🌚part 18-malam🌚

69 19 7
                                    

Udah vote belum?


Happy reading♥

***
"Be a strong wall in the hard times and be a smiling sun in the good times."
Jadilah dinding yang kuat ketika masa-masa sulit. Jadilah matahari yang tersenyum, ketika masa-masa indah. 
***

Setelah dari tempat kajian, Elisa langsung pulang kerumah, Elisa menyipitkan matanya melihat sebuah mobil terparkir didepan rumahnya

"Itukan mobil ayah,," lirih Elisa, kemudian Elisa memasuki rumahnya, Elisa mengedarkan pandangannya mencari sosok ayah, namun nihil, diruang tamu ternyata tidak ada

Setelah itu Elisa berjalan kearah dapur, disana terdapat Mpok Lela yang tengah memasak

"Mpok,," panggil Elisa, Mpok Lela menoleh

"Ada ayah?" Tanya Elisa

"Iya, baru aja dateng" jawab Mpok Lela

"Dimana?"

"Kayaknya dikamarnya deh Non"

Setelah itu Elisa keluar dari dapur, saat diruang tengah Elisa berpapasan dengan Pak Rafi yang sepertinya hendak keluar

Elisa terdiam melihat sosok ayah yang selalu dibencinya itu kini ada dihadapannya, Elisa menatap ayahnya datar, mulutnya terasa kelu untuk mengeluarkan kata, begitupun dengan Pak Rafi, dia juga hanya menatap anaknya datar tanpa berkata sedikitpun, kemudian Pak Rafi berjalan mendekati Elisa

Mata Elisa mulai memanas, tak tahu mengapa meski ia selalu benci pada ayahnya dalam hati kecil Elisa ia ingin sekali memeluk sosok ayah itu, Elisa sangat merindukan pelukan sang ayah yang hangat dan memberikan ketenangan

Mata Elisa sudah berkaca-kaca, bendungan air matanya siap roboh dan meluncurkan air mata yang akan membasahi pipinya, jujur saja, Elisa sangat merindukan ayahnya, Elisa tidak mau lagi membenci, jujur, Saat ini Elisa ingin sekali memeluk ayahnya

Pak Rafi kini sudah berdiri dihadapan Elisa dengan jarak yang cukup dekat, tangan Elisa terkepal kuat menahan isak, tangan Elisa perlahan terangkat untuk memeluk sang ayah, Namun sesaat kemudian Pak Rafi berjalan melewati Elisa dan berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun, Pak Rafi pergi dari hadapan Elisa

Elisa menatap miris tangannya yang sudah terangkat untuk memeluk sang ayah itu kini harus ia turunkan lagi

Elisa menatap sendu punggung ayahnya yang mulai menjauh sampai sosok ayahnya itu benar-benar hilang ditelan pintu

Elisa berlari kekamarnya, menutupi wajahnya dengan bantal, ia menangis disana, tidak ada lagi yang bisa ia harapkan dari sang ayah

Disela-sela tangisannya Elisa kembali mengingat Ali, sepertinya Ali adalah satu-satunya lelaki yang tidak pernah membuat ia menangis bahkan disaat ayahnya sendiripun tidak memperdulikannya

Elisa teringat ucapan Ali
"Kalo ada apa-apa bilang aja, saya siap mendengarkan cerita kamu" ucap Ali, saat itu Elisa sedang merasa sedih karena tak dapat lagi menatap wajah ibunya, saat itu Elisa tiba-tiba merasa rindu pada ibunya, setelah mendengarkan penjelasan Ali tentang 'surga dibawah telapak kaki ibu' mengingat dulu Elisa tidak terlalu memperhatikan ibunya

Adzan Ashar sudah berkumandang, Elisa beranjak kekamar mandi, setelah melaksanakan shalat ashar ia harus segera kerumah takhfidz, Elisa tak mau lama-lama bersedih

***

Elisa menghentikan motornya didepan rumah Ali untuk menjemput Sifa

"Nunggu lama kak?" Tanya Sifa saat baru keluar dari rumahnya

Because Allah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang