🍄part 28-penolakan🍄

54 8 3
                                    

Happy reading♥

•••
Terkadang, menangis hanya membuat matamu setingkat lebih jernih sebelum melihat kebahagiaan.
•••


Senja kembali hadir, Ali merasa sudah sangat lelah, niatnya tadi ia ingin menyusul Elisa, setidaknya ia ingin bertemu terlebih dahulu sebelum Elisa benar-benar pindah, namun ia gagal menyusul kepergian Elisa, ia sudah tertinggal jauh.

Ali menepikan motornya dipinggir jalan, ia hendak memeriksa ponselnya yang sejak tadi berdering, namun tadi ia tidak bisa mengangkatnya karena sedang diperjalanan dan keadaan jalanan sedang padat.

Ali menautkan kedua alisnya melihat banyak sekali panggilan terlewat dari ibunya, kemudian Ali menelpon balik ibunya.

"Assalamualaikum" ucap Ali saat panggilannya diterima

"Wa'alaikumussalam, Ali kamu dimana?" Sahut Bu Fatma diseberang sana, suaranya terdengar sangat cemas.

"Kamu lupa hari ini kita akan kerumah Saida?" Lanjut Bu Fatma, Ali terdiam sejenak, waktu seakan terhenti kala itu, bagaimana mungkin ia bisa lupa akan hal itu.

"Astaghfirullah, Ali pulang sekarang"

***

Ali melajukan motornya dengan terburu-buru, saat ini ia sangat merasa bersalah pada Saida, ia telah melanggar janji, Saida pasti kecewa olehnya.

Ali mengusap wajahnya berkali sambil mengucapkan istighfar, kini perasaannya sudah berantakan, Ali merasa dirinya sudah banyak mengecewakan, kemarin ia mengecewakan Elisa, dan sekarang ia juga membuat Saida kecewa, dipundaknya terasa ada sebuah beban yang berat, mengapa semua menjadi serumit ini?.

***

"Tante pulang dulu ya Nda,"

"Iya, bibi juga pulang duluan ya, maaf bibi gak bisa nunggu lagi, lain kali aja bibi ketemu calon suami kamu"

Satu persatu sanak saudara Saida yang datang untuk bertemu Ali beranjak pulang, mereka sudah bosan  menunggu sejak tadi pagi, sampai kini sudah menjelang sore Ali tak kunjung datang, mereka pun memutuskan untuk pamit.

Saida kembali ke kamarnya, hatinya terasa berat dan sakit, ia tak menyangka Ali berbuat seperti ini, ia benar benar tidak percaya, seakan tembok kepercayaan yang selama ini ia bangun telah runtuh seketika.

"Sudahlah, laki-laki seperti itu tidak pantas ditangisi,, Ayah akan carikan penggantinya yang lebih baik" ucap Pak Juno yang baru saja memasuki kamar Saida, wajahnya nampak kesal dan menahan amarah, hal yang dilakukan Ali sungguh membuatnya malu didepan keluarga besarnya, Pak Juno merasa Ali sudah mempermainkan anak semata wayangnya.

***

Senja kini berganti malam, Ali dan Bu Fatma tengah diperjalanan menuju rumah Saida, untuk melanjutkan rencana yang sempat tertunda.

Perasaan was-was pun dirasakan oleh Ali dan ibunya, ia berdoa dalam hati semoga semua akan tetap baik-baik saja, semoga Saida akan memaafkannya, itulah harapan Ali saat ini.

Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai didepan rumah Saida.

Setelah mengucap basmalah, Ali mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.

Tiga kali Ali mengetuk pintu, akhirnya pemilik rumah membuka pintunya, kemudian munculah sosok Pak Juno dari balik pintu sambil menjawab salam.

Ali kemudian menjabat tangan pak Juno.

"Ada apa?" Tanya pak Juno datar

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf atas keterlambatan saya datang melamar, tetapi saya memiliki alasan, saya benar-benar tidak sengaja melakukan itu, disini saya berniat untuk melanjutkan lamaran ini, sebelumnya saya benar-benar minta maaf" ucap Ali

Because Allah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang