Next ya...
Happy reading♥
***
"The more we are grateful, the
more happiness we get."
Semakin banyak kita bersyukur,
semakin banyak kebahagiaan
yang kita dapatkan.
***Pukul 23.20 WIB, Ali duduk berkutat dengan tugas-tugas kuliahnya yang selalu menumpuk.
Tok tok tok,, terdengar pintu kamar Ali diketuk
"Masuk Mi," suruh Ali mempersilakan ibunya masuk
"Ali, kamu belum tidur ?"
"Belum, Ali masih banyak tugas"
"Kamu jangan terlalu fokus sama tugas, jaga kesehatannya juga" ucap Bu Fatma sambil meletakan segelas susu hangat untuk putranya di meja.
"Makasih Umi"ucap Ali kemudian meneguk susu hangatnya sampai habis
"Sekarang kamu tidur, lanjutkan belajarnya besok" pinta Bu Fatma sambil mengelus pundak Ali, kemudian beranjak keluar.
Ali segera membereskan berkasnya kemudian membaringkan tubuhnya di kasur, menuruti perintah Ibunya, aktifitas hari ini cukup melelahkan, lebih tepatnya, memang hari-harinya selalu melelahkan dengan serangkaian kegiatan yang ia jalani setiap harinya. Mulai dari pagi ia harus berangkat kuliah, siangnya ia bekerja disalah satu warung makan milik pamannya, meskipun ia hanya bisa bekerja setengah hari, tapi itu cukup untuknya memenuhi kebutuhan kuliahnya yang memang tidak terlalu mengeluarkan banyak uang, karna Ali mendapat beasiswa sehingga ia tidak terlalu membebankan orang tuanya. Setelah ia pulang bekerja, ia melanjutkan aktifitasnya menuju sebuah rumah tahfidz yang menjadi tempatnya memperdalam ilmu agama, khususnya Al qur'an, ia rajin menyetor hafalannya, dan masih banyak lagi kegiatannya di rumah tahfidz ini. Sekitar pukul 21.30 WIB ia baru bisa pulang dan beristirahat dirumah itupun jika tidak ada tugas kuliah, jika ada, mau tak mau ia harus menunda istirahatnya sampai larut malam seperti saat ini.
***
Pagi hari, Elisa duduk dimeja makannya untuk sarapan yang telah disiapkan Mpok Lela, asisten rumahnya. Elisa menatap dua kursi dihadapannya yang seharusnya menjadi tempat duduk ibu dan ayahnya, tapi nyatanya ia selalu sendiri menjalani hari, Bu Rani, ibunya Elisa meninggalkannya tepat saat wisuda SMA nya setahun yang lalu. Bu Rani meninggal karna penyakit gagal ginjal yang sudah enam bulan dideritanya . Hari yang seharusnya terasa bahagia karena kelulusannya berubah menjadi hari yang paling menyedihkan untuknya. Ayahnya? Pak Rafi, ayah Elisa tak kalah sedih hari itu, istri yang selalu dicintanya telah meninggalkannya. Pak Rafi kemudian mengalihkan rasa sedihnya dengan bekerja siang malam di kantornya. Ia jarang pulang kerumah karna itu hanya akan mengingatkannya pada istrinya. Bahkan Pak Rafi pun seperti tidak ingat akan adanya Elisa, ia sama sekali tidak mengurusi Elisa.
Setahun yang lalu...
"Ayah,,,!" Elisa memeluk ayahnya yang baru pulang kerja saat sudah hampir dini hari.
"Elisa semalam gak tidur nungguin ayah pulang, kenapa ayah baru pulang jam segini?" Lanjut Elisa, Pak Rafi melepas pelukan Elisa sedikit kasar membuat Elisa cukup kaget.
"Ayah mau istirahat, cape" ucapnya kemudian beranjak dari hadapan Elisa. Namun Elisa cepat cepat mencegah langkah kaki ayahnya, ia kembali memeluk ayahnya dari belakang.
"Ayah Elisa mau kuliah" rajuk Elisa sedih karna ayahnya tak memperhatikannya. Untuk kedua kalinya Pak Rafi melepaskan pelukan Elisa kemudian berbalik menghadap Elisa.
"Ayah bilang, ayah cape mau istirahat, kamu tidak mengerti, hah!" Bentak Pak Rafi, Elisa terkejut mendengarnya, ini baru pertama kalinya Ayahnya sendiri membentaknya, itu membuat Elisa gemetar takut, Pak Rafi ke kamar begitu saja meninggalkan Elisa, mata Elisa berkaca kaca menatap punggung Ayahnya yang semakin menjauh.
" mungkin ayah benar, ia sedang cape dan mau istirahat" lirihnya sambil berusaha tersenyum.
Elisa tersadar dari lamunannya, mengingat itu membuatnya semakin sakit. Ia tersenyum getir meratapi hidupnya. Alhasil Elisa memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliahnya, ia hidup bebas bersama teman teman tongkrongannya, sering balap balapan motor, memalak orang orang, tak jauh beda seperti preman preman pasar.
***
WhatsApp Grup:
The PPP (para preman pasar)Roy: beskem nongkrong woy!
Sam: yok!!
Noe: OTW
Nia: ok
~~~
Elisa melempar ponselnya keatas kasur, entah kenapa ia sedang malas nongkrong saat ini, ia keluar rumah menggunakan motor gedenya, ia memilih jalan-jalan keluar mencari angin, lebih tepatnya kebut kebutan dijalan. Tak jarang orang orang yang melihat aksinya kebut kebutan berteriak protes, namun ia tak menghiraukannya. Ia terus melanjutkan aksinya, sambil memikirkan tempat yang cocok untuk ia datangi
Elisa menepikan moge nya didepan sebuah kafe, saat ia hendak masuk, ia baru menyadari bahwa dirinya tak membawa uang, ia terlihat berfikir bagaimana ia bisa minum di kafe ini tanpa uang. Kemudian Ia melihat seorang wanita berkerudung biru tengah duduk memainkan ponsel di kursi depan kafe. Kemudian Elisa berjalan kearah wanita itu, ia melirik kanan kiri memastikan tidak ada orang yang melihat aksinya.
"Minta duit" pinta Elisa memalak wanita itu sambil menyodorkan tangannya meminta.
Wanita itu mengangkat kepalanya menatap ke arah suara, ia bergantian menatap wajah dan tangan Elisa yang disodorkan tepat didepan wajahnya.
"Buruan minta duit!" Elisa sedikit meninggikan suaranya kesal karna wanita itu tak kunjung memberinya uang ataupun sekedar membuka suara.
Dengan kesabaran yang sudah habis, Elisa mengambil paksa tas yang dipegang oleh wanita itu.
"It,, itu gak ada uangnya mbak" ucap wanita itu takut
"Gak usah bohong kamu!"
"Benar mbak, didalam tas itu tidak ada uangnya"
"Terus ini isinya apa kalau bukan uang?" Tanya Elisa sambil mengangkat tas hitam milik wanita itu.
"Itu isinya cuma buku dan..." tidak sempat wanita itu melanjutkan ucapannya Elisa langsung memotong.
"Jangan bohong!, sekarang lo pergi aja sana!" Usir Elisa
"Ta,,tapi isi tas itu penting sekali buat saya mbak" jelas perempuan berkerudung itu sedikit bergetar ngeri melihat wajah marah Elisa
"Gue bilang pergi!, gue gak peduli ini mau penting atau nggak buat lo!" Bentak Elisa mendorong wanita itu. Dengan wajah takut wanita itu pergi dari hadapan Elisa.
Setelah kepergian wanita itu Elisa langsung membuka tasnya dan mencari uang didalam sana, ia mengeluarkan semua benda yang ada dalam tas itu, isinya hanya ada beberapa buku dan balpoint, Elisa berdecak sebal.
"Cewek itu ternyata gak bohong, dalam tas ini gak ada duitnya"lirihnya, ia kemudian mengambil salah satu buku dihadapannya.
"Cewek itu bilang isinya penting banget buat dia, Apa pentingnya buku buku kayak gini" ucapnya mengangkat sebuah buku yang ia pegang.
"Sekarang kamu baca Qur'an juga?" ucap seseorang membuat Elisa langsung melihat ke sumber suara yang kini duduk disampingnya.
"Hah,,," Elisa kaget mendengar ucapan seseorang itu yang ternyata adalah Ali.
Ali tersenyum kearah Elisa yang tengah bengong menatapnya."Kamu masih inget saya?" Ucap Ali
"Ii,, iya inget kok" ucap Elisa gugup
"Tapi alangkah lebih baiknya kalau baca Al Qur'an itu pakai hijab" ucap Ali mengalihkan pandangan nya kearah depan.
"Gu,, gue,,," Elisa menatap buku yang ia pengang yang ternyata itu adalah mushaf Al Qur'an, tadi ia sama sekali tidak menyadarinya, ia bingung harus menjelaskan kesalahpahaman ini bagaimana pada lelaki disampingnya.
***
Don't forget vote and comment★♥
Thankyou:)
Jangan lupa ngaji!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Allah [On Going]
Storie brevi[Spiritual-fiksi remaja-Baper] ~Takdir, apakah kau sedang membercandaiku? Tolong, berlaku seriuslah denganku aku sedang tidak ingin bercanda:)~ 📝28 Mei 2020 _ayunii♥