Welcome to my first story🦋
Cuma mau bilang; cerita ini terlihat masih baru, bagi kamu yang baru baca. It is true? I do not know😂
"JANGAN BERHENTI DI SINI DOANG, NGGAK SERU!"
You know, nggak SERU? belum MENANTANG!
Happy reading for all of you!🦋
• • •
Malam Minggu, adalah malam yang sudah tak asing lagi bagi kalangan orang-orang, terlebih anak muda. Tentu saja! Siapa sih yang tidak mengetahui betapa ramainya malam Minggu pada malam hari?
Seorang gadis cantik dengan wajah tertutupi masker, berpostur tubuh tinggi, memiliki kulit putih dengan bentuk wajah oval, ditambah hidung mancung yang terlihat menggiurkan. Jangan dilihat dari segi fisik yang terlihat baik-baik saja, gadis itu mempunyai banyak trauma di masa lalu.
Setelah keluar dari supermarket membeli beberapa keperluan, ia berjalan untuk sampai di rumah kosong tak berpenghuni selain dirinya. Ia berjalan kaki melewati taman kota yang ramai orang membawa pasangan.
Malam semakin dingin, ia menelungkup kan kedua tangannya pada saku sweater Hoodie berwarna kuning pastel yang tengah ia pakai. Rambut hitam panjangnya ia gerai dan kepalanya tertutupi kupluk rajut berwarna putih bertuliskan merk tersebut. Seperti orang sakit? Tidak! Ia seperti orang kedinginan yang tengah berjalan di bongkahan es batu.
Malam semakin gelap, bukan kah malam memang selalu gelap? Tidak, ini lebih dari gelap. Langit terlihat mendung secara mendadak, gadis itu melihat langit, bintang-bintang bertaburan itu sudah menghilang ditutupi awan hitam yang sebentar lagi akan menurunkan hujan.
Rintik hujan mulai turun dari langit, gadis itu menjulurkan tangan merasakan rintikan air hujan tersebut.
"Gue nggak mungkin pulang sampe rumah hujan-hujanan," ucap nya.
Ia memutuskan untuk berteduh di halte bus, karena hanya itu tempat yang paling dekat untuk berteduh saat ini.
Kira-kira sepuluh menit ia berteduh, hujan terasa makin lebat, ditambah dengan suara petir yang saling bersahutan.
Motor sport berwarna merah melaju sangat kencang dari ujung jalan raya, hingga akhirnya memberhentikan motor dan berteduh di halte bus yang ditempati seorang gadis. Ia melepas helm sambil menata rambut agar tetap berantakan layaknya seorang bad boy. Ia juga melepaskan tas sekolahnya yang basah kuyup karena hujan.
Laki-laki tampan berpostur tinggi, berbalut seragam sekolah yang tertutupi jaket kulit berwarna hitam layaknya seperti anak geng motor yang mempunyai jaket khusus. Hampir yang semua ia kenakan adalah barang branded yang harganya sangat menguras kantong. Tapi itu tidak masalah bagi dirinya, karena itu adalah hobi nya.
"Abis ngapain jalan malem sendirian?" tanya laki-laki itu santai.
Gadis itu terlihat risi, ia sangat enggan bertemu dengan orang-orang asing yang sok akrab seperti ini.
"Gue nggak jalan, gue duduk," balas nya ketus.
Perkenalkan, ini adalah gadis bernama Marcellina Ajera Natasya, yang biasa dipanggil Rara. Gadis berusia delapan belas tahun yang masih menduduki bangku SMA kelas sebelas. Gadis periang yang di sihir menjadi gadis cuek, serta menutup diri karena kejadian masa lalu mengerikan. Hingga keluarganya pun turut pergi meninggalkan tanpa alasan yang ia sendiri tidak tahu.
Gadis yang dulu nya pandai bergaul dan mudah berteman dengan siapapun kini berubah menjadi sebaliknya. Ia sadar, sebanyak apapun teman, jika mendekat hanya karena mengincar sesuatu dan pergi karena mendapat yang baru, Itu sama saja dirinya berteman dengan benalu. Datang hanya menumpang dan pergi tanpa merasa bersalah.
Laki-laki itu menggaruk tengkuknya nya yang tidak gatal, betul juga. Dia tidak berjalan, dia duduk.
"Ngeselin juga lo ya," cengir nya, merasa sudah kenal lama.
Tak ada respon dari Rara, ia sudah cukup muak dengan human yang sok akrab, sok asik, dan sok tahu.
"Kenalin, gue Elvino Des Sebastian. Cowok ganteng yang baik hati dan sedikit sombong," kata nya dengan senyum miring, menjulurkan tangan kepada Rara.
"Gue keberatan kenal sama lo. Selain lebay, lo juga termasuk golongan orang cari masalah," Rara beranjak dan pergi meninggalkan Elvino begitu saja.
Hujan mendadak reda, namun hawa dingin seakan-akan menusuk hingga ke tulang. Elvino menyerngit bingung, baru kali ini ia memperkenalkan diri kepada gadis tak di kenal, dan terbalas di luar dugaan.
"Baru kali ini ketampanan gue nggak mempam sama cewek modelan kayak dia," gumam Elvino tak percaya.
•••
Rumah besar bernuansa modern bediri kokoh di balik gerbang hitam menjulang tinggi. Rara membuka gembok dan masuk ke dalam halaman rumah yang cukup luas.
Rara tinggal sendiri sekarang. Padahal, sebelum kejadian memilukan itu, rumah ini selalu ramai dan disuguhi kehangatan keluarga.
Setelah mengganti pakaian menjadi piyama bermotif tie die, Rara sudah bersiap untuk tidur. Beberapa detik memejamkan mata, ia kembali terbangun dan berangsur turun dari ranjang. Ia melupakan sesuatu.
Tangannya ia gerakan mengambil salah satu foto yang menggantung di ranting hias yang di ramaikan dengan lampu tumbler berwarna kuning. Ini adalah salah satu kebiasaannya sebelum tidur.
"I'm a strong girl, aku menyadari, setelah gembira pasti ada sengsara, begitu juga sebaliknya. Selamat malam, dari aku yang menelan banyak rasa kecewa."
Setelah mengucapkan itu, Rara kembali menaruh foto pada tempatnya. Ia menaikkan selimut, memejamkan mata, dan mulai tertidur.
• • •
GIMAMA PROLOG NYA, AMAN?
TINGGALKAN JEJAK SEBAGAI IDENTITAS, OKAY?!
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...