15

358 57 2
                                    


🍓🍓🍓

"Tuan Choi, sungguh aku sangat kecewa padamu.  Aku memaafkanmu dulu,  tapi aku tak bisa memaafkanmu kali ini. Aku tak peduli apa yang terjadi padanya. Dialah yang menyakiti kami dan meninggalkan kami terlebih dahulu. "

Nari menatap Minho yang duduk di kursi kerjanya. Tatapan kecewa yang dia tunjukan untuk sahabat bahkan sudah dia anggap seperti keluarga sendiri,  diluar sebagai atasannya di tempat dia bekerja.

Minho menarik napas dalam dan menghembuskannya.  Kedua tangannya meremas rambutnya kasar dengan kedua siku yang bertumpu diatas meja,  memejamkan matanya sekilas kemudian menatap Nari yang masih memandangnya dengan tatapan kecewa terhadapnya.

"Nari ya maafkan aku . Aku tau selama ini aku salah. Aku tak bisa menepati janjiku padamu. Tapi untuk kali ini , aku sangat mohon padamu. Temuailah ibumu, beliau sangat ingin bertemu denganmu dan Yoona. "

"Stop Tuan Choi ! Aku tak punya ibu ! Aku peringatkan padamu,  jangan berani beraninya kau beritahu Yoona tentang dirinya. Dia tak pantas merusak kebahagian Yoona. Dan lagi, jika kau masih menganggapku sebagai sahabat baikmu, jangan pernah lagi kau bahas ini. Atau kau akan kehilanganku juga keluargaku. Aku kecewa padamu Tuan Choi. "
Suara Nari meninggi. Dia benar-benar ingin sekali berteriak dan memaki Minho saat ini.  Tapi masih berusaha dia tahan karena saat ini mereka sedang berada di kantor dan tak ingin menimbulkan keributan disana. Salah satu tangan Nari sudah mengepal menahan emosinya. Sedangkan tangan satu meremas berkas laporan yang akan dia laporkan kepada Minho saat ini, tapi justru laki-laki itu membahas sesuatu yang sama sekali tidak ingin Nari dengar di sisa hidupnya. Sosok seseorang yang sangat dia benci,  karena sudah menyakitinya dan keluarganya.

"Im Nari.... "
Ucapan Minho semakin lemah.  Dia sangat tau apa yang dia sampaikan sangatlah menyakiti hati Nari. Apalagi dengan pernyataan yang baru saja dia sampaikan, sebuah fakta kebohongan yang berhasil dia tutupi lebih dari 10 tahun terakhir. Tentu semua konsekuensi yang terjadi akan menjadi tanggung jawabnya.

Nari masih mencoba menahan emosinya.  Berjalan mendekat meletakkan berkas laporan itu di depan Minho.  Sesuai tujuan utama dia datang keruang Minho.

"Aku kemari hanya akan menyampaikan laporan proyek baru kita. Sekarang aku menghormatimu karena kau atasanku Tuan Choi. Dan aku hanya akan membahas tentang pekerjaan. Akan aku tinggalkan laporan ini,  kau bisa melihatnya terlebih dahulu, aku permisi dulu. "ucap Nari, berbalik hendak berjalan keluar ruangan Minho. Langkahnya terhenti saat Minho yang juga sudah merasa frustasi mulai berucap lagi.

"Umurnya sudah tak lama lagi.  Kanker sudah menggerogoti seluruh tubuhnya. Ini bisa jadi kesempatan terakhir mu untuk bertemu dengannya Im Nari, jangan sampai kau menyesal . Dan maafkanlah ibumu,  beliau sangat menyesal Nari ya. "

Nari memejamkan matanya dengan tubuhnya yang memunggungi Minho. Jujur dia juga sangat tegang,  mendengar Minho yang tiba-tiba membahas sosok yang sangat tak ingin dia ingat sungguh sangat menyakiti hatinya dan membuatnya sangat ingin marah. Hanya saja dia memang tak bisa marah kepada Minho saat ini .

"Aku lebih bersyukur tidak bertemu dengannya lagi. " ucapnya Nari dan meneruskan berjalan menuju pintu dan keluar dari ruangan Minho.

#

10 tahun yang lalu. Nari dan Minho pernah bertengkar karena hal yang sama.  Sepulang sekolah tepat di depan sekolahan Nari.  Wanita paruh baya itu menghampiri Nari saat gadis itu baru saja keluar dari gerbang sekolahannya. Nari jelas sangat tau siapa wanita itu meski sudah sangat lama berpisah tapi wajah itu masih jelas tersimpan dipikiran Nari meski pada saat itu Nari masih berumur 6tahun.  Wanita yang sudah meninggalkan anak-anaknya dan keluarganya demi kebahagiannya sendiri. Wanita yang Nari benci dikehidupannya sebelumnya.

STAND BY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang