Udah vote belum?
Happy reading♥
***
Hidup itu seperti sebuah piano,
berwarna putih dan hitam.
Ketika kita memainkannya,
maka akan menjadi melodi
yang indah.
***Elisa segera menaiki motornya, ia tidak perduli dengan hujan yang semakin deras, Elisa tetap melajukan motornya, motor Elisa melaju dikegelapan malam, Elisa masih terisak, kejadian bebepara menit lalu begitu menusuknya, air matanya bercampur dengan air hujan yang menerpanya.
Elisa tidak langsung pulang kerumah, ia memilih pergi ke taman safana, taman yang biasanya menjadi tempat pertemuannya dengan Ali, Elisa ingin menunggu Ali disana, Elisa tidak perduli dengan hujan yang semakin deras dan malam yang semakin pekat
Elisa duduk dikursi panjang yang biasanya menjadi tempat duduk Elisa dan Ali ketika sedang belajar
"Jadi, senyum keorang lain dapet pahala ya?" Tanya Elisa
"Senyum itu bagian dari sedekah Lisa" jelas Ali
"Kalo gitu gue mau senyum deh ke elo, tapi,,," ucap Elisa menggantung
"Tapi apa?"
"Tapi lo jangan baper dapet senyuman dari gue" sahut Elisa dengan entengnya, Ali terkekeh mendengar itu
"Senyumnya harus kesemua orang Lisa, gak boleh pilih-pilih" jelas Ali masih dengan senyumnya
"Kesemua orang? Males ah" sahut Elisa
"Jadi kamu mau senyumnya ke saya aja?" Goda Ali sambil terkekeh pelan
"Ngga juga"
Ingatan Elisa tentang Ali terus berputar, tangisan Elisa semakin menjadi-jadi, air matanya tak kalah deras dengan air hujan yang mengguyurnya, tubuh Elisa semakin menggigil diguyur air hujan ditambah hembusan angin malam membuat tubuh Elisa bergetar hebat.
"Ali,,, lo,, lo dimana,," lirih Elisa dengan bibir yang bergetar
Hujan semakin deras, angin malam juga semakin berhembus kencang, kini suara gemuruh petir mulai terdengar, Elisa memeluk tubuhnya kedinginan, masih duduk dengan posisi semula
"Gue akan tetep nunggu lo disini Ali,," ucap Elisa semakin lirih
Keadaan taman sangat gelap, hanya ada beberapa lampu taman yang menyala itupun sangat redup
Keadaan taman safana menjadi gelap terang akibat kilatan petir, Elisa menggigit bibir bawahnya yang semakin bergetar, Elisa menunduk dalam-dalam, tangan semakin erat memeluk tubuhnya, Elisa masih terisak
"Ali kapan lo mau dateng,," lirih Elisa masih dengan isakan tangisnya
"Gue nunggu lo disini,,,"
"Apa lo gak liat gue kedinginan disini,,,"
"Gue mau cerita,,,"
"Lo pernah bilang, kalo ada apa-apa cerita aja ke elo,,,"
"Sekarang gue mau cerita,,,"
"Lo dimana,,,"
Kepala Elisa masih tertunduk, mulutnya terus berkata lirih, berharap Ali mendengarnya
"Ayah jahat sama gue Ali,,,"
"Gue benci sama ayah,,,"
"Ayah udah gak sayang lagi sama gue Ali,,,"
"Gak ada yang sayang lagi sama gue Ali,,," Elisa terus mengeluarkan kesedihannya dengan suara lirih, tubuhnya semakin bergetar karna hujan deras terus mengguyur tubuhnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Allah [On Going]
Krótkie Opowiadania[Spiritual-fiksi remaja-Baper] ~Takdir, apakah kau sedang membercandaiku? Tolong, berlaku seriuslah denganku aku sedang tidak ingin bercanda:)~ 📝28 Mei 2020 _ayunii♥