29 - Mading

298 38 8
                                    

"Loline Arasya?"

Tania dan Rita saling berpandangan satu sama lain melihat berita baru di Mading. Seorang murid baru pindahan dari kota lain, terdapat foto gadis itu juga di sana. Cukup menarik, wajahnya rupawan, style nya juga elegan. Tak heran jika pagi ini papan Mading begitu ramai, bahkan ada beberapa murid laki-laki juga ikut melihat berita itu, ternyata beritanya memang benar-benar menghebohkan sekolah.

"Kayaknya anak konglomerat nih, pasti!" seru Tania.

"Nggak salah lagi sisul pasti nih!" sambung Rita.

"Sisul siapa anjir?!"

"Si Sultan, Tania! Dongo banget lo jadi orang," sinis Rita.

"Yeee, sorry lah. Lagian ngapain mesti di singkat segala!" ujar Tania.

"Kira-kira si Arasya itu masuk kelas mana ya? Adik kelas kita atau kakak kelas kita, atau mungkin seangkatan kita?" tanya Rita pada Tania.

"Emang manggilnya Arasya?" tanya Tania balik.

"Masa manggilnya Loli, kan nggak lucu!" ujar Rita.

"Bisa jadi manggilnya Loli sih," ujar Tania.

"WOY KALIAN SEMUA MUNDUR! KAKAK KELAS MAU LEWAT!"

Seru salah satu pengawal Ela. Gerombolan gadis pengacau itu datang tiba-tiba hanya untuk melihat Mading. Terlihat dengan jelas wajah-wajah menyebalkan yang mereka tampilkan hanya karena jabatan mereka adalah kakak kelas.

Ela memajukan langkahnya sambil mengibaskan kipas yang ada ditangannya. Rok mini juga seragam ketat membuat para murid menatapnya kagum. Eits, tunggu. Bukan kagum karena body nya. Melainkan mereka kagum karena Ela berani tampil percaya diri dengan bentuk tubuhnya yang jauh di luar ekspektasi.

"Dih, sok iya banget ondel-ondel sekolah part dua!" lirih Tania pada Rita.

"Masih di bawah Salsa aja sok keras," ujar Rita.

"Nggak ngerti lagi sih, kalo Salsa udah balik. Gue sekolah bukannya pinter malah tambah goblok, lingkungannya memprihatinkan say," ujar Tania.

"Bayangin kalo mereka adu kekayaan, satu bulan kayaknya miskin deh," ujar Rita.

"Heh adik kelas. Berani ya kalian berdua ngomongin gue! Lo nggak tau gue siapa? Apa perlu gue jelasin secara detail biar gue bisa beli mulut sampah kayak kalian berdua ha?!" sentak Ela yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

"Nggak perlu, ayo Rit!"

Tania menarik tangan Rita untuk mundur dari Mading. Karena banyak murid yang sudah koar-koar ingin menggantikan posisinya. Rita yang digiring sedemikian rupa pun menurut, membiarkan Tania yang mengatur jalan.

Bukan hanya Ela saja yang menunggunya mundur, ternyata masih banyak murid lain yang menunggunya di posisi belakang. Ya, rela antri untuk tidak disemprot primadona sekolah. Ups.

Setelah keluar dari gerombolan murid, Tania bernafas lega. Gadis itu benar-benar menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum ajal menjemput.

"Lo kenapa sih Tan? Kayak nggak pernah desak-desakan gitu, atau lo depresi gara-gara disentak sama Ela?" ujar Rita.

"Bukan gitu Rit," sebelum melanjutkan bicara, Tania kembali menghirup udara segar.

"Bukan gitu gimana?" tanya Rita penasaran.

"Gue enek nyium bau parfum si Ela! Nggak tanggung-tanggung dia pake parfum Rit, dua liter dia pake sekaligus."

"Masa si?" tanya Rita.

"Gila lo Rit, gue aja hampir pingsan nyium itu bau. Mending kalo baunya enak, ini enggak Rit, kayak bau kemenyan!" Tania menutup hidungnya sambil menahan agar tidak muntah di sini.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang