30 - Mengambil Keputusan

254 32 4
                                    

Akhirnya update juga. Maaf lama nunggu, kemarin belum beli kuota🙏

•••

Rara cepat-cepat menundukkan kepala saat tak sengaja melihat gerak-gerik Elvino yang akan turun dari motor. Ia berusaha untuk pura-pura tidak peduli pada cowok itu.

"Dari mana?"

Tanpa dikomando, Rara tiba-tiba berhenti melangkah untuk meladeni Elvino. Itu bukan kemauannya, kaki nya tidak bisa di ajak kompromi.

"Gu-gue abis dari sana, minggir gue mau pulang," Rara menundukkan pandangan menghindari kontak mata dengan Elvino.

Rara baru saja keluar dari supermarket membeli beberapa keperluan, ia tak sengaja melihat Elvino yang sepertinya mengikuti dirinya sejak tadi. Setelah dipikir-pikir, Rara akan melupakan Elvino sejenak. Tidak berharap lebih pada cowok itu.

"Gue anterin lo pulang," ajak Elvino.

"Kebiasaan ya, mau lo itu apa sih El?" tanya Rara dengan nada sedikit keras. Sudah kedua kalinya Elvino menawarkan Rara pulang di saat keadaan yang tidak mendukung.

"Nganterin lo pulang, apa kurang jelas?" balas Elvino santai, namun nada nya masih terdengar kurang mengenakkan.

"Gue bisa pulang sendiri." Rara berusaha pergi dari Elvino, namun dicegah cepat oleh cowok itu.

"Sama gue," ujar Elvino sambil menghalangi Rara agar tidak pergi.

"Gue bisa sendiri!"

"Sama gue."

"Lagian ngapain sih lo malem-malem gini keluyuran, nyari tante-tante ya?" ujar Rara menunjuk-nunjuk Elvino.

Elvino mengulas senyum miring, "terus kalo gue nyari tante-tante lo nyari apa? Om-om?"

Rara mendengus kesal, "nyebelin!"

"Ya udah, pulang sama gue. Cepetan!" paksa Elvino.

"Nggak!" Rara mengambil keputusan untuk meninggalkan Elvino begitu saja, mengambil sisi jengah agar ia bisa pergi jauh-jauh dari Elvino. Sekaligus sengaja menguji Elvino apakah cowok itu masih peduli padanya.

Elvino tidak memaksa. Cowok itu diam tanpa ada gerakan apa pun, membiarkan Rara menyelonong pergi begitu saja. Rara benar-benar merasa sudah kehilangan cowok itu, ia membalikkan badan melihat Elvino yang bersiap-siap ingin menunggangi motor membiarkannya sendirian.

"Dasar cowok nggak peka!" sungut Rara, berjalan sambil menghentakkan kakinya kasar.

Sepanjang jalan Rara menggerutu kesal karena Elvino yang tak kunjung datang. Meskipun ia sudah berusaha tidak berharap pada cowok itu, namun rasanya begitu sulit.

"Kayaknya lo udah bosen naik motor."

Rara tersentak kaget saat mendapati Elvino yang sudah berdiri disampingnya, mengenakan Hoodie berwarna hitam dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku Hoodie tersebut.

Rara tidak membalas ucapan Elvino, ia mengalihkan pandangan ke arah lain. Berjalan berdampingan seperti ini membuat Rara deg-degan setengah mati. Bukan untuk pertama kalinya, namun Rara tidak tahu mengapa bisa canggung seperti ini

"Kenapa, lo kangen sama gue?" tanya Elvino tiba-tiba.

Bukan pura-pura menuli, Rara mendengar ucapan Elvino barusan. Namun ia urungkan untuk membalas bahwa ia memang k4ng3n dengan cowok itu. Apa jadinya nanti jika ia benar-benar meloloskan kata-kata itu dari mulutnya? Rara akan mati gaya di sini.

"Gue kangen sama lo? Nggak juga sih," ujar Rara berbohong, tentu saja ia merindukan cowok itu.

"Terus waktu itu kenapa nyari gue sampe ijin ke toilet segala, teriak-teriak takut karena nggak ada gue di sisi lo?" ujar Elvino sengaja memojokkan Rara.

Rara berhasil di buat malu, ia menundukkan wajahnya menghindari tatapan Elvino. Ini yang ia takutkan jika menanggapi Elvino terlalu dalam, Elvino bisa kapan saja membuatnya malu tanpa tahu tempat, untung di sini sepi bagaimana kalau ramai?

"Elvino apaan sih! Nggak jelas banget bahas nya, niat mau malu-maluin gue?!" sungut Rara.

"Kalo emang iya kenapa?" balas Elvino cepat.

Rara menatap Elvino tajam, cowok itu memang benar-benar menyebalkan. Setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar, kini cowok itu kembali dengan sifat yang menjengkelkan, sama seperti dulu.

"Pergi aja lo, ngapain masih di sini!" usir Rara ketus.

"Harusnya gue yang bilang kayak gitu," ujar Elvino santai.

Rara menyerngit bingung, "nggak salah?"

"Mental gue udah disakitin sama lo, harusnya gue lah ya, yang bikin lo nyesel karena ucapan nyebelin lo yang bikin orang naik darah. Sikap egoisme lo yang bikin siapa pun orang nggak betah, tapi gue heran sama diri gue sendiri," ujar Elvino menatap Rara lekat.

"Kenapa?" tanya Rara penasaran.

Elvino diam sejenak membiarkan suasananya sedikit tegang.

"Susah gue menyepelekan lo, setiap kali gue liat lo murung rasanya gue nggak becus jadi cowok," ujar Elvino serius.

Angin berhembus pelan menjadi saksi pertemuan mereka berdua. Malam ini terlihat damai, tidak ramai dan menyedihkan. Rara cukup terhibur adanya Elvino di sini, Rara bisa mengulur waktu agar tidak cepat-cepat pulang ke rumah. Suasana sepi dan keheningan membuat Rara selalu sedih.

"Gue murung bukan karena lo kali, PD banget jadi cowok," ujar Rara jutek.

Elvino tersenyum tipis, "dasar cewek, gengsi mulu di gede-gedein."

"Bilang apa lo barusan?!" sinis Rara.

Elvino terkekeh geli, akhirnya ia bisa kembali menikmati wajah gemas Rara lagi. Elvino akui ia tidak bisa menjauh  dari Rara untuk mengamankan gadis itu. Elvino sudah mempunyai keputusan, setelah ini ia akan ekstra menjaga Rara agar tidak terjadi apa-apa. Tanpa ada aksi menjauh untuk mengamankan diri sendiri.

"Nggak denger ya? Yhahaha kasian!" ujar Elvino sambil mencapit hidung Rara pelan.

Rara menatap Elvino sinis sambil menggerutu kesal. Meskipun dalam hati ia sedang berbunga-bunga tanpa diketahui oleh siapapun.

"Lo bukan cowok gue kan?" tanya Rara memastikan. Sekaligus menggoda cowok itu akan bersikap seperti apa

Elvino terkekeh pelan, sepertinya cewek itu mengode agar cepat-cepat dinikahkan dengan nya.

"Kalo gue tembak lo sekarang, apa nggak terlalu kecepetan?" goda Elvino.

"Ya enggak— eh maksudnya itu bukan, apaan sih ih!" Percayalah, Rara salah tingkah saat Elvino mengucapkan kata-kata mengerikan itu.

"Jangan sekarang, gue belum siap berjuang sendirian," goda Elvino lagi.

"Gue temenin— nggak, bukan gitu maksud gue, itu apa namanya bukan, iya bukan gitu." Rara memalingkan wajahnya dari Elvino, ia membaca doa-doa yang ia ingat berharap Elvino tidak berpikir macam-macam.

"Nanti kalo lo udah bener-bener siap. Nunggu semua keadaan biar nggak janggal kayak sekarang. Gue takut semuanya bakal rusak kalo kita buru-buru," ujar Elvino, lagi-lagi ia mengingat kejadian-kejadian janggal itu.

"Keadaan apa yang lo maksud?"

"Semuanya yang sekarang lo rasain."

•••

TBC!

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang