Dalam satu ruangan terdapat lima laki-laki yang tengah tertawa-tawa ria menikmati malam tanpa PR, itu termasuk malam yang sungguh menyenangkan selain malam minggu ataupun malam sabtu seperti biasanya. Menurutnya ini adalah malam yang tidak biasa ia jumpai dalam satu minggu sekali, harus menunggu berminggu-minggu untuk menikmati malam yang langka ini. Jadi, mereka putuskan untuk bermain-main sesuka hati sampai pagi sekalipun.
Kini mereka berlima tengah menginap di rumah Shaka, rumah yang dihuni satu orang saja. Mereka duduk berputar dengan meja yang sesuai, berbagai macam makan dan minuman sudah tersedia di atas meja besar. Eits! Mereka tidak meminum-minuman alkohol ya, hanya minuman soda biasa. Terlihat dengan jelas meja besar itu sangat berserakan karena ulahnya. Tentu saja mereka masih fokus menatap benda pipih ditangannya sambil mengusap-usap kasar berusaha menenangkan perlawanan antar pemain mobile legend. Dengan begitu, tidak ada waktu untuk membereskan atau memperhatikan meja nya yang sudah absurd.
Elvino sebagai kapten merasa tenang-tenang saja karena ia yakin pasti akan menang seperti biasanya dengan hero legend nya, mendapat gelar MVP dan menaikkan rank dengan sangat mudah.
"Bagi-bagi kill dong El, dapat mulu dari tadi!" gerutu Raffi yang sedari tadi mondar-mandir di dalam game, tidak tahu arah karena bingung harus melawan apa lagi, semuanya sudah di borong Elvino.
"Makanya pake Hero itu yang sesuai sama diri lo, jangan sama nafsu lo. Mentang-mentang Hero Rafaela putih, mulus, glowing, seksi lo pake. Padahal nggak bisa!" omel Tian melihat permainan Raffi yang sudah seperti orang kesasar, tidak tahu arah.
"Asal lo tau ya, Hero cewek di mobile legend ini cewek gue semua, jangan salah!" ujar Raffi dengan bangga nya.
"Gambar aja lo jadiin pacar, murahan lo!" ejek Tian dengan pedasnya.
"Murahan bapak lo dua, skin semuanya udah gue borong dengan hasil kerja keras gue!" ujar Raffi dengan nada nyolot, mencomot satu potong pizza yang tersedia.
"Kerja keras bujukin Shaka buat join diamond maaahh, nggak terpuji..," sindir Nino santai.
"HAHAHA NGGAK TERPUJI LO!" tawa Tian disertai menepuk-nepuk bahu Raffi keras.
"Tukang bocorin rahasia temen lo Shak, kena karma mampus," ujar Raffi menatap Shaka sengit. Lalu dibalas tatapan menyebalkan dari Shaka.
"Kapan lo main rahasia sama gue," balas nya enteng.
VICTORY!
Suara dari ponsel mereka semua berhasil memberhentikan kegiatan debat satu sama lain.
Elvino yang sedari tadi diam berniat untuk memenangkan perlawanan yang tak kunjung selesai, sendiri tidak membuatnya lemah, "tuh menang, sesuai perjanjin lawan, diamond nya buat kalian aja, diamond gue udah banyak!" ujar Elvino membalikkan posisi ponselnya, ia beranjak mengecek Instagram-nya yang sudah terbilang jarang di buka.
"Lo emang temen gue yang paling pengertian El," ujar Raffi girang. Di masa-masa seperti ini lah ia bisa mendapatkan diamond tanpa bersusah payah melakukan perlawanan.
"Bagi-bagi nggak buat lo doang!" pekik Tian yang sedari tadi tidak terima atas kata-kata Raffi yang membuat darah tinggi.
"Buat lo aja, gue udah banyak," ujar Shaka mengambil minuman di meja lalu menegaknya hingga habis.
"Lo gimana no?" tanya Tian.
"Gue minta, mau ngumpulin buat join sama pacar," ujar Nino tersenyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya, yang tak lain adalah menerima chat dari pacar barunya setelah bertahun-tahun menjomblo.
"HAHAHA SEJAK KAPAN LO PUNYA PACAR TELASO, PALINGAN JUGA BEKAS GUE!" tawa Raffi mengudara, sangat jahat menghina Nino bahwa cowok itu tidak bisa mencari pasangan.
"Nggak usah ngaco, gue ketemu dia deket komplek nenek gue kali," ujar Nino sedikit meninggikan suaranya.
"Aelah No, pacaran jangan sama sodara sendiri kenapa, udah kayak nggak ada cewek lain aja," ujar Tian juga menertawai Nino, namun dengan kata-kata yang sedikit tersaring halus.
"Gini ya, gue mau cerita," ujar Nino menepuk bahu Tian, dan melanjutkan percakapan, "gue sama dia bukan sodara, gue ketemu dia di pinggir jalan pas mau pulang, terus gue anterin. Karena kejadian itu gue sama dia bisa jadian."
"Pasti gelandangan, orang nemu nya di pinggir jalan," ujar Raffi tanpa dosa.
"Dasar mulut bau azab! Tadinya gue sengaja biar Raffi nggak tau, takutnya ditikung," ujar Nino yang tadinya ingin menjaga rahasia ini semampunya, namun apalah daya, keceplosan.
"Pacar lo pasti jelek, gue nggak minat!" ejek Raffi meyakinkan. Karena ia yakin, selera Nino pasti kalah jauh dengan seleranya.
"Itu yang gue inginkan, mending lo nggak usah tau pacar gue," putus Nino lalu mencomot Snack di meja.
Raffi menyipitkan matanya mencari kebohongan tentang pacar Nino, mana mungkin Nino yang sholeh, kesayangan kakek nenek bisa pacaran. Dari dulu sampe sekarang saja belum tahu apa yang namanya pacaran harus bagaimana.
"Nggak usah ngeliatin gue gitu, lo pasti nggak percaya kan kalo gue punya pacar!" pekik Nino melihat gelagat Raffi yang ingin mengintrogasi nya kembali.
"Nenek lo nggak cemburu?" ujar Raffi masih menatap Nino tidak percaya.
"Shak, lo punya golok nggak sih! Pusing lama-lama dengerin ocehan nggak jelas dari ni ferguso, bilang aja iri tapi nggak mau ngaku," ujar Tian yang sedari tadi menahan-nahan emosi nya yang tak kunjung reda, mendengar ocehan yang keluar dari mulut Raffi.
"Kalo nggak mau dengerin ya udah keluar, ribet lo jadi orang!" ujar Raffi menyuruh Tian jauh-jauh darinya.
"Rumah-rumah siapa, sewot aja," ujar Tian meremehkan.
"Lagian ngapain si lo, nggak suka banget gue curiga sama Nino. Kali aja dia homo, gara-gara lama nggak main cewek," ujar Raffi menatap Tian dongkol.
"Udah No, lo yang sabar aja ngadepin setan versi manusia di depan lo ini," ujar Tian mengelus-elus pundak Nino kasar, niatnya mau menguatkan, namun nyatanya ia hanya ingin mengelap tangannya yang kotor karena sempat memegang makanan.
Nino mengambil nafas panjang, ia tahu sebab Tian mengelus pundaknya seperti ini, "iya gue juga sabar kok, untung ini bukan baju gue tapi baju Elvino yang sempet gue pinjem tadi," balas Nino enteng, tidak mengkhawatirkan baju yang ia kenakan, palingan Elvino yang marah pada Tian bukan pada Nino sendiri.
Tian langsung memberhentikan aktivitas nya menatap Nino tajam, ternyata baju yang ia kotori bukan milik Nino sendiri, tapi milik seorang Elvino yang super kejam kalau barang-barangnya telah dikotori seperti ini. Entah Elvino akan mengamuk atau melayangkan nyawanya langsung, tentu Tian sangat takut dalam situasi ini.
"Ekhemm, salah sasaran mampus," sindir Raffi tentu saja menyindir perlakuan Tian barusan.
Elvino yang tadinya fokus menatap layar ponsel, kini teralihkan untuk melihat baju nya yang sudah kotor karena sisa-sisa makanan. Kaki nya ia letakkan di atas meja yang penuh dengan berbagai makanan membiarkan kaus kaki putihnya terkena tumpahan air.
Segera Elvino mengambil sesuatu dari saku jaketnya yang sempat tidak ia lepas. Memutar-mutar benda itu sambil menatap Tian horor, sungguh Tian ingin cepat-cepat menghilang sebelum Elvino melemparkan benda tajam itu mengenai wajahnya.
"Katanya lo nyari golok, nih gue bawa pisau. Lebih tajam dari pada golok, sekali gores langsung ancur wajah lo," ujar Elvino santai. Santai dengan nada yang sangat menyeramkan.
"I-iya gue minta ma---"
"Sstt!" potong Elvino menaruh jari telunjuk nya di bibir, tanda agar kembali hening, "lo tau gue beli baju itu di mana? Di kutub selatan tempat beruang bermain di bawah dinginnya salju. Dan lo tau berapa harganya? Nggak terbatas," lanjutnya dengan nada serius, tapi tidak masuk akal.
"Ma-mana ada yang jualan baju barengan sama beruang,' ujar Tian tanpa menyaring kata-katanya, entah apa bibirnya mengatakan itu barusan.
"Iya emang nggak ada!" ujar Elvino ganas, "gue punya baju gitu aja lupa, apalagi beli nya," lanjutnya memberi kesempatan Tian untuk bernafas lega.
"Jad---"
"Diem aja, gue capek!"
•••
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Ini adalah kehidupan Rara, gadis malang yang penuh dengan masa lalu menyakitkan. Di tinggalkan orang tua, dan di khianati oleh banyak orang. Dia tinggal sendiri setelah semuanya pergi, dan melanjutkan hidup sesuai apa yang...