Vote dulu gengs☆
And...
Happy reading♥
•••
"If you do not know a fact, silence will be the best way."
Jika kamu tidak mengetahui sebuah fakta, maka diam adalah jalan yang terbaik.
•••
Kekecewaan yang mendalam kini menusuk dihati Elisa, ia membenamkan wajahnya diatas bantal, menahan rasa sakit yang menghantam hatinyaBagaimana mungkin ia bisa difitnah seperti itu, sekasar-kasarnya Elisa ia tidak pernah sampai mencelakai orang lain hanya karena ego nya , Niatnya ingin menjenguk Saida malah berakhir seperti ini
Baru kali ini Elisa dibuat menangis oleh Ali, ia mengatakan bahwa Elisa tidak berubah, masih sama seperti dulu, apakah Ali tidak tahu sekeras apa perjuangan Elisa belajar menjadi lebih baik, itu tidak mudah, sunggu! Semua cobaan telah Elisa lalui demi menjadi lebih baik, dan semua ini ia lakukan untuk Ali, Dan sekarang apa? Setelah ini semua ia lalui, Ali malah berkata bahwa ia tidak berubah, sungguh, itu membuat Elisa sakit hati
Elisa membalikan badannya menjadi berbaring, ia memejamkan matanya, ingatannya kembali berputar pada kejadian itu
"Saya tidak menyangka kamu akan melakukan hal ini, kamu tahu kan, besok saya akan melamar Saida, semua ini gagal karena keegoisan kamu Lisa,,"
Perkataan Ali itu terus berputar dikepala Elisa, membuat lengkungan sedih dibibir Elisa
"Gue lebih gak nyangka sama lo Ali,," ujarnya seakan membalas ucapan Ali tadi
"Segitu cintanya lo sama Saida, ini baru pertamakalinya lo ngomong kasar ke gue, padahal gue gak tahu apa-apa,,"
"Benar kata orang, kadang cinta membutakan segalanya, Ali yang gue kenal sekarang udah terbutakan oleh cinta,,"
"Gue benci cowok !!!"
***
Ali berjalan gontai keluar dari rumah sakit, ia memutuskan untuk pulang saja, toh ia merasa dirinya tidak dibutuhkan disini, Saida sudah ditemani oleh kedua orang tuanya
Ali mengendarai motor metic-nya dengan perasaan gundah, kalimat istighfar sudah berkali-kali ia lafadzkan untuk menenangkan hatinya
Setelah sampai dirumah, beribu pertanyaan dilontarkan oleh Ibunya, semua mengenai Saida, namun Ali hanya menjawab singakat-singkat saja, saat ini mood nya sedang buruk, tidak mau membahas apa-apa
"Gapapa Ali, lamarannya bisa kita tunda sampai Saida sembuh,," ucap Bu Fatma sambil mengelus pundak Ali, kini mereka sedang duduk disofa ruang tamu nya
"Hmm, Ali kekamar dulu,," sahut Ali, kamudin ia beranjak dari sana menuju kamarnya
Sebelum Ali merebahkan tubuhnya dikasur, ia kekamar mandi terlebih dahulu, mencuci muka dan berwudhu, berharap itu bisa mendinginkan kepalanya
"Fhuuhh,," Ali menghela nafas, kemudin melihat kearah cermin yang ada dihadapannya
"Astahgfirullah!" Ali terlonjak kaget, bayangan dicermin bukan menampakan wajahnya, melainkan wajah Elisa yang sedang merenggut marah
Ali mengerjapkan matanya berkali-kali, menutup mata sedikit lama dan mengucapkan istighfar, kemudian membuka matanya kembali
Ali membuang nafas lega melihat pantulan wajahnya dicermin, sepertinya barusan itu hanya halusinasi nya saja
Setelah itu ia beranjak keatas kasurnya, merebahkan punggungnya yang terasa pagal
Hari sudah sangat sore, waktu menunjukan pukul 16.50 WIB, Ali berfikir sejenak, ingatannya berputar pada kejadian beberapa saat lalu, saat ia bertengkar dengan Elisa, jujur Ali merasa bersalah telah mengatakan itu, tapi menurutnya ia sudah melakukan tindakan yang benar, selama ini ia selalu berusaha bersabar terhadap sikap kasar Elisa, mungkin sekali-kali ia harus sedikit keras pada Elisa agar ia mengerti
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Allah [On Going]
Short Story[Spiritual-fiksi remaja-Baper] ~Takdir, apakah kau sedang membercandaiku? Tolong, berlaku seriuslah denganku aku sedang tidak ingin bercanda:)~ 📝28 Mei 2020 _ayunii♥