi. "Oh, ya. Ada sesuatu di rambutmu."

Kemudian, Lars melenggang pergi meninggalkan Alarice dengan semburat merah yang menjalar di pipi gadis itu.

***

Suara gebrakan meja terdengar memenuhi ruangan bersamaan dengan decakan kesal yang keluar dari mulut Dominic. Lelaki itu terlihat seperti dipenuhi kobaran api.

The Last Blood [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang