19

400 58 3
                                    


HappyReading💜💜💜

^^

🍓🍓🍓



Perlahan dengan langkah beratnya Yoona membawa kakinya mendekat berjalan ke arah pintu. Telapak tangannya yang sedikit berkeringat dingin menyentuh gagang pintu dari besi itu menambah suhu dingin dikulitnya. Antara pasti dan ragu Yoona mendorong pintu itu,  membuatnya sedikit berdecit oleh engsel pintu yang bergerak,  juga suara gesekan halus antara kayu pintu dengan ubin, meski suara itu terdengar cukup lembut namun karena keheningan disana membuatnya menjadi terdengar cukup keras untuk ukuran telinga normal.

Pintu terbuka lebar menampakkan tubuh Yoona yang tampak tegang sejak keputusan yang dia ambil sampai detik itu,  menjadikannya pusat perhatian dari dua orang dari tiga orang yang berada di ruangan itu.

Appa nya juga Minho terlihat tersentak, sama sekali tak  menduga akan kehadiran Yoona disana .

Tak Yoona hiraukan, kakinya melangkah memasuki lebih dalam ruangan itu. Fokus nya hanya satu yaitu seseorang yang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang, dengan semua peralatan rumah sakit yang melekat ditubuh itu.

"Yoo...Yoon... " parau Minho begitu melihat kehadiran Yoona.

Langkah Yoona semakin mendekat,  mengabaikan panggilan yang tak sepenuhnya di dengar rungunya. Pandangannya semakin mengabur saat dilihatnya sosok yang tak sadarkan diri itu adalah seseorang yang sempat dia kenali. Bukan. Hanya sebatas tak sengaja bertemu dua kali bahkan tanpa tau nama dan tak ada sapaan sewajarnya dari sesorang ibu dan anak yang lama tak bertemu. Hanya sebatas orang asing tak saling mengenal,  dan kembali bertemu diposisi saat ini. Saat Yoona mengetahui statusnya untuk Yoona,  tak ada percakapan yang layak atau hanya sekedar berbasi-basi menyapa dengan wajar melepas kerinduan,  atau bahkan berteriak marah karena tak pernah sekalipun peduli terhadap Yoona dan hanya melihatnya dengan kondisi yang hanya bisa membuat air mata Yoona luruh begitu saja.

"Yoo...Yoona,  bagaimana kau bisa disini? " suara Minho terdengar kembali melewati rungunya dan kembali terabaikan oleh Yoona.

Dada Yoona terasa sesak dan sakit.  Jantungnya terpompa tak beraturan. Tanpa sadar air matanya lolos melewati pipi. Isakan yang tertahan semakin membuat dadanya terasa sakit. Seketika tubuhnya ambruk dilantai karena kakinya yang lemas.

Minho tersentak karena tubuh Yoona yang tiba-tiba ambruk, terduduk lemas diatas lantai. Dengan reflek Minho berjongkok mencoba memegangi kedua bahu Yoona.  Tak pasti apa yang ditatap Yoona,  karena semua yang berada di mata gadis itu terasa pudar karena air matanya yang kembali penuh di pelupuk mata.

Tuan Im tak berkata apa pun. Kakinya pun terasa lemas meski masih mampu berdiri tegak menopang badannya. Hatinya juga merasa sesak melihat putrinya yang tak berdaya seperti itu.  Merasa sangat bersalah tanpa bisa berbuat apa-apa. Meski dia sadar kejadian ini pasti akan terjadi. Hanya saja tak terpikirkan olehnya jika putrinya akan mengetahui fakta itu sebelum dia sempat menjelaskan semuanya. Membiarkan Yoona tumbuh 25  tahun tanpa tau sosok ibunya,  dia sangat sadar akan apa yang telah dia perbuat.

"Kenapa? Kenapa?  ..... Hikss..... Kenapa kalian melakukan semua ini padaku? Hiks...... "

"Yoong... "

"Appa,  apa kau menyayangiku? "
Yoona menengadah menatap appa nya yang juga sama tak berdayanya. Menuntut semua penjelasan meski tak sepatah kata pun terucap, hanya bibir bergetar menahan isak tangisnya dan air mata yang tak terbendung beberapa kali lolos meleawati pipi Yoona.

"Yoong...tentu appa sangat menyayangimu nak. "suara appa Yoona semakin serak. Sungguh sakit disuguhi keadaan Yoona yang seperti ini. Yoona yang duduk tak berdaya diatas lantai kamar rumah sakit,  dengan wajah yang penuh dengan air mata, Yoona yang lemah. Dalam sekejap menghilangkan image Yoona yang selalu ceria dan hangat, Yoona yang selalu bersemangat dan penuh energi.

STAND BY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang